Sebelumnya.
Ling ling adalah orang pertama yang tersadar, matanya beberapa kali mengerjap, berusaha mengumpulkan kesadarannya, Ia terbangun seraya memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, ia pun mengedarkan pandangannya hingga pandangan nya mendarat pada sosok Gentala yang terbaring tak sadarkan diri dengan berlumuran darah di seluruh tubuhnya.
Dengan mengumpulkan kekuatannya, gadis bermata sipit itu berjalan secara tertatih-tatih menghampiri Gentala, tangannya langsung memeriksa denyut nadinya. Ia pun langsung bernafas lega, karena nyawa Gentala masih baik-baik saja. Yah walau pun wajahnya sudah tak berbentuk lagi seperti dulu.
Sebelum membawanya pergi, ia membangunkan terlebih dahulu teman-temannya yang masih tergeletak tak sadarkan di tanah. Namun sayangnya ia tak menemukan keberadaan Juan di mana pun.
Beberapa hari kemudian. Gentala pun akhirnya tersadar. " Tuan, akhirnya anda s
Setelah mendengar penjelasan dari Gentala, mereka pun sepakat untuk kembali ke akademi Kancah Nangkub terlebih dahulu untuk meminta bantuan Yodha Wisesa, kecuali Ling ling dan juga Rengganis yang memilih untuk menemui ayah mereka.Tanpa menunggu lama, Ling ling langsung mengirimi mereka kabar bahwa ayahnya setuju untuk membantu. Tapi tidak dengan Rengganis, ayahnya menolak dengan keras rencana Gentala, sebab mereka akan di cap sebagai pemberontak. Tak hanya itu saja, gadis itu bahkan di larang keluar oleh ayahnya.Beruntung, sebelum mereka berpisah, Rengganis memberikan peta seluruh Istana kerjaan Nemu.Setibanya di Akademi, Gentala, Kerta Putra, Wulandari, Andara beserta Wuko di buat terkejut oleh pemandangan dari sebagian Akademi yang sudah hancur, terutama bagian menara terlarang yang menyimpan jasad Nayaka Gantari, membuat Gentala mengetahui siapa dalang di balik semua ini. Kedua tangannya mengepal dengan erat, ia pun mengertakkan giginya, dirinya menjadi pe
Tanpa menunggu perlawanan dari Agri Brata, tangan Juan terus menusuk tubuh pria itu tanpa henti dengan pisau kecil di tangannya. Darah itu berceceran, wajah kuning Langsat nya kini telah di penuhi oleh bercak darah.Setelah memastikan bahwa pria di depannya sudah tak bernyawa, ia pun langsung berlari ke arah Rengganis yang terbaring di tanah dengan luka di sekujur tubuhnya." Rengga, apa kamu baik-baik saja? " tanyanya dengan nada cemas.Gadis itu terdiam sejenak, mengabaikan rasa nyeri di sekujur tubuhnya, Ia menatap wajah Juan yang penuh dengan bercak darah, karena tak ada satu pun bagian dari pakaiannha yang bersih ia pun menyeka darah itu menggunakan tangan putihnya yang sudah ia bersihkan terlebih dahulu. " Ya kurasa, tapi bisakah kamu memapah ku? Sepertinya kaki ku patah. " ucapnya di sela menyeka darah.Entah kenapa? Juan merasa bahwa Rengganis terlihat sangat lucu, ia pun terkekeh pelan, tanpa berkata apa pun, ia lang
" Kamu pikir, bisa membunuh ku dengan benda kecil itu? " ucap Agri Brata, menatap pisau kecil di tangannya, menggenggam erat benda itu hingga hancur lebur layaknya butiran debu, lalu meniupnya ke udara. Pria itu menyeringai, berjalan ke arah Dewi Ayu, tanpa aba-aba tangannya menarik rambut wanita itu hingga kepalanya mendongkak, di sampingnya sang Prabu berdiam diri, membiarkan istrinya di perlakukan kasar oleh Agri Brata. Tak ada raut apa pun yang tergambar di wajahnya, membuat siapa pun yang melihatnya menjadi kesal di buatnya, termasuk Juan sendiri yang merasa tak terima ibunya di perlakukan seperti itu. Kedua tangannya mengepal dengan sangat erat, perasaan marah, kesal, kecewa, benci menjadi satu, tat kala melihat Sang ayah yang hanya berdiam diri saja layaknya sebuah patung. Tubuhnya gemetar menahan amarah yang menusuk dadanya, rasanya kakinya ingin berlari secepat mungkin dan memukul wajah m
