Share

Pria Gemulai Itu Suamiku
Pria Gemulai Itu Suamiku
Author: Dinara Sofia

Sisi lain

Author: Dinara Sofia
last update Last Updated: 2023-06-21 21:32:00

"Halo, Baby, lama sekali aku sampai bosan menunggu." Seseorang lelaki bertubuh tambun merentangkan kedua tangannya saat melihat seorang yang dikenalnya mendekat.

"Ekhem, masa nunggu sebentar aja ngeluh. Dasar gendut," balas sang wanita.

Lelaki itu tersenyum kemudian memeluk wanita yang berada di depannya.

"Ayolah, Han, ga usah ngatur suara jadi kaya perempuan gitu. Kita ini sama-sama punya kelainan dan sahabat sedari lama," bisiknya.

Wanita itu tersenyum manis, kemudian memukul pelan bahu lelaki yang berada di depannya.

Dua puluh menit kemudian, mereka sudah menikmati musik yang memekakkan telinga.

'Cih, enak aja bilang kelainan. Normalan juga aku, biar suka dandan sama pakai baju cewek, gak doyan laki-laki,' batin wanita yang disapa Baby.

Ternyata dia tidak menikmati musiknyang menghentak, karena ucapan lelaki tambun tadi. Benaknya terus saja berpikir tentang ucapan sahabatnya itu.

Handoko Utomo, demikian nama lelaki berpakaian seperti wanita nan seksi menggoda jika dia tidak mengeluarkan suara bass khas milik pria. Umurnya 30 tahun putra seorang pengusaha besar di Negeri Awan.

Ibu yang pekerja, dibesarkan oleh pengasuh serta lingkungan yang hampir seluruhnya perempuan, mempermudah dia bergaul dengan wanita. Hal yang menjadi pembeda adalah Handoko tidak menyukai sesama jenis.

Berbeda dengan Doni sang sahabat yang menyukai lelaki namun tidak berperilaku seperti lawan jenis.

“Han, aku cabut duluan, ya. Udah dapet selimut nih,” pamit Doni.

Tampak lelaki itu menggandeng seseorang bertubuh tegap berparas tampan, sesekali gerak tubuhnya gemulai bak wanita.

“Oke, hati-hati di jalan Doni,” sahut Handoko.

Doni hanya mengacungkan ibu jari dan berlalu dari tempat yang di kenal dengan nama diskotik.

Handoko bukan tidak mau mencari wanita untuk dijadikan kekasih, akan tetapi sampai saat ini belum ada gadis yang mampu menggetarkan hati dan juga khawatir jika tidak bisa menerima kekurangan pada dirinya yang tidak diketahui banyak orang, kecuali sang kakak dan Doni. Dia hanya belum siap menerima penolakan dan enggan mengambil resiko apabila rahasia itu terbongkar dan diketahui orang lain.

Handoko menggoyangkan tubuh dengan erotis, memancing gairah jantan seorang lelaki. Meski banyak pria yang menggoda, dia menolak dengan senyum dan jawaban sopan. Saat melihat penunjuk waktu pada ponsel, matanya terbelalak dan raut panik terbingkai di wajahnya.

"Waduh gawat. Sudah jam setengah empat subuh!" serunya.

Handoko bergegas meninggalkan diskotik dan tergesa-gesa menuju lift yang menuju ke area parkir. Tiba di dalam mobil, Handoko memakai kembali pakaian lelaki lalu menghapus lipstik dari bibirnya, mencopot bulu mata dan rambut palsu kemudian menyusun dengan rapi di dalam tas ransel.

Dipastikan semua sudah rapi, Handoko melajukan mobilnya menuju sebuah rumah yang nampak mewah. Kembali seorang petugas membuka pintu pagar.

Mobilnya berhenti sejenak dan memberikan dua lembar uang pecahan seratus ribu kepada petugas keamanan.

Dengan mengendap-endap, dia kembali menuju kamarnya. Tas ransel itu disembunyikan di salah satu lemari yang selalu terkunci. Usai menyimpan tas dia menuju kamar mandi, membersihkan semua riasan di wajahnya. Hingga kini yang tersisa hanyalah seraut wajah tampan dengan kumis tipis menghias bibir. Handoko mengganti pakaian dalam dengan pakaian lelaki.

