Share

Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa
Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa
Author: Mirielle

Pengakuan

Author: Mirielle
last update Huling Na-update: 2024-03-09 16:06:57

“Ruby, aku gay.”

Ruby menahan rasa mual kala mengingat pengakuan mantan kekasihnya yang kepergok beradu pedang di apartemen yang keduanya persiapkan untuk masa depan mereka.

Ternyata, Ruby hanya dijadikan tameng selama 6 tahun belakangan agar pria itu tak dihakimi keluarga dan lingkungan.

Luar biasa!

“Are you okay, Ruby?”

Ucapan sang sahabat menyadarkan Ruby dari lamunan tentang kejadian beberapa hari lalu.

“No. I’m not,” jujur Ruby, “Arden ternyata menyukai laki-laki.”

“Selama ini, aku berpikir jika aku sangat menawan, sehingga bisa mempertahankan dia.” Tak peduli keadaan klub yang berisik, entah mengapa tangisan yang ditahan Ruby, keluar juga.

“Ternyata aku sama sekali tidak menarik dan dia sama sekali tidak menyukaiku. Aku—”

“Kamu menarik, bestie. Arden saja yang bajingan,” hibur Liv cepat.

Dituangnya alkohol dan memberikannya pada Ruby untuk diminum.

“Tapi tetap saja aku sakit hati.” Ruby memelas lirih.

“Aku tahu ...” Liv harus berhenti bicara saat musik tiba-tiba menyala.

“Aku mengerti rasa sakitmu, By. Maka bersenang-senanglah dan lupakan laki-laki itu. Bebaskan dirimu, Ruby,” teriak Liv di telinga Ruby agar dia bisa mendengarnya.

“Ayo ikut berdansa.” Liv menari tangannya.

Ruby menggeleng cepat.

Bagaimana jika dia malah mengacau di sana? Ruby jarang ke klub malam. Lagipula, dia di sini untuk melupakan sejenak Ardeng, bukan untuk menambah masalah.

Untungnya, Liv mengerti.

Teman Ruby itu pun turun ke lantai dansa sendirian.

Cukup lama, gadis itu memperhatikan temannnya. Namun, getaran ponsel membuatnya mengalihkan fokus.

Ada banyak sekali notifikasi dari salah satu sosial medianya.

Saat membukanya, Ruby rasanya kehilangan napas ... Arden ternyata mengunggah foto dirinya yang sedang berciuman dengan kekasih prianya waktu itu!

[ Astaga @Ruby, bukankah kamu sudah menjalin hubungan serius dengan Arden? Kenapa bisa berakhir seperti ini? ]

[ Mereka sepasang kekasih? Astaga @Ruby yang malang. ]

[ @Ruby, masih ada aku. Menikahlah denganku.]

[ @Ruby, aku mendukungmu.]

[ Pengakuan besar-besaran ini membuatku terkejut. Apakah kamu baik-baik saja, @Ruby?]

Teman-temannya yang lain mempertanyakan hubungan mereka selama ini. Bahkan, sang ayah tiba-tiba menelponnya!

“Apa maksud Arden dalam postingannya itu? Bagaimana denganmu? Apa maksudnya?” teror pria itu dengan rentetan pertanyaan.

“Dad, kami sudah putus dan aku harap kalian tidak membahas hal ini lagi kedepannya.”

“Apa maksudmu, Nak? Kenapa? Bagaimana dengan pertunangan kalian?”

“Semuanya sudah selesai dan tidak ada pertunangan Dad. Tolong beritahu Mom soal ini juga. Maaf kalau kalian harus tahu lewat internet dan bukan dariku sendiri. Aku masih berusaha menenangkan diriku, Dad.”

“Astaga, putriku. Apa kamu mau Mom dan Dad datang mengunjungimu?”

Ruby menggeleng meski tak dapat dilihat sang ayah. “Aku baik-baik saja Dad. Malah aku sedikit lega setelah hubungan kami berakhir,” bohongnya, “jadi kalian jangan khawatir. Setelah ini, aku akan mencarikan menantu untuk kalian.”

