Share

Pria Tampan Alat Balas Dendamku
Pria Tampan Alat Balas Dendamku
Penulis: Aleena Tan

BAB 1 HANCURNYA KRW GRUP

Penulis: Aleena Tan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-30 19:11:32

"Kumohon, jangan tinggalkan aku, Sayang! Aku membutuhkanmu!" seru seorang wanita yang penampilannya sudah tidak beraturan. Kedua tangannya memeluk erat lengan sang suami yang sangat dia cinta.

"Aku sudah tidak mencintaimu lagi, Adeline! Jadi, berhentilah menangis karena aku tidak mau tinggal bersamamu!" balas pria itu dengan nada suara yang naik sampai enam oktaf. Bahkan suaranya itu terdengar hingga ke lantai satu. Tempat para pelayan di sana menguping pertengkaran kedua majikan mereka. 

"Brandon, ayahku baru saja meninggal. Perusahaan juga sedang diambang kehancuran. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Apa kamu tega membiarkan aku seorang diri?" suara Adeline terdengar sangat lirih. Kehidupan sempurna wanita itu seperti akan sirna beberapa detik lagi. 

Tangan Brandon yang sedang memasukkan pakaian ke dalam koper terhenti. Bibirnya tersenyum sinis, kepalanya menoleh, menatap Adeline tanpa hati kemudian menangkup wajahnya dengan kedua tangan. 

"Kamu pikir, aku mau hidup bersama dengan wanita manja yang sudah tidak memiliki apa-apa?" Suaranya rendah namun sanggup menancapkan pedang di hati Adeline.

"Ap-apa maksudmu? Ke-kenapa kamu berubah?" tanya Adeline terbata-bata. 

Brandon tersenyum kemenangan. Dia melepaskan wajah Adeline dan merapikan helaian rambut istrinya itu. 

"Aku tidak pernah benar-benar mencintaimu. Tujuanku menikahimu hanya karena hartamu saja," ucapnya, masih merapikan helaian rambut di dahi Adeline dan juga tidak berperasaan. 

Brandon melihat tatanan rambut Adeline yang sudah dia rapikan. Kemudian berbalik dan menutup resleting koper lalu menarik koper itu keluar. Meninggalkan Adeline yang masih terpaku, mencerna perkataannya barusan. 

Ketika pintu kamar ditutup, barulah Adeline kembali dari lamunannya. Dia menatap sekeliling dan menyadari sang suami yang sudah pergi meninggalkan kamar mereka. 

"Brandon! Jangan tinggalkan aku!" serunya, berlari keluar kamar dan menyusul Brandon yang sudah keluar dari rumah. 

"Brandon! Kamu tidak boleh meninggalkan ku!" Suara teriakan Adeline membuat para pelayan berhamburan keluar. Menyaksikan majikan yang sudah setahun memperkerjakan mereka, nampak lusuh dan tidak terurus. 

Sebelum masuk ke dalam mobil, Brandon berbalik dan melihat Adeline berlari ke arahnya. Dia tersenyum dan mengangkat sebelah tangan. Membuat gerakan seperti hormat namun hanya jari telunjuk dan jari tengah saja. Kemudian melepaskannya dengan santai. Setelah itu masuk ke dalam mobil, tak peduli Adeline yang mengejarnya sampai ke pintu gerbang. 

"Jalan!" serunya pada sang supir. 

Mobil maju pelam, meninggalkan rumah mewah dan segala isinya. Meninggalkan Adeline yang sedang terpuruk meratapi nasibnya yang sial. 

“Brandon… hiks… kenapa kamu… hiks… meninggalkanku?” Adeline menangis di gelapnya malam. 

Semua orang yang berada di sana pasti tahu bagaimana sedihnya Adeline saat itu. Kesedihan yang dirasakannya seperti hantaman ribuan batu yang sangat besar. Hatinya sesak dan seperti akan mati. 

