“Rangga, maafkan aku karena sudah mengecewakanmu. Aku memang main pernah belakang dengan bosku dua tahun terakhir.”
Ucapan Jojo, istri Rangga, dua bulan yang lalu masih terngiang di kepala Rangga.
Selama ini Rangga hanya setia kepada satu wanita, tetapi wanita itu telah mengecewakannya. Walaupun ada banyak wanita yang berusaha menggoda Rangga, tapi Rangga tidak pernah memberi mereka kesempatan untuk mendekatinya.
Tapi, sejak Jojo mengakui semuanya kalau dia pernah berselingkuh dengan Rahul, bosnya, maka hati Rangga menjadi sangat kecewa. Dia menjadi sangat murka akan kehidupannya.
Sejak itu Rangga mulai mencari cara untuk membalas dendam kepada biang keladi kehancuran rumah tangganya, orang yang mengajak Jojo masuk ke dalam kemaksiatan, masuk ke dalam perselingkuhan, pengkhianatan yang melukai hati Rangga.
Dan hari ini, Rangga akhirnya mulai melakukan apa yang menjadi rencananya itu!
Rangga melangkahkan kakinya untuk pertama kali ke rumah Rahul. Inilah caranya untuk membalas kekecewaan tersebut, yaitu dengan masuk ke rumah Rahul sebagai sopir pengganti.
Saat Rangga melihat pria itu, dia hampir tidak bisa menahan diri. Tangannya terkepal, wajahnya mengeras. Pria tua yang tidak pantas menjadi saingannya ini telah berselingkuh dengan istrinya selama hampir dua tahun!
Rahul menatap Rangga. "Jadi kamu sopir baru yang dibilang Yopi itu?"
"Iya, Pak. Nama saya Rangga."
"Oke. Antarkan aku ke kantor."
"Mari, Pak Rahul."
Saat Rahul melewatinya, Rangga hampir saja melepaskan amarahnya. Namun, dia memiliki rencana jangka panjang untuk membalas dendamnya, jadi dia mengendalikan diri.
Sesampainya di kantor dan setelah menurunkan Rahul, Rangga memperhatikan kantor itu. Di sinilah semuanya bermula. Di sinilah istrinya beberapa kali dilecehkan hingga akhirnya tidak berdaya dan berakhir menjadi selingkuhan Rahul.
Tiba-tiba Rahul yang sudah meninggalkan mobil sambil menelepon kembali mendekati Rangga. "Kamu langsung balik ke rumah, lalu jemput Tineke ke mall. Mengerti?"
"Bagaimana dengan Bapak?"
"Mungkin aku akan memakai sopir kantor kalau aku harus keluar. Oke, kamu pulanglah."
"Baik, Pak."
Dalam perjalanan kembali, Rangga menerima telepon dari Jojo, istrinya. "Apa maumu, Jojo?"
"Kamu ke mana, Rangga? Kenapa tidak ada di rumah?"
"Aku sedang kerja lapangan."
"Hah? Bukannya kamu biasanya cuma kerja di depan laptop?"
Sebelum ini, Rangga memang seorang trader dan hanya bekerja dari rumah. Selama 2 tahun ini, pekerjaannya itu telah menghasilkan uang milyaran untuknya, tetapi jumlah itu tidak pernah diketahui oleh istrinya.
Rangga memang ingin membuat kejutan kepada istrinya, ingin membuat sebuah perusahaan besar dan juga membuat apartemen mewah untuk istrinya, untuk jadi kejutan ulang tahun pernikahan bagi istrinya.
Tapi kejutan itu belum juga dia katakan, karena kejutan dari istrinya sudah lebih dulu menerpa hidupnya.
"Sekarang aku mau sambil kerja lapangan melihat-lihat kompetitorku supaya bisa mendapatkan hasil lebih baik," bohong Rangga.
"Oke. Kamu silakan kerja lapangan, aku akan tinggal di rumah dan tidak akan bekerja lagi. Aku puas dengan penghasilanmu, yang penting keluarga kita tetap utuh."
Rangga mendengus. Sejak menikah dengan Jojo, sebenarnya dia sudah mendapatkan kepuasan hidup. Dia merasa semua yang dia inginkan sudah tercapai dengan kehadiran Jojo apalagi dengan kehadiran dua buah hatinya dengan Jojo.
Dia ingin meninggalkan Jojo setelah perselingkuhannya terbongkar, tetapi tidak sanggup karena anak-anak mereka sangat berharap orang tua mereka tetap bersama.
"Jam berapa kamu pulang, Rangga sayang?" tanya Jojo dengan nada lembut. Sungguh berbeda dari sebelum Rangga memergokinya selingkuh.
Jojo dulu begitu cuek dan dingin. Kini, wanita itu jadi berubah peduli, dan terus berbicara dengan nada mendayu, tapi Rangga tidak akan terjebak lagi.
"Aku tidak tahu. Mungkin tidak akan pulang."
"Rangga, kamu tidak sedang meninggalkan aku, kan?"
"Kalau aku ingin meninggalkanmu, aku sudah membawa anak-anak kita pergi, tapi aku tidak melakukannya, kan?"
