"Zevanya, kamu sudah menandatangani kontrak kerjamu dalam keadaan sadar, ya kan?" tanya Nila keesokan harinya. Staff recruitment yang mewawancarai Zevanya selama proses penerimaan karyawan itu menatapnya dengan intens."Iya, tapi saya tidak mengira kalau kontrak ini akan berlaku selama seumur hidup. Tidak mungkin juga kan saat saya tua renta nanti saya masih bekerja di Star Group?" desah Zevanya."Mungkin kedepannya akan ada kebijakan baru lagi untukmu. Tapi untuk saat ini, kami tidak bisa menerima surat pengunduruan dirimu. Kecuali, kamu mau menerima segala konsekuensinya."Barusan Zevanya membaca seluruh isi kontrak kerjanya itu. Jadi Zevanya tahu konsekuensi seperti apa yang Nila maksud. Selain akan mendapatkan tuntutan secara hukum dengan nominal yang sangat fantastis, Zevanya juga akan dipastikan menganggur selamanya karena ia akan di black list Star Group.Jika sudah masuk ke dalam daftar hitam Star Group, bisa dipastikan tidak akan ada satupun perusahaan yang akan menerimanya.
Dengan secangkir kopi Reynard di tangan kanannya, Zevanya mengetuk pintu ruang kerja Reynard dengan tangan kirinya. Ia telah mempersiapkan dirinya atas pertanyaan Reynard tentang alasannya mengundurkan diri dari Star Group.Itu pun kalau bagian HRD memang memberitahu Reynard perihal niat pengunduran dirinya barusan. Karena tadi Zevanya memohon pada Nila agar tidak memberitahunya pada Reynard maupun Marco. Ia tidak mau mendapatkan banyak pertanyaan karenanya.Setelah berkali-kali mengetuk, pintu itu akhirnya mengayun terbuka dengan Marco yang berdiri menjulang di depan Zevanya, pria itu melipat kedua tangannya di depan dadanya. Jantung Zevanya pun berdegup kencang, mungkinkah pada akhirnya Nila memberitahu Marcodan Reynard?Seketika otak Zevanya menjadi beku. Jawaban yang telah ia persiapkan pada apapun pertanyaan yang diajukan Reynard mengenai pengunduran dirinya nanti menghilang begitu saja. Ia seperti anak playgroup yang tidak tahu harus melakukan apa di hari pertamanya sekolah."Ke
Zevanya duduk menatap makan siangnya dengan tatapan kosong di lantai. Ia tidak menyentuh makanan itu sama sekali, bukan karena ia tidak lapar, tapi karena tangannya terlalu sakit untuk digerakkan.Setelah nyaris dua jam jongkok saat membersihkan seluruh lantai ruang kerja Reynard dengan sikat gigi, seluruh tubuh Zevanya menjadi luar biasa sakit, terutama kedua pahanya. Rasa nyerinya semakin menusuk tiap kali Zevanya melangkah.Sementara saat Zevanya duduk, punggungnya yang berdenyut nyeri. Ia butuh merebahkan dirinya untuk membuat otot-ototnya kembali rileks, namun bahkan mencari tempat duduk untuk makan di pantry saja tidak ada, apalagi sofa empuk untuk berbaring. Tidak mungkin ia berbaring di ruang kerja Reynard kan?Alhasil Zevanya hanya duduk bersila di lantai, hingga membuat punggungnya terasa semakin panas.'Ada analgesik di tasmu, aku memasukkannya saat kamu tidur semalam. Minum saja kalau kamu tiba-tiba pusing atau kelelahan seperti kemarin.'Ucapan Dira pagi tadi terngiang di
"Itulah kenyataannya, Tuan. Saya hanya menjawab sejujurnya, terlepas anda mau mempercayainya atau tidak."Zevanya tidak sepenuhnya jujur. Kenapa wanita itu beralasan tersandung karpet alih-alih kaki Nada?Ya, Reynard tahu penyebab sebenarnya Zevanya kehilangan keseimbangan, bukan karena wanita itu ceroboh, tapi karena kaki Nada yang sengaja menjegal kaki Zevanya, dan Reynard pun memanfaatkan insiden tadi untuk mengusir Nada beserta mama Lila, namun tetap menyalahkan Zevanya atas luka bakar yang ia terima itu.Reynard akan memanfaatkan kesalahan Zevanya itu untuk menghukumnya, sekaligus memancing ingatan Zevanya pada kejahatannya enam tahun yang lalu.Perlahan, Reynard melepaskan jasnya, lalu menyusul rompinya, dan terakhir kemejanya. Matanya terus tertuju pada Zevanya yang langsung memalingkan wajahnya sejak Reynard menanggalkan jasnya. Niat Reynard untuk menghukum Zevanya semakin kuat karenanya,"Kau lihat ini? Mau disengaja atau pun tidak, kau telah menyebabkan luka ini padaku!"Zeva