Ditinggalkan oleh sang ayah sudah merupakan sebuah musibah baginya. Kini dia harus dihadapkan oleh kenyataan bahwa ternyata sang suami tidak pernah mencintainya. Lantas … untuk apa dia hidup jika di dunia sudah tidak ada lagi yang menginginkan dirinya? Sudah tidak ada lagi yang mencintainya! 

Dengan napas tersengal, Adeline menghapus air mata dan bangkit. Dia menghempaskan setiap uluran tangan yang mencoba membantunya berdiri. Masuk ke dalam rumah dan berdiam di kamar. Wanita itu tak lagi peduli dengan ketukan dari seorang pria yang merupakan asisten kepercayaan sang ayah.

“Pergi! Jangan menggangguku!” teriaknya. 

Adeline menangis seraya membanting seluruh barang-barang yang berada di kamarnya. Dia tak peduli dengan harga dari barang-barang tersebut. Wanita itu hanya ingin meluapkan segala kesedihan, kekecewaan karena telah ditinggalkan seorang diri.

Kamarnya sudah sangat berantakan oleh pecahan kaca yang berserakan. Adeline tak peduli dan menginjak pecahan kaca itu sampai membuat telapak kakinya terluka. Dia berjalan masuk ke kamar mandi lalu menyalakan keran air. Mengisi bathup kemudian masuk dan membiarkan lukanya terkena air yang dingin.

“Ayah … kenapa Ayah meninggalkanku seorang diri di dunia yang kejam ini?” lirihnya. 

Air di dalam bathup sudah menyatu dengan darah yang keluar dari kedua kaki Adeline. Wanita itu sama sekali tidak merasakan perih di kaki. Hatinya terlalu sakit sampai dia tidak merasakan ada luka lain di anggota tubuhnya. 

“Ayah bilang akan selalu menjagaku, kenapa malah pergi, Ayah? Kenapa malah pergi dan membiarkan Brandon menyakitiku? Kenapa?” 

Luka yang dihasilkan oleh pecahan kaca itu, tanpa sadar sudah menembus punggung kaki Adeline. Membuat kakinya mengeluarkan darah yang sangat banyak. Adeline larut dalam kesedihan. Dia menangis sampai kelelahan. Hingga akhirnya terpejam dalam kubangan air dan darah yang sudah menyatu seakan sedang membuat kolam berwarna merah. Dia berakhir di kegelapan dengan darah yang terus megalir dari tubuhnya yang terluka.

Sementara di luar kamar, sang asisten kepercayaan Killian Rothwell —ayah kandung Adeline— sudah sangat khawatir karena tidak lagi mendengar suara dari dalam kamar. Pria paruh baya itu langsung meminta seseorang mencari kunci cadangan.

Namun, tak satu pun dari para pelayan itu bisa menemukannya. Mereka hanya bisa menggelengkan kepala, wajah mereka penuh kekhawatiran. Para pelayan sangat tahu kondisi mental majikan mereka saat ini. 

“Dobrak pintunya!” perintah pria paruh baya itu pada para pelayan di sana.

Setelah memanggil seorang ahli mendobrak pintu, mereka akhirnya berhasil. Terlihat kondisi kamar yang sudah hancur. Bukan hanya pecahan kaca yang bertebaran, kursi rias, seprai, gorden juga sudah tidak ada di tempatnya. Seolah sudah terjadi gempa bumi yang hanya di area kamar Adeline saja.

Di antara itu, yang paling membuat takut adalah terdapat darah yang berbentuk jejak kaki menuju kamar mandi. Tanpa memanggil, mereka langsung mengetahui keberadaan sang majikan. 

Adeline ditemukan tenggelam di bathup dengan wajah yang sudah pucat. Para pelayan langsung membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan.

Sementara orang-orang sedang panik, di dalam tidurnya, Adeline sedang berjalan di sebuah ruangan yang serba putih. Dia kebingungan dengan keberadaannya sekarang. Merasakan hal aneh di tubuhnya, Adeline menunduk dan betapa terkejut dia melihat tubuhnya polos tanpa sehelai kain yang menutupi. 

