Share

Cemburu

Kini, semua orang pun sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama.

Terlihat Rifaldi terus saja memandangi Melati tanpa henti dan hal itu membuat Sintia tidak menyukainya.

"Aku perhatikan dari tadi mas Rifaldi terus saja melihat Melati dengan tatapan seperti itu, jujur aku tidak suka jika suamiku melihat wanita lain selain aku apalagi wanita itu Melati!" gerutu Sintia tanpa rasa bersalah bahwa dia sudah merebut Rifaldi dari Melati.

Melati yang menyadari bahwa Rifaldi terus saja melihat ke arahnya mulai merasa risih, terlebih lagi melati merasa tidak enak dengan Sintia.

"Kenapa mas Rifaldi dari tadi menatapku seperti itu, harusnya dia bisa melihat situasi malam ini. Bahkan aku perhatikan Sintia terlihat seperti sangat kesal. Aku harus menunjukan pada mas Rifaldi kalau aku sudah bisa melupakannya agar dia juga bisa melupakan aku!" ucap Melati yang mulai merasa risih.

"Mas, kamu mau makan sama apa?" tanya Melati pada suaminya. "Biar aku ambilkan!"

"Tidak usah, aku bisa ambil sendiri!" sahut Devan ketus.

"Devan, sekarangkan kamu sudah punya istri jadi biarkan istri kamu yang melakukannya yah. Kamu harusnya bersyukur karena punya istri yang sangat pengertian seperti melati!" ucap Oma Laksmi.

"Melati, Devan sangat suka sekali ayam goreng dan udang asam manis. Kamu bisa ambilkan suami mu itu saja!" pinta Oma Laksmi.

"Iyah Oma!" sahut Melati.

"Ini mas makanan nya."

"Terima kasih!"ujar Devan

"Sama-sama mas!"

Rifaldi yang melihat hal itu pun langsung merasa cemburu dan marah sekali.

"Kenapa kamu melakukan itu melati, secara terang-terangan kamu sudah membuat aku merasa cemburu. Apa sebenarnya kamu sengaja melakukan itu semua? "Harusnya aku yang ada disamping kamu, dan harusnya malam ini adalah malam terindah untuk kita berdua!" gerutu Rifaldi yang terlihat sangat kesal.

Setelah selesai makan, melati tidak langsung pergi ke kamarnya namun melati membantu Bi mariam membereskan meja makan terlebih dahulu.

"Non, sudah biarkan saja bibi yang ngerjain ini semua!" ujar bi Mariam.

"Engga apa-apa, bibi kan pasti cape kalau harus melakukannya sendirian. Lagi pula aku hanya membantu sedikit saja!" sahut Melati.

"Duh bibi jadi gak enak sama non Melati, makasih banyak yah non sudah mau bantuin bibi!"

"Iyah Bi sama-sama. Oh Iyah bi, aku boleh tanya sesuatu gak sama bibi?"

"Boleh dong non, emangnya non Melati mau tanya apa toh sama bibi?"

"Hhhhmmm gini bi, aku kan belum terlalu mengenal mas Devan. Bibi tahu gak apa aja makanan kesukaan mas Devan dan apa aja yang mas Devan gak suka?"

"Oh itu toh non, ya kalau itu mah bibi tahu semua non. Nanti besok pagi bibi akan kasih catatan buat non Melati soal apa saja yang disukai dan tidak disukai sama den Devan!" sahut bi Mariam.

"Makasih banyak yah Bi!"

"Iyah sama-sama non, bibi salut banget sama non Melati ini sudah cantik, baik, perhatian pula sama suami. Semoga saja rumah tangga non Melati dan den Devan langgeng dunia akhirat!"

"Hhhhmmm amin bi!" sahut Melati sambil tersenyum .

"Tapi non maaf nih yah kalau bibi boleh tahu, bukannya harusnya non Melati ini nikah sama den Rifaldi yah?"Terus kenapa jadinya sama den Devan toh non?" tanya bi Mariam yang memang tidak tahu permasalahan awalnya.

"Ceritanya panjang bi, mungkin memang aku dan mas Rifaldi tidak di takdirkan untuk bersama bi. Dan mungkin takdir ini juga yang membawa aku akhirnya bersama mas Devan!" sahut Melati.

"Yoweslah yang terpenting pernikahan non Melati selalu di limpahan kebahagiaan!"

"Aminnnn bi, ya sudah kalau gitu aku pergi ke kamar dulu yah bi!"

"Iyah silahkan non, makasih loh sudah bantuin bibi!"

"sama-sama bi,selamat malam bi!"

"Selamat malam non Melati!"

