BERSAMBUNG
“Silahkan…!” sahut Salman sambil menatap wanita ini, agaknya wanita ini sudah matang, di lihat sikapnya yang dewasa dan Salman jadi ingat ibu sambungnya Novita, agaknya tak beda jauh usianya.“Namaku Sarah Mehdi, kamu agaknya masih muda, aku panggil adik saja yaah?” kata Sarah langsung bersikap akrab.“Iya, namaku Salman, aku 22 tahu, Sarah sendiri?” kata Salman balik nanya.“Woww…jauh sekali beda usia kita, aku sudah 34 tahunan, 12 tahun yaa beda usia kita, kamu lebih cocok jadi keponakanku saja,” ceplos Sarah Mehdi tertawa.Hingga giginya yang rata terlihat jelas, kalau sudah tertawa begini, Sarah bak seumuran saja dengan Salman.“Baiklah, aku panggil Bibi Sarah saja, sebab usia bibi tak beda jauh dengan dua ibu sambungku di Indonesia,” sahut Salman apa adanya, hingga Sarah kaget.“Hahhh…ibu sambungmu ada dua, poligami dong ayahmu itu?” kaget juga Sarah, istri dari ayah pemuda ini ada dua orang.“Kalau saja dua istri papaku masih hidup, yang salah satunya ibu kandungku dan satunya i
“Siapa itu Si Mata Satu Mayor Teddy?” desak Salman lagi, karena dia memang tidak tahu, ada persoalan apa antara Mayor Teddy dan ayah kandungnya itu.Dengan suara terbata-bata saking takutnya, Ghonar-pun ceritakan secara ringkas permusuhan si mata satu dengan Langga Kasela dan ada hubungannya dengan ibu sambungnya, Novita Sulaimin.Karena si mata satu mantan kekasih Novita dan Mayor Teddy sakit hati dengan pernikahan Langga dan mantan pacarnya itu, ditambah dendam lama hingga dia kehilangan satu matanya.Setelah itu….dua wanita yang tadi bercinta dengan Ghonar langsung pingsan, saat Salman dengan enteng nya putar kepala Ghonar dan berbunyi krakkk.Lalu tubuh tanpa busana ini pun terjatuh ke lantai dalam kondisi tewas, nyawanya sudah melalang buana di alam barzakh.Salman hanya mendengus melihat kedua wanita yang juga tanpa busana ini menggeletaak pingsan.“Irak...tak ubahnya Indonesia, jadi negeri sekuler dan bebas, labelnya saja negara muslim, dajjal dan setan-nya gentayangan di sini,
Rumah mewah ini di jaga 5 orang, Salman yang baru tiba memantau dulu situasi, dia tak langsung menggebrak alias bertindak.“Ingat, sebagai agen tak boleh grasa – grusu lakukan aksi, pelajari situasi dan tetaplah waspada dalam kondisi apapun.”Itulah pelajaran yang di ajarkan guru-nya dan selalu Salman ingat di kamp pelatihan dan ini ia benar – benar memantau kondisi rumah mewah ini.“Hmm…situasi aman, saatnyaa bergerak,” batinnya. Padahal bukan aman, karena di jaga 5 orang, tapi dilihatnya ke 5 penjaga itu terkantuk – kantuk dan pastinya kewaspadaan mereka berkurang.Tanpa Salman sadari, rumah inilah dulu yang menjadi tempat dia di sekap dan pingsan hingga 2X dan hampir saja tinggal nama di buat kedua musuh besarnya.Melihat ada mobil datang, 2 orang langsung bangkit dan menghadang di halaman ini.“Loh ini kan mobil si Basod Cs, kemana orangnya?” cetus salah satu penjaga, apalagi saat melihat yang keluar adalah Salman, yang masih kenakan topi dan jaket kulitnya dan tentu saja tak mere
Namun Salman tak buru-buru mencari di mana Desa Al Maktom, dia ingin bikin perhitungan dulu dengan musuh besarnya Ghonar dan Kursai.Salman cek uangnya di rekeningnya, semenjak kekalahan yang menyesakan dulu, hukum alam berlaku, semua endorse mundur teratur dan penghasilannya otomatis berkurang dratis, bahkan nol.Salman kini hanya punya tabungan kurang lebih 200 jutaan lagi..!Awalnya tabungannya hampir 2 miliaran, tapi separuhnya dia berikan ke ibu angkatnya, sisa dia bagi-bagikan ke Paman Yansen, Bara Hasibuan juga atlet-atet lainnya di sangggar itu.Salman terkenal sangat royal dan dermawan termasuk ke Zara, yang dapat 150 jutaan lebih. Andai dulu dia menang uang hampir 1 miliaran akan masuk ke rekeningnya, setelah di potong pajak dan ini itu.Kini dia duduk di sebuah café kecil sambil menikmati makan malam dan ngopi.“Zara…hmmm wanita culas, jangan-jangan dia sengaja di kirim untuk kuras staminaku sebelum bertarung dengan Joni Soak?” gumam Salman baru nyadar.“Ha-ha-ha…tak salah l
“Hmm…di warung makan ini dulu aku di culik anak buah Ghonar dan Kursai,” batin Salman sambil pesan makan siang di warung makan mirip café ini.Dia makan perlahan saja sambil melihat-lihat sekitarnya, namun tidak ada hal yang mencurigakan.“Aku akan kembali ke bekas rumah umi angkatku, siapa tahu dari sana aku ada petunjuk,” batin Salman lagi.Inilah ilmu hasil pelatihannya selama 3 bulan jadi agen, yakni selidiki apapun yang bisa jadi petunjuk.Dengan naik taksi Salman sambil sandang ransel pakaian di bahu kembali ke bekas reruntuhan rumah umi Soleha. Dia sengaja tak ingin temui Paman Umar tetangganya, sebab misinya kini sudah jelas.Dengan parang yang ia beli di sebuah pasar tradisional, mulai-lah Salman mengorek-ngorek di bekas kamar umi-nya, juga beberapa bekas ruangan lainnya.Tak ada yang peduli dengan ulahnya, warga di sini nafsi-nafsi, apalagi rumah ini di anggap berhantu, karena jadi tempat terbunuhnya Soleha dan ART-nya puluhan tahun yang lalu.Hampir 2 jam orek-orek tempat in
“Saya setuju…!” sahut Salman tanpa pikir panjang lagi. Letkol Abbas pun langsung sumringah dan peluk tubuh kokoh Salman.Saat izin dengan ‘kakeknya’ dokter Kemal, sekaligus pamit, si dokter ini berpesan agar Salman berhati-hati dalam ambil keputusan, agar kelak jangan sampai menyesal.“Ingat Salman, kamu bisa hilang ke warganegaraan Indonesia, dengan jadi agen Iran, hati-hatilah,” pesan dokter Kemal mengingatkan.Tanpa setahu kakek angkatnya ini, tujuan asli Salman berlatih adalah…mencari Ghonar dan Kursai, untuk lakukan revenge, sekaligus cari siapa dalangnya, yang memerintahkan membunuh Soleha, umi angkatnya.Soal berperang dengan pasukan zionis dan jadi agen, bagi Salman itu urusan belakangan dan dia pikir itu nanti bisa di pikirkan setelah misi utamanya selesai.Salman tak sadar, dia sudah melewati target 2 bulan berada di Timteng, kini dia sudah 3 bulan meninggalkan tanah air dan bakalan tambah 3 bulan lagi berlatih khusus jadi agen di Iran.“Aku harus jadi agen terlatih, agar tak