"Iya, memang."
"Aku cuma ingin menenangkan diri sambil kerja lapangan. Dua hari lagi aku pulang."
"Baik, Rangga. Aku akan menunggu sampai kamu pulang dan akan selalu memperhatikan anak-anak kita.”
**
Saat Rangga telah kembali ke rumah Rahul, Tineke yang sudah berdandan cantik itu keluar. Dia bahkan sengaja menggesekkan buah dadanya yang sintal ke lengan Rangga, hingga membuat Rangga kaget.
Tineke menatapnya penuh arti. Sebuah godaan sudah mulai dilayangkan.
Ternyata, istri kedua Rahul sebinal ini?
Sekarang, Rangga yakin bahwa rencana pertamanya akan bisa dilaksanakan dengan sangat mudah.
Tapi Rangga pura-pura tidak mengerti. Dia masuk ke dalam mobilnya dan bertanya, "Nyonya Tineke mau belanja di mana, Nyonya?"
Tineke nampak berpikir sebentar kemudian dia berkata, "nampaknya aku tidak jadi belanja deh."
"Kenapa begitu, nyonya?"
"Sekarang ini aku lebih suka refreshing di hotel." Dari posisinya di jok belakang ini, Tineke menatap penuh arti ke arah Rangga lewat kaca di atas pengemudi.
"Oh, aku mengerti, tante. Tante mungkin capek. Ehm, berarti tante ingin menginap di hotel dan aku harus menjemput Tuan Rahul, begitu, kan?" pancing Rangga.
"Eh, jangan. Bapak sedang sibuk di kantor. Biarlah dia di kantornya. Aku tidak mau mengajaknya ke hotel."
"Baik, nyonya. Berarti nyonya ingin menikmati fasilitas hotelnya. Mungkin menikmati spa-nya, kolam renangnya atau semacam itu. Iya kan?" kata Rangga sambil mulai mengemudi.
"Aku nggak mau. Aku pengen sekali ke hotel bukan untuk menikmati fasilitas seperti itu tapi aku ingin berduaan dan dengan seseorang di hotel. Tapi bukan bapak ya."
Cerita sudah mulai menjurus tapi Rangga masih pura-pura. Dia masih berlagak pilon. "Oh, jadi nyonya akan menginap dengan teman nyonya, ya? Bestie-nya nyonya, ya?"
"Nggak. Buat apa? Aku lebih baik menghabiskan waktu dengan bestie-ku saat di klub malam atau di lagi shopping tapi tidak saat di hotel. Saat di hotel, aku ingin menikmatinya dengan seorang lelaki. Tentu saja."
Saat ini Rangga terdiam. Rangga biarkan Tineke menceritakan dengan jelas akan maksud perkataannya itu. Rangga yakin, dari ekspresi Tineke, sepertinya wanita itu mulai tertarik padanya.
Setelah sempat terdiam, Tineke nampaknya mulai tidak tahan. Dia kemudian memajukan tubuhnya sehingga harum semerbak parfum yang dia pakai menyebar sampai ke hidung Rangga. "Bagaimana denganmu? Apa kamu mau menemani aku di hotel?"
Saya kembali masuk ke dalam, ke dalam pusaran suara dan cahaya. Saya segera menemukan Marco dan berteriak ke telinganya dari jarak dekat. Itu tidak terlalu berhasil. Akal sehat menang, dan dia mengikuti saya ke lorong masuk.Gadis berambut pirang kecil itu masih di sana. Dia entah bagaimana mendapatkan tas tangan kecil.- "Dia butuh tumpangan pulang." kata saya. "Saya menawarkan untuk mengantarnya, kalau kalian tidak keberatan."- "Dia akan jadi sopir resmi saya malam ini." katanya. "Kalau itu tidak masalah."Marco terkejut.- "Ini temanku Marco," kataku. - "Millie," katanya, dengan senyuman yang memperlihatkan gigi putihnya yang sempurna. "Senang bertemu denganmu, Marco." - "Dan namaku Ben," tambahku. - "Halo, Ben," katanya dengan nada menggoda yang membuatku sedikit lemas.- "Ya." kata Marco. "Uh ... tidak apa-apa. Kita bisa naik taksi untuk pulang nanti. Kalian ... ah, kalian berdua selamat malam." Dia menoleh ke arahku, dan aku bisa membaca bibirnya: "Are - you - fuckin' - k
Sekarang, kita memasuki season yang baru. Tentang hasrat da juga cinta. Enjoy***Apa yang aku lakukan di klub malam? Biaya masuknya selangit, dan harga minumannya begitu mahal sehingga pemiliknya mungkin bisa foya-foya setelah minggu pertama beroperasi. $7,50 untuk soda klub? Aku memberikan pelayan sepuluh dolar, dan dia sudah pergi sebelum aku sempat meminta kembalian. Mungkin dia tidak bisa mendengarku anyway.Musiknya sangat keras. Aku bisa merasakan dentuman yang tumpul dan berulang-ulang, seperti serangkaian pukulan di dada. Lagu drumnya semua diprogram, tentu saja: jika itu dimaksudkan sebagai irama, maka aku memang sedang menerima pukulan. Untuk menambah kesenanganku, lampu yang berkedip-kedip membuat kepalaku pusing.Tapi Luke ada di sini untuk bertemu jodohnya dari aplikasi kencan, dan Marco dan aku ikut serta untuk memberikan dukungan moral dan cadangan. Marco (seorang pria besar) adalah petugas keamanan, dan aku adalah sopir yang ditunjuk, jaga-jaga kalau ada masalah (m