Zevanya luar biasa takut saat Reynard mengungkungnya, hingga tidak ada sedikit pun ruang bagi Zevanya untuk bergerak menghindar. Ketakutannya menjadi berkali lipat saat jari Reynard mengapit dagu Zevanya agar menatap wajahnya, karena bagian wajah Reynard yang pertama Zevanya lihat adalah matanya. Mata yang mengingatkannya pada Vale dan juga pria pengganti yang Ramon carikan untuknya.Berapa banyak pria bermata biru di dunia ini hingga Zevanya harus bertemu dengan salah satu dari mereka? Mengingatkan Zevanya saja pada dosanya enam tahun lalu.Dan saat ibu jari Reynard mengusap lembut bibirnya, napas Zevanya seketika tercekat, ketakutan semakin mencekamnya. Reynard pun terlihat tidak percaya dengan apa yang barusan pria itu lakukan. Tapi alih-alih menjauhkan dirinya, Reynard malah mendaratkan bibirnya di atas bibir Zevanya.Untuk sepersekian detik, jantung Zevanya seolah berhenti berdetak, sebelum akhirnya berdegup kencang, dan aliran darahnya mengalir dengan desiran menggelitik, tidak
Sulit sekali membuat Zevanya teringat pada dosanya enam tahun yang lalu. Sementara Reynard hanya ingin Zevanya mengingatnya sendiri. Tapi sepertinya wanita itu sudah benar-benar melupakannya. Harga diri Reynard semakin terluka saja dibuatnya.Reynard terus menatap Zevanya selama wanita itu mengompres lukanya. Sampai saat ini, sosok pria yang telah menyekap Reynard dan memberinya obat perangsang belum ditemukan juga. Banyak informasi simpang siur yang anak buah Reynard terima selama proses pencarian, yang hanya mengarahkan mereka pada orang yang salah.Siapapun pria itu, pastinya telah terbiasa melakukan kejahatan, bukannya pelaku kejahatan amatiran. Sekarang ini, Zevanya lah yang menjadi kuncinya. Kalau Zevanya telah mengingatnya nanti, barulah Reynard menanyakan identitas pria itu, juga alasan perbuatan jahat mereka padanya."Apa yang kau lakukan?" tanya Reynard sambil sedikit beringsut di kursinya saat Zevanya meniup lukanya."Supaya cepat kering, Tuan. Supaya saat Pak Marco datang
"Mommy!" pekik Abercio saat Zevanya baru saja membuka pagar rumah Dira."Jangan lari, Sayang. Nanti kamu jatuh!' cegah Zevanya, melihat Abercio sekencang itu membuat perutnya seketika mencelos. Tapi putranya itu tetap lari ke arahnya, hingga tubuh Zevanya terdorong ke belakang ketika tubuh kecil Abercio menubruk dan memeluk kakinya,"Mommy tumben pulang cepat?" tanya putranya itu sambil mendongak untuk menatap wajah Abercio.Zevanya perlahan jongkok hingga wajahnya sejajar dengan wajah Abercio. Senyum lembut penuh kasih tercurahkan pada putranya yang memiliki netra mata sama dengan Reynard. Untung saja wajah Abercio lebih mirip dengan Zevanya alih-alih Reynard.'Mommy sudah menemukan Daddymu, Sayang,' batinnya lirih. Ia tidak dapat memberitahu Abercio mengenai ayah kandungnya itu, sama seperti ia tidak bisa memberitahu Reynard kalau malam itu telah menghasilkan Abercio, meski untuk alasan yang berbeda.Zevanya menguatkan dirinya untuk tetap terlihat ceria di depan Abercio. Ia bertanya
"Aku harus bagaimana, Ra? Kalau aku harus terus bertemu dengannya setiap hari, aku tidak akan sanggup," isak Zevanya."Selama kamu tidak punya uang untuk membayar dendanya, kamu tidak akan bisa lepas darinya, Van. Ck, seandainya saja kamu bisa mengenali pria itu sejak awal, semua tidak akan terjadi."Zevanya menjauhkan sedikit badannya untuk menatap Dira, "Aku tidak sanggup menatap wajahnya saat itu, Ra. Aku tidak mau selalu terbayang wajah pria itu nantinya. Selama kami melakukan hubungan itu, mataku selalu terarah ke tempat lain, atau ke bagian tubuh Tuan Reynard yang lain, itu juga yang menjadi salah satu alasan aku mengetahui bekas luka di sisi kanan Tuan Reynard, karena saat tanganku tidak sengaja menyentuhnya, mataku langsung tertuju ke sana. Aku dapat melihatnya meski dalam kondisi remang-remang.""Kalau kamu bisa melihat bekas lukanya, berarti Tuan Reynard juga bisa melihat wajahmu.""Mungkin lebih tepatnya mematri wajahku ke dalam ingatannya, sampai akhirnya dapat menemukan