“Kami hanya menginginkan kebahagiaanmu, Nak. Soal laki-laki, Mom dan Dad akan bantu mencarikan. Istirahat yang cukup dan bersenang-senanglah di sana. Lupakan laki-laki sialan itu. Dia tidak pantas mendapatkan putriku yang berharga.”

Ruby hanya bisa tertawa kecil sebelum sambungan telepon mereka berakhir.

Brak!

Gadis itu melempar ponselnya ke dalam tas dan langsung menenggak alkohol di depannya sampai habis.

Rasanya, dia ingin berteriak keras seorang diri! Namun, dia tak nyaman bila melakukannya di sini.

Melihat Liv yang masih asyik menari, Ruby lantas memutuskan untuk meletakkan beberapa lembar uang di atas meja.

Dipanggilnya pelayan yang tak jauh darinya untuk menyampaikan pada Liv jika dia harus pergi dari sana. 

Untungnya, sebuah taksi lewat begitu Ruby berhasil membelah lautan manusia untuk keluar dari klub.

“Pak. Tolong antar saya ke pantai terdekat …,” ucapnya kala berhasil mencegatnya.

Jadi, begitulah kisah Ruby, hingga dia berada di pantai pasar pantai putih saat ini.

Melepas siletonya, gadis itu menyusuri garis pantai seorang diri.

Tak dia pedulikan angin malam yang berhembus menembus dress pendeknya atau kaki telanjangnya.

Emosinya sedikit pulih.

Hanya saja, teriakan seorang laki-laki membuat Ruby nyaris melompat. “Ahh!!! Siapa yang menginjakku?!”

Gadis itu lantas mundur kala menyadari jika kakinya telah menginjak kaki laki-laki paruh baya yang sedang terlentang di atas pasir.

“Maafkan aku,” ujarnya tulus. “Aku tidak melihatmu, Tuan.”

Namun, laki-laki berusia setidaknya empat puluhan itu justru berdiri dengan sempoyongan. “Apa katamu?”

“Kamu menginjakku sama seperti dia menginjakku di rumah sesuka hatinya.” Laki-laki paruh baya itu kembali berteriak dan mengucapkan hal-hal yang tidak dimengerti oleh Ruby.

Bau alkohol yang menguar membuat Ruby mencoba menyingkir dari sana. Sayangnya, laki-laki itu tidak meloloskannya begitu saja.

Dia menarik tangan Ruby dengan kasar dan memegangnya erat.

“Lepaskan aku!” teriak Ruby.

Dia juga berusaha melepas genggaman laki-laki mabuk itu dengan sekuat tenaga.

Melihat kesempatan, dia pun berlari. Hanya saja, dia terus dikejar.

“Hei, kamu punya kekasih? Butuh seseorang untuk menemanimu? Malam ini aku tidak akan pulang agar dia tidak bisa menceramahiku. Ayo pesan hotel, Sayang.”

“Aish, kenapa malah seperti ini? Aku ke sini untuk mencari ketenangan, malah seperti ini,” gerutu Ruby dalam hati.

Lebih baik, dia diam dan duduk di klub malam saja tadi. Setidaknya, dia tidak berlari sampai lelah seperti ini.

Paling hanya mengorbankan indra pendengarannya karena musik yang hingar-bingar.

Ruby terus berlari, hingga....

Bugh!

Dia tak sengaja menabrak seorang pria dengan tubuh menjulang.

Ruby hampir saja jatuh jika pria itu tak menangkap tubuhnya dalam pelukan.

“Tolong aku…” Panik, membuat Ruby memohon pada pria asing di hadapannya.

Untungnya, dia segera menempatkan Ruby ke belakang tubuh seolah sedang melindunginya.

“Berhenti di sana!” Suara baritonnya yang begitu mendominasi membuat sang laki-laki mabuk terhenyak.

“Enyah dari sini atau kamu akan menerima konsekuensinya setelah bangun besok,” perintahnya lagi.

“Kenapa? Mau menuntutku? Memangnya pantai ini milik nenek moyangmu?”

“Aku bisa menjebloskanmu saat ini juga ke dalam penjara.”

Pria penyelamat Ruby itu mendekati si pemabuk dan menatapnya dengan dingin.

Entah apa yang terjadi, laki-laki mabuk itu langsung ketakutan saat mengenali pria di hadapannya.

