BERSAMBUNG
Paginya…Indri kaget saat apemnya ada yang melahap dan dia tertawa ketika melihat kepala Langga berada di antara kedua pahanya.Langga yang kecanduan tak memikirkan bau nya seperti apa, yang ada di otaknya saat ini adalah, kembali mengulang hal ter enak yang tadi malam dia nikmatin.“Gilaaaa…kamu ini hyper ternyata, tapi enak siiih, kamu sudah lihai bikin aku melayang, terussskan shaaaaay…!” desah Indri merem melek dan mendesah makin nyaring.Indri tak khawatir ketahuan, selain kamar ini luas dan mewah, juga kedap suara, sehingga dia tak ragu lagi keluarkan desahannya yang heboh itu, persis seperti saat Langga ngintip dulu.“Sayangg..ganti gaya.”Kemudian Indri bangkit dan dia jongkok di depan Langga, lalu minta Langga mulai memompanya dengan gaya doggy style.Langga…dengan sumringah mengiyakan. Kemudian Indri mulai ajari gaya-gaya bercinta favoritnya.Bahkan gaya gendong pun tak ragu diajarkannya, apalagi stamina Langga sangat kuat, dan tubuh Indri bagi remaja ini sangatlah ringan, se
Langga terdiam, untung kembali lampu merah, hingga dia tetap bisa konsen ke setiran. Langga seolah baru tahu dunia 'dewasa'.“Mau nggak ku ajarin…tapi janji ini rahasia kita?” bisik Indri, hingga Langga melongo dan tanpa sadar mengangguk.“Kita cari hotel, tapi jangan yang melati, malu atuuuhhh mobil mewah ke hotel melati, kita cari hotel, kamu ada kan uang buat bayar hotelnya?” ceplos Indri blak-blakan sambil menatap wajah Langga.Lagi-lagi dengan polos Langga mengangguk dan Indri tersenyum manis sambil kecup pipi Langga dan sebutkan nama hotelnya. Kecupan yang bikin semangat remaja ini spontan bangkit lagi.“Satu malamnya 700 ribu yang murah, yang mahal suite 1,2 jite, hotel bintang 4. Nah kamu pilih yang mana?” kata Indri sambil tunjukan arah jalan ke hotel tersebut.“Mending yang suite kak,” sahut Langga spontan.Kaget juga Indri, jangan-jangan ni anak orkay, pasti bohong mobil ini minjam dari sepupunya. Ini pasti miliknya sendiri, pikir Indri senyum-senyum sendiri.Setelah chek in
Sepanjang jalan mereka bercanda, sekaligus bingung saat Indri bertanya mereka akan kemana jemput pacar masing-masing?“Sebenarnya kami belum punya pacar ka Indri, hanya ingin jalan-jalan saja malam mingguan ini, kan daripada bengong di rumah,” sahut Langga.“He-he-he…kirain! Kaka juga bete nih, suami kaka batal datang, katanya istrinya mulai curiga, huh laki-laki, pingin poligami, tapi takut ketahuan istri tua. Mana jatah belanja makin berkurang…!” sungut Indri, hingga ke 3 remaja ini melongo.“Cari pacar yang tajir aja ka?” ceplos Toni lugu.“Ih kamu ini, ka Indri punya suami, beda kalau janda,” bantah Anca, hingga Langga dan Indri tertawa dengan ucapan keduanya.“Boleh juga tuh, apalagi pacar kayak teman kalian ini si Langga, udah brondong, ganteng, mobilnya juga mewaaaah!” sahut Indri, sambil belai paha Langga, hingga Langga kaget, untung saja ini malam, hingga aksi spontan Indri tak di lihat Toni dan Anca di jok belakang.“Ahh kaka bisa aja, ini pinjam milik sepupu ka? Papanya baru
Kini 3 remaja yang belum 17 tahun ini sama-sama pusing sendiri di sebuah kafe sederhana, tak jauh dari kos Anca.Adegan-adegan bersenggama yang mereka saksikan benar-benar bikin ketiganya tergiang-ngiang.Anca lalu cerita, pasangan itu baru satu bulan nyewa di sana, si wanita bini siri si prianya, jadi pasangan itu bukan kumpul kebo atau pacaran.“Suaminya biasanya datang 2X seminggu, aku udah sering lihat he-he, aslinya cakep loh si mba Indri itu, Sunda coii, gudangnya cewek cakeeep…!” kata Anca dan bilang hapal gaya-gaya bercinta pasangan itu.“Yang asoooy itu saat saling meraba, lalu saling melumat hingga ke itunya, woww, bikin aku langsung ke toilet saja…ngocok,” ceplos Anca lagi, hingga Toni dan Langga terbahak.“Dueehh…enaknya, jadi kepingin, tapi apalah daya, tak punya pacar. Mau boking cewek, duitnya nggak ada,” ceplos Toni.“Emank ada cewek yang bisa di boking?” tanya Langga polos, hingga Toni dan Anca serempak menertawakan sahabat mereka ini.Toni lalu ambil ponsel androidnya
Si Ngondek kaget, Toni terkekeh, puas melihat si Ngondek keciwi. Tapi anehnya, mereka bertiga malah asyik ngobrol dan kagetlah Toni dan Anca, si Susi ini ternyata tak naik kelas, akibat kebanyakan libur, entah apa sebabnya.Artinya dia masih kelas 10 di SMU ini, hanya ngaku-ngaku saja kelas 11.“Ini minum…kayaknya kamu haus, namaku Langga!” Langga berikan botol minuman ini dan di terima gadis cantik ini.Beberapa teman-temannya seakan paham dan sengaja menyingkir, beri kesempatan buat keduanya ngobrol di jam istiharat ini.“Jenni,” sahutnya singkat dan menerima botol minuman ini, sambil buka tutupnya dan langsung minum dari ujung botol ini.Saking putih lehernya, Langga seolah melihat air mineral ini melewati lehernya tersebut.Langga sebenarnya juga putih nurun dari ortunya, tapi dia sengaja sering aktivitas di alam terbuka, sehingga kulitnya agak gelap.“Blasteran yaa..?” Langga berbasa-basi.“Iya…mamaku asli Banjarmasin, papa Belanda, kamu…apakah belasteran juga, wajahmu mirip oran
“Hey ganteng, aku Toni,” seorang siswa yang tinggi hanya sebahunya kenalkan diri.“Aku Anca,” satu siswa lainnya ikutan sodorkan tangan dan Langga sambut uluran tangan keduanya dengan hangat, sambil sebutkan namanya, Langga Kasela, tanpa embel Sulaimin.Dan…kedua orang inilah sahabat dekatnya di sekolah ini, terhitung mulai saat ini.“Hei jangan ngobrol, apa kalian mau eike…eh aku hukum,” si Ngondek yang sok keras tanpa ba-bi-bu tegur ketiganya, hingga Langga, Toni dan Anca langsung bersikap mode siap.Ketiganya sama-sama sakit perut menahan tawa melihat kelakuan si panitia Ngondek yang sok disiplin ini.Agaknya dia suka banget dekat-dekat Langga yang wajahnya bak artis drakor ini, nurun wajah ibunya yang turunan Jepang.Apalagi saat dia kembali berjalan dekati Langga dan cium aroma lembut dari parfum remaja ini, hidungnya sampai mekar mencium aroma segar ini.Tingginya yang hanya sedada Langga membuat si Ngondek ini sampai mendongak menatap tubuh jangkung kokoh Langga, yang saat ini k