Sorak riuh penonton memenuhi aula terbuka balai desa, semua orang di desa berkumpul dalam satu tempat, termasuk kedua orang tua Juan dan memilih tempat duduk di barisan paling depan, mereka sangat antusias menantikan pertandingan putra mereka satu-satunya, sedangkan Juan kini tenah berdiri mematung sendirian.
" Guru, apa kamu sudah selesai? " tanyanya.
' Brak' Gentala memukul keras pintu itu membuat Juan terlonjak kaget. " BISAKAH KAMU DIAM?! " teriaknya lantang seraya memeluk perutnya yang terasa sangat sakit. " aaahhhh perutku, "
Sebelumnya.
" Terima kasih bu, aku yakin setelah ini pasti daganganmu pasti akan sangat laku kerasa, kenapa? karena aku yang tampan ini telah berbelanja di sini, " ucapnya bangga, sang pedagang pun hanya tersenyum simpul, seraya menyerahkan pesananannya, yaitu satu porsi jumbo keripik singkong pedas dengan level iblis,
Seiring berjalannya waktu, sorak sorai penonton semakin ricuh menandakan bahwa tengah berlangsung pertandingan yang semakin sengit, meski Juan ingin sekali melihatnya. Namun, sebagai murid yang baik ia harus menemani gurunya yang semakin meracau parah. " Oh Dewa Agung, tolong ambil saja nyawaku. dari pada aku harus menderita seperti ini, aku tak sudah tak kuat menahannya. " racaunya seraya terbaring memeluk perutnya erat, rona wajahnya semakin pucat. Membuat Juan semakin khawatir di buatnya, ia lalu berjalanpergi mencari air panas untuk gurunya, meski gurunya selalu kejam, dan tak segan memberinya hukuman. Namun, mellihatnya yang lemah tak berdaya seperti itu, membuat hatinya menjadi tak tega membiarkannya merintih kesakitan seorang diri. Setelah mendapat air panas, Juan pun memasukkan air itu kedalam botol, lalu menaruhnya ke perut gurunya. " Guru, minumlah. Ini akan membuatmu lebih
Para penonton yang berada di sana berlari berhamburan melarikan diri meninggalkan arena menyisakan Juan yang tengah terkapar di antara kursi penonton, dari dalam mulutnya dia memuntahkan banyak darah, kepalanya perlahan mendongkak, menatap wajah pria yang menyerupai dengan wajah gurunya, " Siapa kamu? dan apa kamu lakukan pada guruku? " ucapnya seraya berusaha berdiri tegak dengan susah payah.Tak lama kemudian Ayah, ibu beserta pamannya mennghampirinya. Ibunya. Dewi Ayu, menghamburkan diri seraya membantu putranya untuk berdiri. " Apa kamu baik-baik saja, Juan? " tanyanya penuh khawatir, seraya menyeka lembut darah dari wajah putranya." APA YANG KAMU LAKUKAN PADA PUTRA KU?! " ayah Juan marah, seraya menghunuskan pedang nya ke arah pria itu, sedangkan Dewi Ayu memeluk erat putranya." Benar, siapa kamu sebenarnya? kenapa kamu melakukan itu kepada keponakannku? dan apa yang kamu ingink
Hati Juan begitu hancur hanya dalam hitungan jam saja, Ayah, Paman, beserta ibunya mati tepat di depan matanya. Entah takdir apa yang tengah mempermainkannya? baru saja ia berjanji kepada gurunya, bahwa ia akan memenangkan pertarungannya dan memberikan hadiah itu untuk gurunya, Namun orang yang ia sebut guru itu ternyata bukanlah gurunya yang sesungguhnya, melaikan sosok hitam yang meniru bentuk dan sifat gurunya, tak hanya sekedar mencuri identitas dari gurunya, sosok itu juga telah membunuh kedua orang tuanya beserta pamannya dengan sadis, kepalanya tertunduk, kedua tangannya mengepal mengepal." Kenapa kamu melakukan ini semua ini? apa salah mereka? kenapa kamu membunuh mereka? " tanya Juan secara beruntun.Pria itu mendengus, berjalan menghampiri Juan , dia berjongkok menyamakan tingginya dengan Juan, tangannya menarik dagunya hingga menengadah, Pria itu menyeringai melihat sorot mata yang begitu di penuhi r
