Dengan hati sedih karena teringat pada dua tahun yang lalu, dia pernah berusaha menari seperti ini, tapi dicuekin Jojo, maka saat ini, Rangga meneruskan tariannya.Rangga berusaha melupakan kesedihan di masa lalunya dan kini, dia berusaha fokus menari untuk Tineke.Ini membuat Tineke semakin tidak karuan. Bajunya sudah terlepas semua. Tidak ada lagi yang masih di tubuhnya. Dia terus memegang buah dadanya yang montok itu sambil terus menatap dengan penuh minat akan tarian panas yang sedang dilakukan Rangga.Rangga terus berkreasi. Dia terus meliuk-liukkan tubuhnya dengan gaya maskulin untuk makin menarik hasrat Tineke. Hingga akhirnya, Tineke mulai berdiri, mendekati Rangga dan memeluk Rangga."Puaskan aku, Rangga. Ohhhh ... puaskan aku."Rangga pun memenuhi keinginan Tineke itu. Otot kekarnya langsung mengangkat tubuh polos Tineke untuk dia baringkan dengan lembut di atas pembaringan.Saat Rangga menggendong tubuhnya, Tineke berusaha mencari-cari rudal milik Rangga, hingga akhirnya di
Saat mobil sudah berada di jalan raya, Rangga sempat melirik ke samping ke arah Natasha, dan dia harus mengakui akan kecantikan Natasha yang cantik dan putih, khas cewek blasteran indo-bule itu."Kenapa lihat-lihat?" tanya Natasha."Karena kamu cantik banget. Seorang lelaki normal seperti aku, tidak akan sanggup untuk tidak menatapmu semenit aja." Rangga mulai mengeluarkan gombalannya."Really?""Yeah. Kamu adalah anugerah Tuhan. Wajah yang sangat agung kecantikannya. Karena itu, saat di dekatmu seperti ini, aku tidak akan sanggup lama-lama untuk tidak menatapmu.""Good words.""Thank you.""By the way. Gimana kamu kenal my mom?""Aku kerja di rumah ayah tirimu.""Oh. Sebagai apa?" Natasha menatap wajah Rangga."Sebagai supir."Natasha terlihat kecewa. "Kamu tidak mirip supir, tuh.""Percayalah. Aku adalah supir ayah tirimu."Setelah itu, Natasha terdiam. dia menatap ke arah luar mobil. Nampaknya dia agak kecewa mengetahui kalau Rangga cuma seorang supir.Beberapa kali Rangga berusaha
Rangga langsung memesan kamar secara online di Aparteman. Dia ingin segera meng-unboxing Natasha, si cewek bule, mangsa barunya ini.Natasha pun hooh-hooh saja saat diajak Rangga masuk di aparteman. Saat ini, untuk pertama kalinya Rangga mulai memperhatikan wajah dan tubuh Rangga."Wow. Ternyata Master Wing itu sangat tampan dan gagah. Tubuhnya atletis. Kekar dan mempesona. Aku sangat beruntung bisa bertemu dengannya," batin Natasha sambil terus menatap tubuh Rangga.Sebelumnya, Natasha memang tidak memperhatikan akan body dan wajah Rangga, karena profesi Rangga yang cuma supir itu membuat Natasha alergi untuk menyukai Rangga. Sebelumnya, ia bahkan tidak mau melirik Rangga sedikitpun.Tapi, kali ini berbeda. menyadari kalau Rangga adalah orang misterius yang sangat terkenal di dunia saham pada dua tahun terakhir ini, membuat dengan mudahnya Natasha langsung tergila-gila akan Rangga.Karena itu, diajak ke hotel untuk langsung diunboxing Rangga, bukan masalah buat Natasha. Bahkan dia ja