Dia adalah Louis, atasannya di kantor! Dan pantai ini ... memang masih bagian dari resort milik turun-temurun dari Louis!

“Maaf, Tuan. Aku tadi tidak mengenalimu,” paniknya menundukkan tubuh di hadapan Louis, "Maafkan aku."

“Pergilah!”

“Ba-baik Tuan.”

Seketika, pria pengganggu itu pun pergi.

Meksi bingung, akhirnya Ruby bisa bernafas lega.

“Kamu baik-baik, saja?”

Suara bariton sang penyelamat membuat Ruby mendongakkan wajahnya untuk melihat jelas wajahnya.

Di bawah sinar bulan yang keemasan, dia bisa melihat garis wajah tegas terpahat di sana.

Ruby menelan ludahnya sendiri. ‘Tampan sekali!’

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa   THE END

    Pengadilan memutuskan untuk menyita semua aset milik Brenda dan mengembalikan perusahaan milik almarhum Frans pada Ashley. Perusahaan milik Frans terbukti tidak terlibat dalam usaha pencucian uang dan juga pertambangan liar yang selama ini dilakukan Brenda. Dan karena Ashley tidak memiliki kemampuan bisnis sama sekali, akhirnya untuk sementara waktu Louis dan James akan berada di belakangnya untuk mengendalikan laju perusahaan hingga Ashley benar-benar siap. Liv kembali pada kehidupannya, menyibukkan diri dengan segala kegiatannya dalam mengurus perusahaan milik keluarganya. Levin juga akhirnya memutuskan pensiun dini dari satuannya dan memilih membantu Liv untuk sama-sama mengembangkan perusahaan yang sudah didirikan oleh orang tuanya dengan susah payah. Mark kembali ke luar negeri, dengan cepat menyelesaikan sisa kontrak yang sudah dia tanda tangani sebelumnya. Sembari melakukan pekerjaannya, pria itu setiap hari dibayang-bayangi oleh ciuman tak sengaja antara dia dan Liv. Walau s

  • Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa   Terimakasih Banyak

    “Terimakasih banyak, kalian sudah menyiapkan kejutan ini walau kami tidak terlalu terkejut.”Louis dan Ruby berdiri dan masing-masing mereka mengangkat gelasnya. Selorohnya itu disambut tawa kecil dari sahabat-sahabatnya, tidak terkecuali Mary. Gadis kecil itu ikut tertawa dan mengangkat gelas berisi jus jeruk, mengikuti orang dewasa di sampingnya.“Sudah ku bilang dia akan protes,” gumam James pelan, namun suaranya masih terdengar oleh mereka.“Memang kami tidak terlalu terkejut,” kata Louis tak mau kalah. “Aku pikir ketika kalian mengatakan menyiapkan makan malam bersama, mejanya sudah kalian tata dan semua makanan sudah disediakan. Tapi apa? Aku dan Ruby yang belanja kebutuhan untuk memanggang malam ini dan aku juga masih ikut mengangkat meja ke luar sini,” protesnya.“Kamu hanya menggeret sebuah kursi,” sangkal Mark. “Itu pun langsung diambil alih oleh Mary.”Mary mengangguk. “Ya, Dad. Aku mengantikanmu tadi.”Louis berdecak, menatap satu-satu wajah semua orang di sana dengan pera

  • Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa   Kehadiran Sahabat

    Matahari sore mengantarkan sinarnya yang hangat menyusup diantara celah-celah pepohonan. Suara burung riuh rendah, terdengar ramai ketika mereka kembali ke sarangnya. Bunga-bunga liar tumbuh dengan subur karena disiram hujan selama beberapa hari, namun menjelang sore, kelopak bunga berwarna biru dan ungu itu perlahan menguncup.Ruby menyapukan pandangannya ke seluruh halaman belakang rumahnya. Di sana, pada sebuah meja panjang dan kursi yang berderet, Louis, Mark, James, Ashley, dan Mary sedang sibuk menata makanan di atas meja.Dia baru saja kembali dari bulan madunya bersama Louis, dan tahu-tahu sahabatnya sudah menunggu dan menyiapkan kejutan lain untuknya, yaitu makan malam bersama. Ashley berjalan dengan langkah yang ringan, tersenyum menyapa Ruby ketika dia mengambil anggur ke dalam rumah.Suasana itu terasa amat hangat, walau seandainya Edd ada di sana, akan semakin sempurna.Liv, terlihat duduk menyendiri di teras rumah. Sepertinya dia masih enggan bergabung dengan sahabatnya

  • Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa   Jangan Lakukan Itu

    Rasanya seperti menunggu bertahun-tahun! Itulah yang dirasakan Ruby saat kendaraan mereka malah terjebak macet. Mobil-mobil mengular di sepanjang jalan, membuat mereka terjebak dan tidak bisa kembali atau mengambil jalan lain.Posisi alamat yang diberikan James adalah jalanan di pinggir jurang. Dan hanya dengan membacanya saja Ruby tahu apa yang dilakukan sahabatnya itu di sana. Dia melipat kedua tangannya, terus berdoa dan menyebut nama Liv di bibirnya.Ruby tidak mau kehilangan Liv. Tidak!Kehilangan Edd saja membuat kehidupan mereka nyaris tidak berwarna. Seolah dunia ini berhenti berputar dan benda-benda diam di tempatnya. Mereka jarang tertawa, pun kalau tertawa, mereka akan merasa bersalah pada Edd dan diri mereka sendiri. Mereka ingin menangis, tapi air mata mereka terasa sudah mengering.Ruby melihat jam tangannya lagi, lalu menggulung gaun after party-nya yang memanjang hingga ke mata kaki. Louis meliriknya, memahami betapa Ruby sangat khawatir pada Liv. Karena itu sembari me

  • Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa   Mati Sama-Sama

    “Ini buruk,” desis Ruby, melihat Ashley masuk kembali ke dalam ruang ballroom dalam keadaan lesu.Sejak pertama menyadari kalau Liv tak ada di sana, perasaannya sudah tidak nyaman sama sekali. Kekuatan telepati dalam diri mereka menyadarkan Ruby kalau Liv tengah menghadapi kesulitan, entah karena dia melakukannya dengan sengaja, atau seseorang mempersulitnya.Dia melirik Louis, kedua bola matanya seolah memohon agar dia bisa pergi dari sana untuk mencari Liv. Toh, acara utama sudah selesai dan ini hanya acara tambahan. Dia ingin mencari Liv sendiri, berharap dia tidak terlalu terlambat untuk melakukannya.“Tidak mungkin, Babe.” Louis menggeleng, tahu isi hati Ruby. “Kita tidak mungkin meninggalkan para tamu begitu saja.”“Kan ada Mom dan Dad,” bisik Ruby memohon. “Please, aku yakin sekali Liv tidak dalam keadaan yang baik.”“Aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi bagaimana bisa kita pergi dari sini sementara kitalah tujuan para tamu ini untuk hadir?”Itu alasan yang tepat, dan Ruby tidak b

  • Pria Pertamaku Ternyata Seorang Penguasa   Aku Juga Mencintaimu

    “Aku tidak melihat Liv,” bisik Ruby pada Louis di tengah-tengah moment ketika para tamu menyalami mereka.Louis berjinjit, mencoba melihat sekitarnya. Benar, dia tidak melihat Liv sama sekali. James dan Ashley terlihat bermain bersama Mary. Apa dia pergi ke suatu tempat untuk istirahat?“Mungkin dia ke toilet,” sahut Louis.“Tapi perasaanku tidak nyaman,” gumam Ruby lagi. “Aku takut terjadi sesuatu padanya.”Louis menggenggam tangan Ruby, tersenyum untuk meyakinkan istrinya itu.”Tidak akan terjadi sesuatu padanya.”Ruby mencoba tenang, tapi pada kenyataannya dia tak pernah bisa merasa tenang. Pernikahan mereka diundur berkali-kali karena Ruby merasa tidak enak pada Liv. Dia merasa dirinya tidak boleh bahagia di atas kehilangan Liv.Dan Ruby baru mengatakan ya pada ajakan Louis ketika kejadian itu sudah berlalu setahun. Tapi walau begitu, Ruby masih melihat kepedihan di mata Liv saat dia berterus terang pada sahabatnya itu jika dia akan menikah.Liv memang memberinya restu dan Ruby tah

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status