"Non Melati ini memang orangnya sudah cantik, baik, humble lagi. Semoga saja non Melati bisa merubah sedikit sifat dinginnya den Devan biar bisa sedikit mencair." celetuk bi Mariam sambil tertawa kecil

"Loh mas Devan kok gak ada di kamar yah? kemana dia?" Ucap Melati yang nampak mencari keberadaan Devan

"Mungkin mas Devan sedang keluar, sebaiknya aku telpon ibu saja. Aku kangen banget sama ibu dan ayah padahal belum satu hati aku berada di rumah ini. Mereka sedang apa yah sekarang ini?"

Ternyata Devan sedang duduk santai di dekat kolam berenang. Dia sedang menikmati malam yang sunyi, setelah kehidupannya berubah secara tiba-tiba.

Tak lama Rifaldi pun datang dan menghampiri kakaknya itu.

"Kak, aku mau bicara penting!" wajahnya terlihat sangat serius.

"Soal apah?" tanya Devan.

"Kenapa kak Devan bisa menikahi Melati kak, padahal kak Devan tahu sendiri kalau melati itu orang yang paling aku cintai!"

"Sepertinya hal itu tidak perlu aku jawab, karena kamu sudah pasti tahu jawabannya!" sahut Devan dan langsung mencoba pergi dari sana.

"Tunggu kak, aku tahu kak Devan selama ini tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Bahkan kak Devan sangat sulit untuk membuka hati kembali. Lalu kenapa secara tiba-tiba kak Devan mau menikah dengan Melati?"

"Sudah aku katakan kalau kamu pasti sudah tahu jawaban dan alasannya. Jadi aku rasa tidak perlu lagi menjawab semua pertanyaanmu itu!" ucap Devan dan langsung pergi meninggalkan Rifaldi.

"Aahhhhh kenapa semuanya jadi seperti ini!" teriak Rifaldi.

Devan pun masuk ke dalam kamarnya yang ternyata disana sudah ada Melati yang hendak akan tidur.

Melati yang melihat Devan masuk pun tidak terlalu banyak bicara karena dia tahu bahwa suaminya itu sangat cuek sekali.

Melati pun mulai membaringkan tubuhnya di atas sofa yang ada di kamar itu, karena memang melati dan Devan tidak akan tidur dalam satu tempat yang sama.

Devan yang terbiasa tidur dengan suhu AC yang tinggi membuat Melati tidak kuat mehanan rasa dingin di dalam kamar itu, karena melati sendiri tidak pernah menggunakan AC saat hendak tidur.

"Mas, bisa tolong kecilkan sedikit suhu ACnya karena jujur aku tidak kuat?" pinta Melati.

"Aku tidak bisa tidur tanpa AC yang menyala seperti ini, ini juga kamarku jadi kamu lebih baik tidur saja dan jangan banyak protes!" sahut Devan.

"Tapi aku tidak kuat dengan suhu dingin seperti ini, aku tidak biasa tidur pakai AC mas!"

"Aku tidak peduli sama sekali!" jawab Devan membuat Melati tidak berdaya selain terpaksa menahan rasa dingin semalaman sampai besok pagi.

Dalam hati, ia bingung mengapa Devan begitu berbeda dengan adiknya?

Apakah Melati sanggup bertahan dengan suaminya itu?

****

"Mas, kamu habis dari mana?" tanya Sintia.

"Aku habis dari luar,ada apa? "Apa kamu butuh sesuatu,?" Sahut Rifaldi.

"Tidak ada, aku hanya ingin tahu saja kamu habis dari mana. Kamu gak habis ketemuankan sama seseorangkan mas?"

"Kenapa kamu malah bertanya seperti itu?"

"Ya aku cuman nanya aja mas, aku cuman pengen memastikan kalau suami aku itu gak habis ketemuan sama perempuan lain!"

"Maksud kamu sama Melati?" tanya Rifaldi

"Ya mungkin, aku kan gak tahu!" sahut Sintia

"Sebaiknya kamu tidak usah merasa curiga seperti itu sama aku!"

"Aku hanya takut mas, aku tahu betul kalau kamu sangat mencintai Melati. Aku takut kamu tidak bisa menerima kehadiranku dan calon anak kita ini karena perasaan kamu terhadap melati. Apalagi Melati juga tinggal di rumah yang sama dengan kita!" ucap sintia.

"Jelas memang aku sangat mencintai Melati, bahkan hari ini harusnya kami melangsungkan pernikahan dan hidup bahagia. Tapi semua itu harus terkubur dalam-dalam karena pada kenyataannya aku harus menikahi kamu. Dan lebih pahitnya lagi Melati sudah menikah dengan kakakku sendiri. Dan tidak mudah untuk aku merelakannya bahkan untuk melupakannya!" sahut Rifaldi sambil menangis.

"Sulit bagi aku untuk menerima semua kenyataan ini, jadi tolong jangan cecar aku dengan banyak pertanyaan!" ucap Rifaldi dengan tegas yang membuat Sintia terdiam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status