“Hampir saja terlambat sampe rumah, gara-gara si Doni ngomong ngaco. Tidur ah, capek,” gumamnya.

Dirinya kini memandang sekeliling kamar. Memastikan tidak ada yang tertinggal dan nampak mencurigakan. Setelah merasa aman kemudian mematikan lampu lalu merebahkan tubuhnya yang lelah dan terlelap.

Terdengar suara pintu diketuk. Tidak ada jawaban, pintu kamar pun dibuka perlahan. Nampak seorang wanita cantik berusia paruh baya masuk ke dalam kamar.

"Anak ini, sudah jam segini belum bangun juga mungkin dia termasuk bangun jam segitu kali ya, mana tidurnya nyenyak banget," ucapnya pelan.

Ia mulai memandang ruangan sambil berkeliling. Kamar itu nampak rapi dan bersih. Beberapa pigura terpajang rapi. Kursi dan meja kecil di sudut ruangan pun nampak apik.

Tidak ada pakaian yang terletak sembarangan. Kaos oblong menggantung, bahkan handuk yang terlempar di sembarang tempat.

Perlahan, menuju kamar mandi, kemudian menyentuh handuk milik putranya itu. Keningnya pun berlipat merasa ada sesuatu yang aneh.

‘Handuk ini lembab, berarti dia mandi beberapa jam yang lalu. Kenapa sekarang malah masih tidur? Apa mungkin dia mimpi? Kan anak laki suka gitu,’ batinnya.

Selagi benaknya menerka-nerka tentang keanehan yang di temuinya, seorang pelayan pun datang dari arah belakang wanita cantik yang penampilan elegan itu.

"Maaf, Nyonya. Tuan sudah menunggu di meja makan," ujar pelayan.

Dia mengangguk pelan. Kemudian melepas handuk yang sedari tadi dipegang sambil termenung, lalu meminta pelayan untuk membangunkan Handoko. Suara pelayan memutus lamunannya.

Wanita cantik itu pun ke luar dari kamar putranya. Pelayan wanita segera melaksanakan perintah untuk membangunkan putra majikannya dengan hati-hati.

Tak lama, tubuh lelaki itu menggeliat. Mengerjapkan mata, lalu bangkit menuju kamar mandi dan kembali membersihkan tubuhnya.

Tiga puluh menit kemudian Handoko keluar kamar. Lalu berjalan menapaki anak tangga menuju lantai satu.

"Selamat pagi, Ma, Pa," sapanya riang.

Seorang lelaki berumur lima puluh tahun meliriknya, tidak menjawab sepatah kata melanjutkan makanan yang berada di piring. Dia adalah Hari Hutomo, ayah dari Handoko.

"Nyenyak sekali tidur mu, Nak. Mama jadi gak tega bagunin. Kamu kayak kecapean gitu, padahal gak melakukan aktivitas yang berat. Apa kamu sakit?" tanya wanita yang disapa mama.

Handoko hanya menggelengkan kepala, lalu menjawab pertanyaan wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Handoko baik-baik saja, Ma, tenang saja." jawabnya menenangkan hati ibunya.

"Han, kakakmu Julia akan kembali dari luar negeri besok. Apakah kamu udah memikirkan tawaran Papa?" tanya Hari.

"Han akan pikirkan, Pa. Beri waktu tiga bulan agar bisa memikirkan cara menyesuaikan diri," sahut Handoko.

Waktu sarapan pun usai. Handoko mengantar kedua orang tuanya sampai ke depan pintu. Tak lama, mobil yang dikendarai mereka pun menghilang dari pandangan.

Hari Utomo dan Willa Sartika adalah dewan direksi. Keduanya berusia 50 tahun, pasangan serasa dengan suami tampan juga istri yang cantik. Mereka pemilik sebuah perusahaan yang bernama Boulevard.

 Perusahaan yang memiliki nama besar yang berkembang dan memiliki banyak cabang itu adalah bukti kerja keras mereka. Sepasang suami-istri itu bahu membahu merintis perusahaan dari nol. Hingga kini terkenal di Negeri Awan.