Dengan serangan gabungan yang di lakukan pria bertubuh sedang dengan Juan, akhirnya mereka bisa melumpuhkan dan mengikat sosok Jaguar itu dengan tali yang di keluarkan dari jari tangan pria itu. " Sekarang tusuk dia dengan tombak mu, " pria bertubuh sedang itu berkata. Juan pun menganggukkan kepalanya mantap, berjalan ke arah sosok Jaguar itu, ia pun mengangkat tombaknya tinggi-tinggi siap menusuk kapan saja.Sosok Jaguar itu menyeringai, lalu mengubah bentuknya menjadi sosok Gentala.Seketika Juan pun menjatuhkan tombak itu ke atas tanah, " Guru, " gumamnya." Juan! jangan percaya. dia bukan gurumu. "" Kenapa? bukahkah kamu ingin membunuhku cobalah jika kamu bisa melakukannya? " tantangnya.Tubuh Juan gemetar, pikirannya menjadi linglung" Juan sadarlah. " Pria bertubuh sedang itu mengambil Tombak Juan yang tergelak di atas tanah. " Bunuh dia Ju
Mereka bertiga kini tengah berada di sebuah restoran ternama di kota Kancah Nangkub, setelah mengalami banyak rintangan. Gentala pun membawa keduanya beserta Widura untuk memanjakan lidah dan perut mereka. " Karena besok adalah hari pertama kalian, hari ini aku akan mentraktir kalian makan sepuasnya. " ucapnya bangga. " Dari mana guru memiliki uang sebanyak itu? " Tanya Juan penasaran. " Kenapa? apa kamu meragukan ku? " " Bukan itu tapi. . . apa jangan-jangan itu uang dari Kerta Putra? " tebaknya tepat sasaran. Senyum di wajah Gentala pun luntur seketika. " Bisakah kamu membuat gurumu ini terlihat keren sedikit? apa lagi di depan ku ada seorang gadis. " Andara mencoba menahan tawanya, sedangkan Widura menguap lebar di leher tuannya. " Aku kan. . . " Pelayan! " seru Gentala. memotong ucapan muridnya
Untuk pertama kalinya. Juan merasa benci terhadap seseorang yang baru saja di temuinya, seperti kejadian di restoran, saat pria itu menuruni tangga dengan anggun,wajahnya yang tampan nan berwibawa serta memiliki hati yang baik. Entah kenapa? Juan merasa bahwa pria itu di penuhi dengan kebohongan.Dalam hati terdalam Gentala ia merasa bersyukur pada Dewa Agung yang selalu mendatangkan penyelamat padanya di saat dirinya tengah mengalami ke sulitan seperti sekarang ini, awalnya di berpikir bahwa dirinya akan menjadi pelayan gratis di restoran, mungkin saja Dewa Agung terlalu mencintai wajah tampannya membuat-Nya tak tega untuk membuat Gentala menjadi pesuruh manusia." Terima kasih atas kebaikan tuan muda, bagaimana saya yang rendah ini membalas kebaikan tuan muda? " Ucap Gentala seraya membungkukkan sedikit tubuhnya." Tak perlu sungkan, "" Tak hanya berparas tampan, tuan muda pun ternyata memil
Di hari pertama nya memasuki Akademi. Juan tak menyangka bahwa dirinya akan menjadi begitu terkenal oleh seluruh siswa dan guru seAkademi Kancah Nangkub , bukan karena bakatnya yang mengesankan melainkan karena dirinya berhasil membuat gempar karena berhasil membuatnya menjadi rebutan dua orang gadis cantik yang terkenal dengan bakat mereka yang sangat mengagumkan, membuat semua pria menjadi iri terhadapnya. Juan yang baru mengetahui bahwa Rengganis teryata memiliki status yang tinggi, dia adalah putri tunggal dari Dewa perang. Raynar Prawira. tak hanya cantik, berpangkat dan juga jenius, dia juga terkenal dengan sikap bengis dan sikap dinginnya terhadap siapa pun, membuatnya menjadi sosok yang kuat dan disegani oleh banyak orang, ia juga terkenal degan sikapnya yang tak kenal takut terhadap apapun. Ada pun Ling ling seorang gadis cantik yang berasal dari negeri sebrang, yang ternyata seorang putri dar
Yodha Wisesa terdiam sejenak, tanpa di ketahui oleh Juan. air matanya sudah membasahi ke dua pipinya, tanpa sadar dia berlari lalu merengkuh tubuh Juan ke dalam dekapannya seraya berbisik, " Selamat datang cucu ku. "" Eh? "Yodha Wisesa melepaskan pelukannya, menatap lekat wajah cucu satu-satunya, meski sebagian besar wajahnya mewarisi wajah ayahnya, namun dari caranya menatap, caranya tersenyum, serta sifatnya yang polos, sama persis dengan anaknya. Dewi Ayu. " Kamu sudah tumbuh besar ternyata, maafkan Simbah mu ini yang tidak bertanggung jawab ini. "Juan terdiam, pikirannya menjadi kosong. Bagaimana bisa dirinya yang hanya anak dari seorang janda miskin memiliki kakek seorang kepala sekolah sekaligus pemilik Akademi Kancah Nangkub? memikirkannya saja sudah membuat isi kepala Juan menjadi sakit.Karena tak ada respon dari sang cucu, Yodha Wises