Liang keintimannya basah kuyup dengan cairan cinta, pelayan itu berbalik dan menggenggam batang kemaluannya yang mulai melemas. Liang keintimannya masih berdenyut, dia dengan rakus menutupinya dengan mulutnya, mengisap sisa cairan cinta dan cairannya dari sana."Tetap di sini," dia memohon, mengisap dan menariknya, sangat menginginkan kekakuan itu kembali di dalam dirinya."Aku tidak bisa," dia menjawab, enggan menarik batang kemaluannya dari genggamannya dan memasukkannya kembali ke celananya."Aku punya janji, tapi percayalah, jika tidak begitu penting, aku akan menggaulimu lagi sekarang juga."Saat dia turun tangga, dia berdiri dan menarik celana dalamnya, menggosok liang keintimannya yang masih berdenyut melalui celana dalam, jarinya menekan celana dalam ke celah basah dan sakitnya.Mengetuk dan masuk ke kamar tidur, dia menemukan wanita itu kembali di tempat tidur, gaun tidurnya terbuang dan tergeletak di lantai. Di bawah selimut, kakinya terbuka lebar dan dia tidak menyembunyika
Ketika wanita tua itu pulang ke rumah dan membuka pintu kamar tidur, dia terkejut. Bukan karena melihat suaminya dan pembantunya bersama-sama, itu sudah pasti. Yang membuatnya terkejut adalah pemandangan liang keintiman pembantunya yang dicukur, terlihat begitu muda di antara kedua kakinya yang terbuka, lengket dan basah dengan cairan cinta suaminya yang masih menetes keluar. Merah muda dan segar, bibirnya berkilau dan terbuka, selaput daging yang menutupi titik paling sensitifnya. Area sensitif yang tersembunyi di bawahnya, siap mengeras, membengkak, dan menonjol saat terangsang.Melihatnya membangkitkan kenangan dari masa lalu yang jauh. Kenangan bereksperimen dengan teman-teman perempuannya di sekolah, menjilati liang keintiman satu sama lain dan memasukkan jari-jari mereka ke dalam liang keintiman basah dan bersemangat. Membuat satu sama lain klimaks saat mereka menjelajahi seksualitas mereka, bertanya-tanya bagaimana rasanya bersama seorang pria. Dia bukan lesbian, tapi itu ada
"Astaga!" teriaknya, dan liang keintimannya menyemprot, membanjiri batang kemaluannya, semburan cairan basah menyemprotkan keduanya setiap kali dia menusuk ke dalam dirinya.Dia menjulurkan tangannya ke bawah dan menggosok klitorisnya dengan liar. Pinggulnya mulai mendorong ke atas, menggoyang keras melawan tubuhnya, dan kemudian dia klimaks, kakinya bergetar tak terkendali dan tubuhnya kejang-kejang saat dia terbaring tertusuk oleh batang kemaluan besar yang indah di dalam dirinya.Menatap liang keintimannya yang terbuka dengan batang batang kemaluannya yang keras terbenam di dalamnya, dia menjilat jempolnya, menjulurkan tangannya, dan menyentuh klitorisnya.Dia bergetar dengan sensitif, tapi saat dia memijatnya, dia menginginkan lebih. Perlahan-lahan masuk dan keluar dari tubuhnya, dengan jempolnya menggosok klitorisnya, dia merespons, mendesah dan menggoyangkan pinggulnya, menginginkan untuk disetubuhi.Tiba-tiba, dia mencengkeram lengannya. Oh sial! Dia akan klimaks lagi. Dia mera
Dia seharusnya sudah menduganya, gaya hidup pulau yang santai, nafsu seksualnya yang besar, dan gadis-gadis asli pulau yang muda dan menarik dengan sikap santai mereka terhadap seks adalah resep bencana.Saat pulang lebih awal, dia mendengar suara-suara hubungan seks, membuka pintu kamar tidur mereka untuk menemukan salah satu gadis pulau itu mendesah keras saat dia menggerakkan liang keintimannya yang basah dan ketat ke atas dan ke bawah di atas batang kemaluannya yang tebal, panjang, dan keras.Dia menonton dengan tak percaya saat gadis pulau itu menungganginya, menggesekkan liang keintimannya yang berkilau dan penuh nafsu naik turun di batang batang kemaluannya yang keras, semakin cepat dan semakin cepat, mendorongnya semakin dalam ke dalam dirinya. Dia bisa merasakan gadis itu sangat ingin orgasme dengan liang keintiman penuh batang kemaluan keras dan merasakan cairan cintanya mengalir di dalam pahanya.Diam-diam, dia menutup pintu, mengambil tas tangannya, dan berjalan keluar pin