Wanita itu reflek menutup area sensitive dengan kedua tangan. Dalam hati dia berharap ada kain yang menutupi tubuhnya. Dan beberapa saat kemudian, harapannya terkabul. Adeline sudah berpakaian dengan pakaian yang berwarna putih.

Adeline melihat sekeliling untuk menerka dimana tempatnya berada. Namun, dia tak melihat pintu atau apapun yang menjadi petunjuk keberadaannya sekarang. Semua putih dan bersih.

“Ada dimana aku?” ucapnya bermonolog.

Dia teringat dengan harapan tentang kain yang menutupi tubuhnya. Terlintas sebuah harapan bertemu kembali dengan sang ayah. 

Adeline tersenyum dan menutup kedua mata. Dia berharap saat ini sang ayah hadir di depannya dan menjemputnya. Kemudian dia membuka kedua mata dengan harapan bahwa harapannya akan terkabul.

Namun, harapannya sirna karena ketika dia membuka kedua mata, tidak ada satu pun orang yang hadir di depannya. Adeline menundukkan kepala dengan perasaan sedih. Tiba-tiba ….

Tap… Tap… Tap…

Adeline mengangkat kepala dan menyipitkan kedua mata. Dari kejauhan dia melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya. Seketika senyumannya terkembang. Dia mengira sang ayah yang datang.

Namun, ketika pria itu semakin mendekat, yang dilihatnya adalah sosok lain dari pria yang sama sekali tidak dia kenal.

“Kembalilah bersamaku! Kamu harus membuat orang itu merasakan apa yang sudah dia perbuat padamu!”

Bersambung~~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 108 MASALAH SELESAI

    Perkataan yang diucapkan Arasy membuat Adeline membuka mulut karena tercengang dengan permintaan wanita itu. Sesaat hanya ada ketegangan di ruangan itu. Hingga akhirnya Arasy tertawa membuat Adeline menjadi bingung.“Hahaha … apa kalian serius menganggapku sejahat itu?” tanya Arasy di sela tawanya.Meski bingung, Adeline tetap merasa bahwa dia harus merespon ucapan wanita itu. Namun, yang terjadi dia hanya tersenyum dengan sangat terpaksa.Arasy tersenyum pada Leo dan Adeline. Dia lalu menggenggam tangan Adeline dan melihatnya dengan sedih.“Adeline, aku ingin meminta maaf karena sudah membuatmu terluka. Aku minta maaf karena sudah mengajakmu berkelahi. Aku tahu apa yang kulakukan salah, tapi aku sangat mengharapkan maaf darimu.”Mendengar hal itu tentu saja membuat Adeline terkejut. Dia seperti mengalami senam jantung dalam sehari ini.“Adeline? Apa kamu memaafkanku?” tanya Arasy membuat Adeline tersadar dari lamunannya.Adeline memandangnya bingung. Menatap wanita itu, mencari tahu

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 102 MENIKAH DENGAN ARASY BARU DIMAAFKAN

    Adeline merasakan sakit di kepalanya akibat tarikan Arasy pada rambutnya yang sangat kencang. Dia juga merasa lengan dan hampir seluruh tubuhnya kesakitan. Tanpa melihat pun, dia tau bahwa ada luka lebam di tubuhnya.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia melihat langit-langit ruang IGÐ rumah sakit itu dengan pikiran yang berkecamuk."Seharusnya aku tidak terpancing!""Benar! Seharusnya kamu tidak terpancing!"Adeline menolehkan kepalanya ke asal suara itu. Nampak Alexander berjalan ke arahnya dengan tatapan penuh ketidaksukaan."Ayah?" Adeline bangun hendak turun dari ranjang rumah sakit itu.Namun, gerakannya terhenti karena Alexander mengangkat tangan. Membuat Adeline menunduk ketakutan."Kamu itu istri dari Leo Alaric Kane. Apa kamu sadar akan hal itu?" Alexander memandangnya sinis."Iya, Ayah. Saya sadar akan hal itu." Adeline semakin menundukkan kepala. Dia sangat takut dengan kemarahan sang ayah mertua. "Saya mohon maaf karena sudah membuat kecewa. Say

