Share

Apa berakhir disini?

“Apa hari ini aku sungguh-sungguh berakhir? Hmm… siapa yang tak kenal denganku, aku tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”

Gerald menyalakan mesin mobilnya dan beranjak pergi dari rumah itu, di jalan ia mencoba menelepon Sandra berulang kali, sayangnya tetap tidak terhubung. “Nomorku masih di blokir!”

Ponselnya dilempar begitu saja ke kursi mobil, kemudian mempercepat laju mobilnya menemui Sandra. “ini sudah jam istirahat, pasti dia sedang makan siang sekarang.”

Di dalam mobilnya, Gerald tak bisa fokus dengan kendaraannya, perasaannya tak menentu antara emosi dan marah. Sampai setengah jam setelahnya, Gerald tiba di depan kantor

Ini bukan pertama kalinya Gerald mengunjungi kantor Sandra, namun karena pacarnya sering berpergian ke luar negeri, belakangan dia jarang datang ke perusahaan itu.

Saat memasuki pintu utama, ternyata kini setiap sudut ruangan itu telah banyak berubah, bahkan Gerald baru tahu kalau fasilitasnya telah dilengkapi dengan sistem keamanan kelas atas.

Gerald sudah menduga, seorang satpam akan menemuinya di pintu masuk. Ia mengikuti instruksi dan menyebut nama Sandra

“Benar, aku adalah pacarnya.” Mungkin beberapa orang di kantor, belum tahu permasalahan Gerald dengan Sandra, jadi dengan mudahnya satpam itu mengizinkannya masuk.

Sementara di ruangannya, Sandra duduk bersandar di sofanya dengan posisi santai, kakinya dibuat menyilang, dan dia terlihat sangat pucat.

Saat ini jam kerjanya baru selesai, tetapi dia tidak tertarik untuk ke kantin dan lebih memilih membaca sebuah buku. Bukan apa-apa, hanya saja ia lebih suka menghabiskan waktu luangnya dengan aktivitas membaca

Tiba-tiba, suara pintu diketuk terdengar, Sandra mengangkat kepalanya saat pintu terbuka. "Sandra, kamu bersembunyi di sini karena sesuatu?"

Matanya melebar sempurna saat tahu siapa yang datang. “Gerald?”

Keterkejutan Sandra membuat Gerald kembali bertanya dengan alis yang terangkat. “Kenapa? Nggak suka liat aku disini?”

Sandra menutup bukunya sambil menghela napas pelan. "Aku nggak sembunyi, kenapa kamu datang ke sini?"

Gerald memberikan senyum khasnya. "Aku sangat menghargai jawabanmu. Aku datang untuk meminta bantuanmu, tapi sebaiknya kita bicara di tempat lain, aku akan mengajakmu makan steak yang enak di luar."

Sandra menggeleng, namun matanya melirik tak suka pada Gerald. "Nggak usah repot-repot, katakan apa yang kamu inginkan, lebih cepat lebih baik.”

Mendengar bicaranya begitu dingin, Gerald semakin mendekatinya. "Kamu kenapa? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Ia menyadari bahwa wanita itu sedang kesal melihatnya.

"Apa kamu masih perlu menanyaiku hal lain lagi? Aku baik-baik saja sekarang, jadi kamu pergilah, aku sudah muak melihatmu." ujar Sandra sambil membuang muka, dia mencoba menahan emosi yang menggunung di benaknya.

Gerald tentu tidak akan langsung menuruti perkataannya, sorot matanya jelas sedang menyimpan sesuatu. "Oh, ayolah, ceritakan jika ada sesuatu yang membebani pikiranmu. Hmm?” Jarak mereka semakin dekat dan bahkan Gerald berani menyentuh wajah Sandra.

Plakk!!

Sontak Sandra menamparnya, hingga lelaki itu terhuyung ke bawah.

Tatapan Sandra begitu menyimpan kebencian, Gerald tahu dia sudah berpikir seribu kali sebelum menamparnya. "Sandra kamu..."

“A-APA??? Masih nggak puas setelah berbuat m3sum di belakangku? Kamu pikir aku bisa menerimamu kembali hadir disini setelah melihat semua itu?” Sandra meluapkan semua emosinya.

Ia tak mau air matanya kembali jatuh setelah terakhir kali, “Kamu pergi dari kantorku, ini terakhir kali kita ketemu. Jangan pernah kembali lagi!”

“Sandra, jangan hanya menyalahkanku. Orang tuamu telah memutuskan kontrak kerjasama dengan keluargaku, bagaimana hidup mereka setelahnya? Apa kamu peduli?” Gerald menarik nafasnya dalam-dalam.