Mereka memiliki dua orang anak. Yang pertama adalah Julia Utomo dan si bungsu mereka adalah Handoko Utomo.

"Bi Surti, gimana? Aman pakaianku? Apa Mama mulai curiga?" tanya Handoko kepada pelayannya.

"Aman, Den. Nyonya sepertinya sedikit mulai curiga. Apakah Aden lupa kalau Nyonya itu cerdas," jawab Bi Surti.

"Apa yang membuat Mama mulai curiga kepadamu?" tanya seorang wanita.

Suara itu, datang dari arah belakang mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Lihat, Pria Gemulai Itu Suamiku (Tamat)

    [Syarat? Apakah sulit? Apa itu?] tanya Diandra.[Tidak sulit, aku akan memberitahumu nanti jika sudah ku pikirkan,] jawab Jhon.Diandra tidak mengungkapkan isi pembicaraannya dengan Jhon beberapa waktu lalu. Dia khawatir jika nanti Dara dan kakaknya menolak untuk berbulan madu.Bosan berbincang, mereka kemudian membubarkan diri menuju kamar masing-masing. Diandra termenung seorang sendiri, dia memikirkan apa syarat yang akan diajukan oleh Jhon kepadanya.‘Kira-kira apa ya syaratnya? Kok aku jadi was-was, ya? Duh mana boleh aku berburuk sangka begini,’ pikir Diandra.Waktu berlalu, kini Diandra serta keluarga yang lainnya sudah berada di bandar udara. Mereka mengantar tiga pasang pengantin baru untuk berbulan madu.“Hati-hati selama di kampung orang. Jaga tata krama, patuh sama peraturan setempat,” pesan Darwin.Berbagai macam pesan pun mereka lontarkan untuk para pasangan yang akan berbulan madu. Pengumuman akan keberangkatan negara tujuan pun terdengar. Mereka berpelukan dan melepas

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Pernikahan Beruntun

    “Apaan sih teriak-teriak!’ sembur Sisy.Tampak Diandra berjalan kian kemari mencari sesuatu. Sesekali dia menggaruk kepalanyan lalu menarik rambutnya karena kesal sambil menggerutu.Keluarganya dan yang lain memperhatikan perangai Diandra yang terbilang ... ajaib. Bagaimana tidak, usai berteriak, dia hilir mudik sambil menggerutu. Berbagai pertanyaan juga diabaikan begitu saja tanpa menjawab.“Hei ... wajan ikan paus. Kamu ini kenapa sih? Duduk dulu coba, kepala kami pusing liat kamu mondar mandir gak karuan. Liat tuh Mama sama Papa lengkap sama keluarga inti melototin kamu dari tadi.” Dara mendudukkan Diandra di atas tempat tidur.“Anu ... cincin tunangan aku ilang. Kan mahal itu,” ungkap Diandra.Semua yang mendengar terkejut, bagaimana bisa Diandra seceroboh itu. Sisy menghampiri Diandra dan segera menjewer telinganya karena gemas.“Itu yang gantung di kalung kamu apa? Setan? Pagi-pagi bikin emosi jiwa aja deh. Bisa rusak perawatan mukaku gara-gara kelakuan edan kamu itu,” geram Si

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Memantapkan Hati

    “Entahlah, aku aja bingung sama perasaanku,” keluh Diandra.“Apa ... aku boleh memberi saran? Menurutku dia yang terbaik untukmu. Ini dari sudut pandangku sebagai lelaki, seandainya kau gagal dengannya aku bersedia menikahimu, hahaha,” ujar Jhon berseloroh.Diandra tergelak, di dalam hati dia menggerutu bagaimana bisa pernikahan dibuat gurauan. Baginya pernikahan sekali seumur hidup dan jangan sampai melakukan kesalahan.Usai makan siang, mereka kembali ke kantor Diandra. Tiba di kantor, dia mendapat kabar dari bagian produksi kalau pesanan pria asing itu sudah selesai. Mereka menuju ruang produksi, tampak empat buah busana sudah terpajang di sana. Jhon mengamati dengan rinci setiap jahitan dan juga polanya. Dia tersenyum puas dan mengagumi busana yang sudah dipesan tersebut. Lelaki itu merogoh saku dan mengambil benda pipih dari dalam, lalu menghubungi timnya agar mempersiapkan penerbang an kembali ke negara asalnya.“Aku sangat puas, rasanya tidak sabar untuk memamerkan karya ini d