Rangga pun menunggu dengan sabar, hingga akhirnya dia mulai merasakan pusaka kebanggaannya mulai digesek-gesek, masuk di lembahnya Natasha. Itu berarti Natasha mulai menggerakkan tubuhnya.Dan ini membuat Rangga mulai merasa nikmat. Dia tidak bergerak. Dia biarkan Natasha yang bergerak. Dia cuma ingin menjemput kenikmatan yang dihadirkan Natasha baginya.Setelah rasa perih hilang lenyap, Natasha mulai kekenakan. Karena itu, dia mulai berkreasi. Dia mulai menggerakkan tubuhnya. Memasuk-keluarkan rudal yang sedang menyatu di tubuhnya ini untuk berusaha meraih surga dunia.Menyadari kalau pria yang sedang berada di bawahnya ini, Yang sedang diservis-nya ini adalah idolanya di bisang saham, maka, Natasha berusaha melakukan yang terbaik, supaya pria bernama Rangga ini ketagihan akan servisnya, ingin selalu bersamanya, dan syukur-syukur mengajaknya menikah.Itulah yang diinginkan oleh Natasha, karena itu, dia mulai bergoyang memutar rudal besar ini dalam putaran lembahnya yang sempat membu
Untuk sementara Rangga menghentikan gerakannya tapi bukan berarti dia sudah menyudahi semuanya karena dia masih ingin menikmati tubuh Gladis blasteran yang seksi ini.Natasha pun mengambil nafas sejenak setelah dia berhasil mendapatkan puncaknya.Beberapa saat kemudian, Rangga mengambil posisi di belakang tubuh Natasha sambil dengan tangannya, dia mengarahkan rudalnya ke arah area sensitifnya Natasha.Akibatnya, Natasha langsung meringis kesakitan lagi karena lembahnya kini mulai diterobos lagi oleh rudal besar itu.Natasha menggigit bibirnya, saat merasakan properti besar milik Rangga itu, mulai keluar-masuk di tubuhnya.Tapi, beberapa waktu kemudian, Natasha mulai merasa enak lagi.Natasha merasakan kenyamanan saat merasakan gesekan rudal itu, yang makin lama makin membuat dia merasa nikmat."Owh ... Penuh banget. Enak banget. Owh... ""Punya kamu juga nikmat banget, Natasha." Rangga yang sebelumnya bergerak pelan, kini mulai bergerak cepat."Please, Rangga. Aku ingin jadi satu-satu
Menurut mamamu, Papa Rahulmu menyukai kamu. Apa itu benar?" tanya balik Rangga.Mendengar itu. Natasha sempat terdiam. Tapi karena melihat tatapan mata penuh pertanyaan dari Rangga, maka akhirnya dia mengangguk. "Mungkin ya. Mungkin tidak.""Kenapa kamu bilang gitu?""Karena aku pikir, Papa Rahul itu, memberikan perhatian padaku cuma sebagai seorang ayah sambung kepada anaknya. Tapi, mama yang berpikir kalau dia menyukai aku.""Bagaimana kalau kita membuktikannya?""Maksud kamu?" tanya Natasha tidak mengerti."Maksudku, kalau kamu bertemu berdua di aparteman ini dengan Pak rahul, maka, semuanya akan terbukti. Apakah perhatiannya padamu itu, adalah perhatian seorang ayah pada anaknya ataukah perhatian seorang lelaki yang bernafsu kepada wanita incarannya."Mendengar itu, Natasha berkata, "yang jelas, aku akan menolak kalau dia meminta yang tidak-tidak.""Kalau begitu, mari kita buktikan. Kalau kamu memang menyukaiku, buktikan padaku kalau kamu bisa menolak lelaki lain untukku.""Ok. Ak
Setelah melihat Natasha memakan makanan yang diberikannya, maka, Rahul, si pria hidung belang itu mulai mendekati Natasha.Sementara itu, lewat layar handphonenya, Rangga memperhatikan apa yang terjadi di luar kamar tempat dia berada sekarang ini.Saat ini, Rahul mulai berusaha untuk mencium Natasha."Papa Rahul, apa yang kau lakukan? Kamu tidak boleh seperti ini! Bagaimana pun, aku adalah anakmu.""Sssstttt. Diam. Aku ingin kamu, Natasha. Aku ingin kamu." Rahul menarik napas dalam-dalam, lalu mencium Natasha dengan agak memaksa.Natasha terduduk di meja, dia merasa sangat tegang dengan kehadiran Rahul ini.Dia tahu ada sesuatu yang akan dia katakan, tetapi dia tidak yakin apa itu.Ketika Rahul mendekatinya ini, Natasha ingin menolak. Tapi dia merasa tidak berdaya. Ini dia rasakan sejak dia memakan makanan dari Rahul.Natasha tahu kalau ada Rangga di kamar. Tapi entah mengapa, sejak dia memakan makanan yang disodorkan Rahul tadi, dia mulai tidak lagi berpikiran jernih.Rahul mencoba m