“Kamu mengeluh apa yang kuperbuat? Sementara kamu selalu pergi, ada banyak sekali wanita yang mendekatiku. Sedangkan kamu tidak ada di sisiku…” Gerald mencoba membela diri dari kesalahannya.

“A-apa? Jadi ini semua salahku?” Sandra sungguh tak percaya dia berbicara dengan nada kecewa.

“Ya, tapi aku meminta pengertianmu sekarang, apa kamu setuju untuk kita berbaikan, sayang?” Gerald mencoba merayu Sandra.

“Itu mustahil, aku nggak sudi lagi melihat mukamu, sekarang tolong keluar dari sini karena hubungan kita sudah berakhir hari itu juga...” Sandra membuka pintu agar Gerald keluar.

Derap langkah kaki terdengar, saat itu mereka menghening, sedetik kemudian

pintu terbuka, tubuh Simon yang tinggi dan tegap muncul di depan pintu. Bahkan bahunya yang lebar, terbalut dengan kemeja putih dengan lengan baju yang digulung memperlihatkan otot lengannya. "Ah, Sandra. Maaf, aku agak lambat, tadi aku..." Ucapannya terputus saat melihat pria yang tengah tersenyum miring melihatnya.

"Kamu..." Sebelah mata Simon menyipit, emosinya mendidih ketika melihat sosoknya.

"Hei, kamu si pria miskin itu kan? Beruntung sekali kita bertemu lagi, apa yang kamu lakukan disini? Apa ingin menjadi penjilat di keluarga kaya?” Gerald menaikkan sebelah alisnya.

"Jangan ikut campur dengan urusanku, Simon adalah asisten pribadi sekarang," ujar Sandra dengan nada tegas, menghalangi Gerald agar tak menganggunya.

"Oh, apa kamu sedang pamer? pantas saja Kamu terlihat cuek dan nggak peduli lagi sama aku, jadi karena dia? Huh! Seleramu sungguh buruk, Sandra..."

Bukk! Tiba-tiba tinju Simon melayang tepat di wajahnya. "Simon hentikan! Jangan lakukan ini di kantor jika tak ingin menjadi sorotan disini." Sandra histeris ketika Simon menampakkan sisi lainnya.

Merasa dibela oleh Sandra, Gerald tersenyum miring. "Lihat, kamu masih membelaku Sandra, artinya kamu masih peduli dan mencintaiku kan?"

Percaya diri sekali dia!

Simon menatapnya dengan pandangan tak suka, baru saja ingin menjawab, tapi suara Sandra lebih dulu terdengar.

"Berniat sekali kamu kemari untuk mengatakan itu? Kamu kira aku sudi? Bukankah orang tuaku sudah memberi kabar terbaru padamu? Oh, atau aku perlu memperlihatkan ini padamu?" Sandra mengambil ponselnya, kemudian memutar sebuah video siaran langsung dari ponselnya.

Gerald melihat dengan wajah tak acuh, namun matanya melebar sempurna melihat sesuatu yang menurutnya mungkin terjadi pada ayah kandungnya.

"Apa yang kalian lakukan pada mereka?" Kini beralih wajah Gerald berubah cemas.

Sandra dengan tawanya yang melebar cukup puas dengan hal itu, "Kenapa? Kamu takut aku akan membuka rahasia besar kamu dan keluargamu? Pergilah sekarang juga, sebelum aku panggil satpam agar kamu di seret keluar!"

Gerald melihat Sandra dengan tangan terkepal, untuk mengatakan hal lain dengannya benar-benar sulit. Ia akhirnya menuruti Sandra seperti terkena sihir yang kata-katanya tak dapat ditolak.

Jika pun Gerald menolak percuma, waktunya akan terbuang sia-sia hanya untuk itu. Tiba-tiba Simon mengomentari Gerald. "Tuan Gerald, sepertinya anda tidak perlu mengepalkan tanganmu sekuat itu."

Gerald langsung menunduk, ia baru menyadari reaksinya tadi. Apa ini berlebihan? canggung sekali …

"Baik, aku akan pergi, tapi kalian jangan senang dulu, masih ada waktu kita bertemu di waktu kedepannya..." Gerald menatap tajam Simon, lalu tertawa sinis. "Aku akan datang padamu..."

Setelah itu, dia pergi begitu saja sama seperti kedatangannya yang tiba-tiba. Butuh waktu beberapa saat hingga Sandra bernafas lega. “Hati-hati!” Simon menopang Sandra hingga dia tak jadi jatuh ke lantai. "Nona Sandra, kamu baik-baik saja, 'kan?"

Sandra mengeleng pelan, Simon membantunya untuk kembali duduk. Rasanya canggung, Sandra dibuat salah tingkah ketika Simon membantunya, terlebih saat itu para staf mulai berdatangan. “Tak apa, aku hanya sedikit pusing, bisa temani aku keluar sebentar?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status