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Dara Bertunangan

    Lelaki itu adalah Handoko. Dia menatap rumah Dara dengan tangan terkepal, wajah memerah menahan amarah. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan ke rumah Diandra.Sesampainya di sana, Mahendra dan keluarganya di sambut dengan hangat. Berbagai makan dan minuman sudah di sediakan dengan cepat, bahkan beberapa makanan ringan akan menyusul kemudian.Acara lamaran pun di mulai dengan sangat sederhana. Namun, terasa khidmat. Dara terharu dengan keluarga Diandra dan juga ketulusan dari Orangtua Leofrand. Tukar cincin pun usai, pernikahan akan di laksanakan tiga minggu kemudian.“Cieee, selamat ya. Udah laku aja nih,” seloroh Diandra.“Selamat untuk kalian berdua. Sebagai sahabat dari Diandra, aku akan memberikan hadiah berbulan madu di pulau pribadi milikku selama satu bulan,” ujar Jhon.Suasana terasa hangat. Beberapa kali Dara menyeka air mata yang selalu menetes, dan Leofrand perhatikan itu.Suguhan makanan ringan dan teh dengan kualitas terbaik pun di suguhkan, mereka sangat meni

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Nasihat Jhon

    Diandra menoleh ke arah sumber suara. Tampak olehnya lelaki asing tersebut berjalan ke arahnya.“Tuan Jhon? Saya kira Anda kembali ke hotel untuk beristirahat,” cakap Diandra dengan menggunakan bahasa asing.“Tidak, saya ingin tahu bagaimana pakaian yang luar biasa itu tercipta,” sahut Jhon.Diandra kemudian mengajak pria asing itu duduk di sebuah bangku panjang yang berada di sudut. Keduanya duduk di sana sambil mengamati pekerja yang sedang melaksakana tugasnya dengan serius.“Maaf jika aku lancang karena ini adalah ranah pribadi, apakah lelaki yang di rumah sakit tadi adalah tunanganmu?” tanya Jhon.Diandra menoleh sebentar, kemudian menatap lurus dan menceritakan kisah cintanya. Satu jam sudah Jhon menjadi pendengar setia tanpa menyela sepatah katapun.“Anda luar biasa. Di tengah drama hidup percintaan masih bersikap profesional, salut.” Jhon bertepuk tangan pelan.Senyum patah nan pahit terukir dari bibir Diandra.‘Orang bule ini aneh banget sih. Orang lagi galau begini malah di

  • Pria Gemulai Itu Suamiku   Bertemu Fikri

    “Apa aku boleh masuk? Enak bener makan sendirian ga ngajak-ngajak,” sapa Fikri.Diandra mengangguk sambil meneguk air karena batuk tersedak.“Aku duduk ya.” Fikri menutup pintu kemudian duduk di depan Diandra.Diandra segera membersihkan tangan dengan tisu, jantungnya berdebar dan suasana sedikit kaku karena kehadiran lelaki yang kini duduk di hadapannya.Fikri menatap lembut gadis yang diam-diam sangat di rindui selama beberapa bulan ini. Ingin rasanya dia memeluk tubuh Diandra, jika saja tidak melanggar peraturan agama yang di anut.Fikri segera menyadari kesalahannya. Duduk berdua dalam ruangan tertutup saja akan menimbulkan fitnah dan dosa. Dia kemudian mengajak Diandra duduk di sofa yang di peruntukkan bagi pelanggan.“Maaf aku tadi lancang. Kangen banget sama kamu, Di,” ungkap Fikri.Diandra diam saja. Hatinya memang berdebar saat lelaki yang pernah menjadi penghuni hati datang tiba-tiba. Dia juga tidak menampik jika bahagia datang begitu saja saat mendengar suara serta senyum t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status