Saat ini, Rahul sedang mencium dan meraba tubuh Natasha dengan penuh kegairahan. Dia sangat menikmati hal iniKarena sekian lama dia sudah mengincar tubuh anak tirinya ini.Tapi, tanpa diduga oleh Rahul, beberapa pukulan-pukulan keras menghantam kepala belakangnya dengan lantunan yang memekakan telinganya.Pukulan-pukulan itu datang dengan cepat dan beruntun, menggetarkan Rahut dan menghentikan semua tindakannya atas tubuh Natasha.Dalam sekejap, suasana gairah yang dirasakan Rahul, langsung berubah menjadi rasa kesakitan yang tak tertahankan.Wajahnya terdistorsi oleh kejutan dan rasa sakit yang dia rasa ini, dan semua pikirannya seketika teralih pada rasa nyeri yang tak terbayangkan.Rangga tak henti-hentinya melontarkan pukulan demi pukulan pada tubuh dan kepala Rahul bagian belakang.Setiap tinjunya memenuhi sasaran dengan telak. Dia menerjang kepala dan tubuh tua itu, dengan kekuatan tak terbendung dalam emosi yang memuncak.Dalam kemarahannya yang memuncak, karena teringat akan
Dengan penuh rasa ingin tahu, Nathan segera bergerak ke depan hotel bersama beberapa pegawai hotel dan juga tamu-tamu hotel yang juga ingin tahu dengan apa yang terjadi di depan sana. Saat orang-orang masih mengintip ke arah luar untuk mencari tahu akan apa yang terjadi, maka Nathan segera menyeruak di antara orang-orang dan langsung keluar dari hotel karena dia mengenali suara seseorang yang berteriak di Jalan Raya sana. "Itu adalah suaranya Justin. Apa yang terjadi?" batin Nathan yang langsung mendapatkan firasat buruk. Karena itu, dia langsung berlari ke depan hotel. Di jalan raya di depan Hotel, dia melihat Justin sedang memeluk tubuh seorang gadis yang walaupun belum terlihat wajahnya karena terhalang oleh tubuh Justine, tapi Nathan mendapatkan firasat kalau itu adalah Leticia. Justin nampak menangis sambil memeluk Gadis itu yang ternyata memang benar adalah Leticia. "Apa yang terjadi, Justin?" tanya Nathan. 'Setelah kamu masuk ke dalam hotel, Leticia tiba-tiba keluar dari
Nathan berkata, "kamu jangan salah mengambil keputusan, Leticia.""No. Inilah keputusan terbaik. Buat apa nikah kalau tidak saling mencintai," bantah Leticia.Nathan kembali merasa tidak enak kepada Justin akan kata-kata Leticia itu. "Justine sangat mencintaimu, Letti. dia sendiri yang bilang padaku dan aku bisa melihat kesungguhan hatinya.""Tapi aku tidak cinta Justine. Itu bukan saling mencintai kalau yang cinta cuma satu pihak. Aku mencintaimu, Nathan," tegas Leticia tanpa tedeng aling-aling. Dia tidak peduli walaupun Justine duduk di depannya."Lalu bagaimana dengan kita? Kita juga tidak saling mencintai. Aku mencintai Eva dan walaupun--""Dia sudah meninggalkanmu, sayang. Untuk apa lagi mengharapkannya? Lagipula Tante Mila sudah sangat setuju kalau aku jadi pacarmu, Nathan." potong Leticia."Tante Mila ingin yang terbaik untukmu, Nathan. Dia ingin kamu bahagia bersamaku. Aku akan merawatmu secara ekonomi. Kamu tidak perlu bekerja seperti yang sekarang lagi, Nathan."Nathan terdi
