BERSAMBUNG
“Tentu saja?” sahut Sarah cepat, Rivai kaget. Siasat apalagi ini, pikirannya kebingungan.“Nanti malam ikuti aku, kita akan bertemu salah satu anak buahnya, tapi syaratnya kamu jangan bawa kameramen kamu itu,” bisik Hagur tanpa tedeng aling-aling.“Benarkah…?” sahut Sarah antusias.“Yups…jaga rahasia, sebab bisa saja kita malah akan di curigai sebagai mata-mata, kamu datang saja tepat pukul 00.00 nanti malam, aku tunggu di lobby hotel,” bisik Hagur lagi, lalu ajak Rivai jalan.Sepanjang jalan, Rivai bertanya apa rencana Hagur. Setelah secara singkat Hagur kisahkan siasatnya, Rivai tertawa dan kini mereka kembali ke penginapan beristirahat.Malamnya…Hagu senyum kecil melihat Sarah sudah ada di lobby, padahal dia baru keluar kamar, kali ini si reporter cantik ini kenakan pakaian ringkas, di lapisi jaket, karena malam sangat lembab.“Sudah lama nunggu?” tanya Hagur berbasa-basi.“Emm…15 menitan yang lalu,” sahut Sarah, menatap Hagur yang juga berpakaian santai, dengan jeans, kaos di pad
“Si-siapa kah kamu sebenarnya,” kata si Letnan ini, yang mulai gentar, apalagi senjatanya tak dia bawa dan di taruh di mobil jeep tadi.“Hmm…kamu tentu tak lupa bukan saat bersama si Mayor bangsat itu juga di Serma yang kini sedang sekarat di RS sudah mematahkan lengan dan kakiku, juga memerintahkan menembak aku di tengah gurun,” dengus Hagur menatap tajam wajah di Letnan ini.“A-apaaa…j-jadi kamukah si Langga Kasela?” kata si Letnan terkejut bukan main.Dia dulu sempat terheran-heran, bahkan ikut selidiki kemana pemuda ini ngilang, saat menemukan dua mayat serdadu mereka dan pemuda ini dulu lenyap.“Bagus kalau kamu ingat, dengar baik-baik, sebelum ajalmu tiba, asal kamu tahu, si Harimau Gurun itu adalah…akulah orangnya,” setelah berkata begitu, dua kali tembakan tepat di lutut membuat si Letnan ini terjungkal pasir dan berteriak-teriak minta ampun. Tapi sial baginya, gurun ini sangat jauh dari markas mereka, sepi pula, mau berteriak sampai habis suaranya, tak bakal ada yang mendenga
Hagur tetap tampilkan wajah senyum ramah, tapi mata tajam si Letda David sempat melirik dan merasa tersaingi dengan si tampan ini.Apalagi Sarah tak begitu merespon omongannya. “Hmm…kamu siapa?” kata si Letda David.“Namaku Hagur, aku hanya pelancong biasa tuan Letnan,” sahut Hagur santai.“Benarkah…aku rasa kenal dengan Anda?” tebak Letda David. Rivai sampai kaget bukan main, tapi dia diam saja, tak berani bicara.“Mungkin…karena aku memang selebriti di negaraku, jadi bisa jadi tuan Letnan pernah melihat wajahku, entah di TV, koran atau media online,” ceplos Hagur tetap santai, benar-benar jawaban spontan.Rivai sampai ingin tertawa melihat gaya Hagur ini, benar-benar aktor hebat, pikirnya.“Ahh…iya, pantas aku rasa kenal, ternyata kamu yang jadi selebritis dari Indonesia yang dikabarkan sedang melancong ke Timteng, sekaligus akan syuting di Baghdad,” tukas Sarah Mehdi tiba-tiba. “Thanks Sarah, ternyata kamu memang reporter jempolan,” puji Hagur, yang diam-diam kaget juga, Sarah tern
Tepat pukul 2 dini hari, Hagur kali ini di temai Rivai bergerak mendekati markas ini, yang kali ini penjagaan di perketat, kalau biasanya hanya di jaga 7 sampai 8 orang, tapi malam ini di jaga 15 orag serdadu.Apalagi setelah si Serma yang tangannya di patahkan kakinya di tembak tepat di tempurung kaki, sampai kini masih kritis di rumah sakit.Di tambah ucapan di wanita teman kencan si Serma ini yang bilang Harimau Gurun lah pelakunya. Ucapan ini membuat gegernya markas ini.Kali ini Rivai senang sekali di ajak, dia sejak lama ingin begini, apalagi saat beli senjata dan peledak di pasar gelap dia sudah tak sabaran ingin ikut 'berperang'.Mereka kini melihat-lihat apakah ada CCTV, setelah di rasa aman, mereka pun mulai bergerak, keduanya menerobos pagar kawat berduri dengan cara menggali pasir.“Kamu taruh di dekat mess itu, aku akan taruh di dekat gudang senjata, setelah itu ku hitung kurang dari 30 menitan bom-bom itu akan meledak,” bisik Hagur dan Rivai langsung mengiyakan dan berger
Tapi melihat penampilan keduanya yang bak dua anak muda sedang traveling, mereka tak begitu di curigai.Tanpa Rivai sadari, wajah Hagur terlihat mengeras, saat melihat salah satu serdadu berpangkat Sersan Mayor dan saat itu asyik merayu seorang pelayan café yang berpakaian agak seksoi.Café ini memang menjual minuman keras juga…!Hagur masih ingat wajah si Serma ini, yang ikut menghajarnya saat di dalam tahanan, bahkan seingatnya inilah yang bikin salah satu kakinya dulu patah.“Rivai…kita akan selesaikan si Serma itu malam ini…lihat dia agaknya ingin ajak si pelayan untuk chek in,” bisik Hagur, Rivai mengangguk.Si Serma berkumis melintang ini ajak si pelayan tadi ke sebuah motel yang tak jauh dari café ini.Dari kegelapan malam, Hagur dan Rivai melihat itu. Hagur kini sudah bawa pistol berperedam yang sebelumnya mereka beli di pasar gelap.Hagur bahkan sudah berbaju loreng harimau dan memakai surban yang ia gunakan menutupi mulutnya. Sang Harimau Gurun malam ini comeback untuk ciptak
Sejak hari itu, hubungan Hagur dengan dokter Kemal dan istrinya bak keluarga saja, ternyata suami istri ini punya dua anak. Tapi keduanya sudah menikah dan tinggal di rumah keluarga masing-masing.Dokter Kemal sendiri awalnya bekerja di rumah sakit milik pemerintah, namun setelah pensiun dua tahun lalu, dia buka klinik sendiri hingga kini.Hagur mulai hari itu juga semakin bersemangat sembuh, dia mempunyai misi yang mengerikan, yakni akan bikin perhitungan dengan orang-orang yang hampir bikin dia cacat permanen.“Pil-pil yang kamu minum itu membuat kamu kebal senjata tajam, tapi ingat pantangannya, jangan pernah gauli bini orang. Atau kamu akan tak kebal lagi dan tewas di bacok. Satu hal lagi…agaknya kamu tak bisa miliki satu istri, kasian. Tenagamu soal itu sangat kuat….minimal 3 istri,” cetus dokter Kemal, hingga Hagur melongo, tapi Rivia terkekeh.Dokter Kemal juga bilang, dia sebenarnya terpaksa beri pil ajaib itu, karena kondisi Hagur yang sangat kritis saat di bawa Rivai.Pil aj