Mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir Avenna. Leander langsung sigap berdiri, merangkak di sofa, menghadap wanita yang sekarang memandangnya dengan gigitan kecil di bibirnya. Tanpa menunggu lama, dia meraup rahang Avenna. Mendaratkan sebuah ciuman yang penuh dengan gairah.Lumatan-lumatan ganas yang saling berbalas di bibir mereka membuat napas mereka terengah, senada dengan detak jantung mereka yang semakin meninggi.“Bernapas.” Perintah Leander yang sejenak melepaskan pautan bibir mereka tanpa melepaskan tangannya pada sisi-sisi kepala Avenna. Suara napas mereka jadi latar belakang yang menggelorakan. Pria itu hanya memberikan waktu singkat untuk Avenna mengisi paru-parunya, sebelum dia kembali membekap bibirnya dengan ciuman yang semakin dalam dan ganas. Tekanan, gigitan kecil, permainan lidah yang saling menerobos, membangkitkan rasa panas yang perlahan menjalar ke seluruh tubuh mereka.Tangan Leander turun, menyentuh pinggang Avenna. Awalnya, Avenna tidak menyadari hal itu
“Lean …!” teriak Avenna yang tubuhnya perlahan diturunkan. Wajahnya sudah merah karena menahan kesal pada pria yang seenaknya saja. “Tubuhku masih lemah ….” Tiba-tiba Leander menyentil ringan dahi Avenna yang membuat wanita itu langsung terdiam. “Kau memikirkan apa?” Suara Bariton yang mengalun lembut itu membuat Avenna terdiam. Mata Avenna bergerak-gerak pelan, menilai wajah yang tampak sendu di bawah cahaya temaram kamar itu. “Aku sudah katakan, aku tidak akan memaksamu. Istirahatlah, kau butuh itu.” Selesai mengatakannya, pria itu berbalik dan meninggalkan Avenna begitu saja. Hal itu membuat Avenna terdiam beberapa saat. Entah kenapa merasa bersalah akan kepergian Leander. Apakah aku terlalu berpikiran buruk tentangnya. Buktinya dia meninggalkanku begitu saja, tapi … tidak salah bukan aku berpikir seperti ini, karena melihat tingkah Leander sedari tadi yang begitu mesum. Tapi …. Ahk! Kenapa aku yang merasa bersalah sekarang?! Pikir Avenna yang segera menjatuhkan tub
“Karena menurut ramalan membawa keberuntungan untuk keluarga kita.” Tuan Romero menjawab dengan suara sedikit ragu.Mendengar itu tentu saja membuat wajah Randy mengerut. Hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Kakek menjodohkan aku dengan Avenna hanya karena ramalan?” Zaman sudah begitu modern, tapi Kakeknya malah percaya akan takhayul seperti ini. “Sudahlah, apa alasannya, itu tidak penting karena yang penting sekarang, bagaimana kau bisa merayu kembali dia untuk tetap menjadi istrimu, karena jika tidak … Kakek pastikan kau akan sangat menyesal.” Tuan Romero menarik napasnya lalu meninggalkan Randy yang masih penuh dengan kekalutan di dalam dirinya.Avenna! Aku tidak akan melepaskanmu semudah itu, sumpah Randy sambil mengepalkan tangannya dengan sangat erat.Di lain sisi kediaman, Tuan Romero perlahan masuk ke dalam ruangan kerjanya yang cukup temaram, hanya cahaya matahari yang menerobos tirai di ujung ruangan. Langkahnya cukup tertatih, bertumpu dengan tongka
Lagi-lagi hal itu membuat otak Avenna ‘Blank’ sejenak. Sebelum dia sadar apa yang terjadi dan tentunya berontak.“Hmpphhh!” suara Avenna tertahan oleh bibir pria yang rasanya perlahan-lahan nyaman. Hangat, kenyal dan juga manis. Tapi, Avenna tetap mendorong tubuh pria yang bagaikan tembok. Kukuh sekali. “Hmmphh! Leander! Berhenti!” Akhirnya Avenna bisa juga menyingkirkan bekapan bibir pria ini.Inginnya Avenna menampar Leander karena melakukan pemaksaan, tapi ketika melihat wajah tampan dengan mata bersorot kelam itu. Jangankan menampar, tubuhnya malah terhipnotis, tak sanggup bergerak. Dan, pria itu lagi-lagi melemparkan tatapan seolah bertanya, “Kenapa?”“Kau tidak malu. Ada Roby,” bisik Avenna mencari alasan. Alasan utamanya adalah dia belum sikat gigi pagi ini dan pria ini sudah menciumanya begitu saja. Avenna tentunya langsung tak nyaman.“Roby! Keluar!” teriak Leander tanpa melihat sedikit pun ke arah Roby. Matanya terlalu sibuk memperhatikan wanita yang ada di sebelahnya. Cal
“Leander! Turunkan aku!” Avenna memberontak sebisanya di dalam gendongan pria itu. Tapi sepertinya pria itu keberatan bahkan menikmati hal ini. Dia juga baru sadar, jika dia terus berontak, yang ada dia akan menarik banyak perhatian orang-orang di sekitar lorong rumah sakit itu. Jadi, Avenna memutuskan untuk pasrah dalam pelukan pria dengan aroma cendana ini.Di lorong juga banyak orang yang menatap mereka. Seorang wanita tua bahkan sampai membesarkan matanya, seolah tidak percaya, dia bisa melihat adegan sinetron secara langsung hari ini.Tak lama Leander berbelok dan segera masuk ke dalam sebuah ruangan. Tapi itu bukan ruang rawat melainkan ruang periksa dokter. Leander dengan hati-hati mendudukan Avenna di sebuah ranjang pemeriksaan di sana. Dokter yang melihat kedatangan mereka tentu saja kaget.“Tuan Leander, ada apa pagi-pagi begini?” tanya dokter yang berjaga di sana. Avenna juga bingung kenapa dia tiba-tiba dibawa ke sini. Bukankah nanti dokter juga akan memeriksa dirinya.“Ak
“Tuan Randy, maaf, tapi jaminan Anda terhadap Nona Wendy Lambert ditangguhkan.” Suara dari ujung panggilan itu terdengar membuat mata Randy membesar sempurna. “A-apa?! Bagaimana bisa? Aku sudah membayar kalian lebih dari $50.000!” Jawab Randy tak percaya. Bahkan dia memegang dahinya, kepalanya hendak pecah. “Kakak! Kakak! Aku tidak ingin kembali ke penjara lagi!” Rengek Wendy yang sekarang merasa panik. Dia tak mau berada di balik jeruji. Walau dia tidak tahu apa pembicaraan di panggilan itu, tapi sepertinya ini tentang dirinya. “Sepertinya Anda sudah menyinggung seseorang, beliau punya koneksi langsung dari pusat. Maaf, tapi Nona Wenny diminta kembali di tahan dalam 10 menit. Saya juga tak bisa melakukan apa-apa. Karir saya terancam gara-gara Anda.” Panggilan itu diputus sepihak. “Halo?! Halo!” Randy terdengar frustasi. Bahkan hampir ingin membanting ponselnya. Wendy di sisinya sudah menangis histeris bahkan terduduk di lantai karena lemasnya. “Kenapa kau lakukan ini! H