Karena batang kebanggaan Nathan terus didesak Nathan masuk-keluar ke liang kewanitaannya Stella, maka Stella merasakan sakit yang amat sangat.Stella masih belum sempat menemukan momen untuk mendapatkan kesembuhan dari rasa perih yang dia rasakan karena dihantam oleh benda jumbo milik Nathan itu.Saat Stella sedang menunggu-nunggu momen di mana dia tidak merasakan sakit, momen itu tidak kunjung datang karena Nathan terus memaksakan batang kejantanannya ke dalam liang kewanitaan Stella."Nathan, ampun, Nathan. Ampun. Ampuni aku, Nathan. Perlahan dulu, jangan seperti ini!""Kamu kan yang ingin ini, kan? Jadi, kamu akan mendapatkannya."Stella hanya bisa menjerit minta ampun menahan kesakitan karena tusukan-tusukan dari benda berukuran besar milik Nathan.Hingga akhirnya lama-kelamaan Stella mulai tenang karena rasa sakit sudah mulai berhasil dilewati berganti dengan rasa nikmat karena tusukan-tusukan dari benda milik Nathan ini.Nathan sudah mendengar desahan dari Stella, karena itu dia
"Gak bisa, Stella." Nathan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Kenapa, hah? Kita kan mainnya di sini bukan di ranjang tante binalmu itu, tau!" Sembur Stella sambil menunjuk Mila."Stella! Kamu gak boleh berkata seperti itu!" Nathan segera menarik tangan Stella keluar dari kamar ini sebelum kata-kata Stella tadi didengar oleh Mila."Tante macam apa yang menggoda ponakannya sendiri, hah!""Kamu tahu?""Tentu saja. Aku mengintip perbuatan kalian itu!"Sesampainya di luar kamarnya Mila, Nathan terus menarik tangan Stella ke arah luar apartemen agar jauh dari Mila. "Kamu harus pergi, Stella!""Ok. Tapi layani aku dulu!" sembur Stella."Aku tidak mau lagi melayanimu!" tegas Nathan."Mengapa?""Kamu keterlaluan saat meminta aku melayanimu di kamar tanteku.""Ya kan siapa tahu dia jadi bergairah karena itu. Iya kan? Atau supaya dia ada penghiburan di masa-masa tuanya yang sebatang kara itu. Iya kan?""Kamu gak punya perasaan! Aku tidak akan mau lagi melayanimu!""Kalau kamu tidak melaya
"Tante Mila dan mamamu di Manado sudah merestui hubungan kita," jawab Leticia dengan wajah berseri-seri."Maksud kamu?" tanya Nathan sambil mengerutkan keningnya."Tante Mila sudah setuju kalau aku menjadi pacarmu. Dia bahkan langsung menelpon mamamu dan mamamu juga setuju."Nathan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak. Kamu lebih baik bersama Justine. Kamu akan bahagia bersamanya.""Aku yang tahu diriku, Nathan. Aku yang tahu dengan siapa aku akan bahagia dan bukan kamu.""Aku cuma seorang pecundang. Aku tidak akan bisa membahagiakan kamu, Leti.""Siapa bilang? Ayahku memiliki beberapa anak perusahaannya yang akan dia serahkan padaku begitu aku lulus kuliah atau menikah. Nah, begitu menikah denganmu, kamu akan aku angkat jadi pemimpin di perusahaan-perusahaan itu. Kamu tidak akan jadi pecundang lagi kalau kamu sudah jadi CEO, Nathan.""Ayahmu sudah menjodohkan kamu dengan Justine, Letti.""Dia tidak bisa memaksaku. Ok. Dia memang menjodohkan aku dengan Justine. Tapi, hanya sampai si
"Namaku Justine, Nathan," kata pria itu."I'm sorry. Tapi, kita kenal dimana? Kok kamu tahu namaku dan kok tahu aku akan pulang?" Nathan menatap penuh selidik ke arah pemuda di depannya ini.Pemuda ini hampir setinggi Nathan, tapi tubuhnya kurus, tidak sebesar Nathan."Kita memang belum saling kenal. Tapi, aku adalah tunangannya Leticia.""Leticia? Dia punya tunangan?""Ya. Sejak setengah tahun yang lalu. Orang tua kami yang menyatukan kami dalam pertunangan. Tapi, dia tidak pernah menganggap aku ada.""Kamu mencintainya?""Amat sangat," tegas pemuda bernama Justin ini sambil menatap Nathan.Nathan mengangguk. "Ok. Aku bersedia kamu antar pulang. Aku ingin mendengar apa yang ingin kamu bicarakan.""Terimakasih, Nathan." Justin membalikkan tubuhnya untuk menuju ke arah pintu keluar."Mengapa kamu tahu aku ada di sini?""Aku pernah mengikuti Leticia yang berada di apartemenmu. Saat aku melihatmu keluar dari apartemen, aku ikut kamu hingga ke tempat ini. Tapi, sebelumnya, aku belum beran