Di saat kekuatan Gentala yang terus berkurang, tapi dirinya masih belum menemukan cara untuk menangani Agri Brata, sedangkan Juan, muridnya terlihat begitu kesulitan mengimbangi kekuatan adiknya.Pertarungan kakak adik itu terlihat sangat sengit, terutama pertempuran Widura yang melawan Hadiyata.Dung! Dung! Trak! Trak! Dung!Terdengar tabuhan genderang perang dari kejauhan. Kedua sudut bibir Gentala terangkat ke atas, seketika ia merasa bahwa kekuatan di dalam tubuhnya menjadi bertambah begitu banyak, ia pun kembali bangkit dan menyerang Agri Brata.Kali ini serangannya berhasil mengenai musuh wajah Agri Brata , meski hanya sebuah goresan di pipi, setidaknya serangan Gentala mendapat kemajuan. Ia pun menjadi sangat bersemangat.Menyadari bahwa Gentala berhasil melukai wajahnya, Agri Brata pun menjadi murka, ia pun berteriak dengan suara lantang, teriakannya begitu memekakkan semua telinga, termasuk Juan da
Selama ini Gentala selalu menganggap bahwa gadis itu adalah wanita yang baik dan juga pendiam, kebaikan dan kelembutannya membuatnya merasa bersalah karena tak bisa membalas cintanya.Setelah penolakan itu, ia pun bertekad untuk mencarikan pria yang pantas untuk berdiri di sampingnya, yang mampu menjaga dan membahagiakan nya.Akan tetapi, dirinya tak pernah menyangka bahwa gadis yang selama ini ia anggap sebagai perempuan yang patut di jaga, malah menusuknya dari belakang." Kenapa? " tanya Gentala dengan suara lirih.Tanpa memberinya jawaban, tangan Rengganis mencabut pisau di tubuh Gentala, menyeretnya ke tempat, di mana Dewi Ayu beserta Gusti Prabu Maheswara berada." Salam Gusti, saya Kirana telah menyelesaikan tugas dengan benar. " ucap Andara seraya berlutut di depan Gusti Prabu Maheswara.Tangan Gentala menekan kuat luka di tubuhnya, matanya mendelik tajam pada Andara." Apa anda Tuan Gentala? " tanya De
Dewi Ayu terdiam merenungi perkataan dari Gentala, " Baiklah akan aku putuskan untuk pergi dan menghentikannya. " putusnya." Anda yakin? Sangat sulit untuk menenangkan nya sekarang. Bahkan aku sendiri belum tentu bisa. "" Saya tahu, " ucapnya, " sebelum pergi, boleh kah saya berkata jujur pada mu tuan Gentala? " netra nya menatap lekat pada wajah Gentala yang semakin memucat.Gentala pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban." Silahkan. "" Sebenarnya beberapa hari kebelakang, saya sempat menghindari putra ku sendiri, karena perasaan takut padanya, sebab, sejak ia terlahir kedua, untuk pertama kalinya, dia seperti seseorang yang menyeramkan, bahkan menatap matanya saja saya tak berani, untuk itu saya sering mencari alasan agar tidak berbicara dengannya. " ungkapnya.Kepalanya menunduk, tanpa sadar dirinya telah menitikkan air matanya seraya menggigit bibir bawahnya. " Meski begitu, putraku tak pernah bertanya atau
Tanpa menunggu lama lagi Dewi Ayu pun menghampiri putranya melawannya dengan sekuat tenaga, " Juan, sadarlah, ini ibunda sayang, " kata Dewi Ayu yang mencoba menyadarkan putranya. namun karena perbedaan kekuatannya yang begitu besar membuatnya tak bisa mengimbangi kekuatan putranya sendiri, tubuhnya beberapa kali terhempas ke tanah, ia bahkan memuntahkan darah dari mulutnya.Dari kejauhan, Yodha Wisesa yang melihat putrinya memuntahkan darah, ingin sekali mendatangi putrinya, namun karena jumlah pasukan yang di milikinya lebih sedikit dari dari pada pasukan kerajaan Nemu, membuatnya kesulitan untuk menolong putri bahkan cucunya.Setelah menghempaskan tubuh ibunya beberapa kali, Juan pun kembali menyerang Agri Brata dengan brutal.Seperti yang di katakan Gentala, sangat sulit membuat putranya kembali tersadar.Kendati begitu Dewi Ayu tak akan menyerah begitu saja, ia rela memberikan nyawanya, jika itu bisa membuat putranya kembali seperti semula."
" Kenapa? Apa ada yang salah? " Nura berbalik dengan raut wajah yang terlihat tak bersalah.Dewi Ayu tergugu, dirinya masih tidak menyangka bahwa pria yang selalu di sampingnya adalah seorang wanita, tak heran jika dia tak pernah menaruh hati terhadapnya." Tidak, hanya saja aku tak pernah menyangka kalau kamu adalah seorang wanita. "" Maaf aku tak bermaksud, hanya saja aku tak boleh mengungkap identitas asli ku, sebab aku tak ingin Agri Brata menemukan ku. " ungkapnya.Setelah perang berakhir, dengan Raden Brama Wijaya sebagai pemenangnya, serta mengubah nama kerjaan itu dengan Kerajaan Nemu, semua orang termasuk Nura dan Agri Brata bersorak bahagiaNamun kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika mereka berdua mendengar kabar menghilangnya Ayah angkat beserta kakak angkat mereka, Keduanya menggelengkan kepalanya dengan keras, tak percaya akan berita yang&nbs