Hanya dalam tempo yang tidak terlalu lama, maka, Venty mulai merasakan gairahnya melonjak-lonjak. Pinggulnya mulai bergerak memutar untuk menandingi tusukan-tusukan yang dilakukan Nathan dengan terong besarnya."Aduh ... ini enak benget, Nathan. Enak. Oh ...""Iya, kak. Ini enak banget. Oh ... enak banget.""Tusukan kemu berasa banget, Nathan di dalam tubuhku. Auh ... eh. Enak e.""Cengkeraman kakak juga hebat, kak. Aku suka.""Nanti abis ini, kamu kasih nomor telponmu, ya? Biar kita bisa atur waktu untuk main di rumahku. Ok?"Nathan terdiam mendengar permintaan Venty ini. Sudah beberapa pelanggan yang meminta nomor telponnya. Orang-orang yang ingin berhubungan lebih lanjut dengan Nathan, tanpa melalui Tante Lisa.Ini adalah sesuatu yang tidak disetujui oleh Nathan. Apalagi dia terikat peraturan di club malam yang mengharuskan dirinya untuk tidak memberikan nomor telponnya kepada pelanggan.Karena itu, Nathan tidak menjawab kata-kata Venty itu. Nathan memilih untuk terus menggerakkan
"Ugh ... jangan gerak dulu. Masih sakit." Venti mengerang karena merasa perih."Iya, kak. Aku akan menunggu." Nathan tersenyum menenangkan Venty."Punya kamu kenapa sih jadi gede gini? Apa kamu kasih obat?""Gak, kak. Gak pernah aku kasih obat. Dari kecil udah gede.""Wah. Yang jadi pacar kamu, pasti merasa beruntung.""Kadang-kadang dia mengeluh sakit, kak.""Hah? Jadi kamu memang sudah punya pacar? Aku gak tahu loh soal ini. Gak diceritakan di grup.""Aku memang tidak pernah bercerita soal pacarku dan selama ini gak pernah ditanya pelanggan soal itu. Tapi, sudahlah. Sejak kemarin Aku dan dia sudah putus, kak," tegas Leon."Owalah. Maafkan aku.""Kakak tidak salah kok. Untuk apa minta maaf?"Venty menatap Nathan penuh selidik. "Aku pernah mendengar tentang cewek yang matre yang terus mengeksploitasi pacarnya walaupun harus tidur dengan wanita lain. Itu kan yang terjadi?""Tidak, kak. Pacarku tidak seperti itu. Aku yang tidak pernah bercerita kepada pacarku tentang pekerjaanku ini. Sa
Malam ini, Nathan putuskan untuk kembali engambil job yang diberikan Tante Lisa.Sejak beberapa waktu yang lalu, Nathan sudah berada di klub malam. Tuti memberi isyarat kepada Nathan untuk masuk lift.Nathan mengabaikan isyarat dari Tuti itu. Dia teringat akan Eva. Dia sempat mengeluarkan handphonenya, bermaksud untuk menelpon Eva. Tapi dia batalkan niatnya itu."Gimana?" tanya Tuti."Baiklah. Ayo kita pergi."Nathan dan Tuti masuk ke dalam lift untuk menuju ke arah lantai 7.Begitu keluar dari lift, Tuti segera membawa ke arah kiri dan melewati sekitar 7 buah pintu hingga akhirnya dia berdiri di pintu ke-8 dan mulai mengetuk pintu.Terdengar suara dari dalam. Tuti segera masuk tanpa mengajak Nathan.Beberapa saat kemudian, Tuti keluar dan membawa beberapa uang kertas pecahan Rp 100.000 yang kemudian langsung dia taruh di kantong celana pendek yang dia kenakan.Setelah itu, Tuti membuka pintu kamar lebar-lebar dan memberi isyarat kepada Nathan untuk masuk ke dalam.Nathan pun masuk ke