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 106 PERTENGKARAN

    Adeline terbangun dengan kondisi Leo yang sudah tidak ada di kamar. Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dia teringat dengan ucapan pria itu yang sudah mulai bekerja hari ini.Adeline lalu bangun dan langsung membersihkan diri. Hari ini dia tidak memiliki janji untuk keluar rumah. Mungkin dia akan memutuskan untuk bekerja dari rumah seperti kemarin.Sebelum mandi, Adeline mengecek ponselnya dan terlihat sebuah pesan yang Leo kirimkan untuknya. Dia tersenyum ketika melihat pesan itu. Pesan yang berisi kata-kata manis dan sebuah perintah untuknya mandi dan sarapan.Setelah membalas isi pesan tersebut, barulah dia berjalan menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Adeline lalu keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan untuk sarapan."Sudah bangun, Nak?" tanya Camila ketika mengambil buah dari dalam lemari es."Sudah, Ibu," jawab Adeline. Dia mengambil dua lembar roti gandum dan mengoleskannya dengan selai kacang

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 105 MENUNGGUMU HINGGA SIAP

    Leo sudah merayu Adeline untuk tidur bersama di ranjang. Namun, istrinya itu tetap bersikeras supaya dia tidur di sofa. Alhasil Leo hanya bisa pasrah dan menerima keadaan bahwa dia harus mengalah."Aku belum tidur bersamamu tapi malah disuruh untuk tidur di sofa," gerutunya ketika merasa Adeline sudah tertidur pulas."Aku mendengarmu!" sahut Adeline dengan kedua mata terpejam.Mendengar itu membuat Leo semakin takut. Khawatir Adeline akan semakin marah padanya.Lampu kamar sudah dimatikan. Leo yang tidur di sofa juga sudah memejamkan kedua matanya. Adeline bangun karena dia belum ingin tertidur.Sebenarnya tidak bisa sepenuhnya salah Leo. Pria itu hanya ingin menghibur dengan caranya. Namun, ternyata malah membuat Adeline kesal.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia bangun dari ranjang dan berjalan menuju sofa. Dia hanya bisa melihat wajah sang suami dengan samar karena saat ini penerangan hanya dari lampu tidur di samping tempat tidur.Adeline berlutut di d

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 104 SUDAH CINTA

    BAB 104 SUDAH CINTA"Alex!" Camila memandang Adeline dengan senyum. Dia memegang kedua tangan sang menantu kemudian berkata, "Ayo, kita makan.""Siapa yang mengizinkan kamu untuk makan?" Kali ini Alexander berbicara pada Camila, sang istri.Camila menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia memejamkan kedua mata sebelum akhirnya berbalik dan menatap sang suami dengan penuh kekesalan."Saya akan makan dengan atau tanpa persetujuan darimu!" seru Camila setelah itu beralih pada Adeline dan pergi meninggalkan suaminya.Adeline melihat sang ibu mertua yang berjalan menuju ruang makan seraya menggenggam tangannya. Seketika dia merasakan hatinya menghangat karena diperlakukan sampai seperti ini.Namun, dia juga merasa sedih karena melihat orang tua suaminya harus bertengkar karena dirinya."Ibu," panggil Adeline."Iya, Sayang," Camila menjawab panggilan sang anak namun dia tetap berjalan menuju ruang makan."Apa Ibu tidak apa-apa?" tanya Adeline khawatir.Camila menghentikan lan

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 103 PENOLAKAN ALEXANDER

    Leo sangat panik saat ini. Dia takut Jika Adeline pergi meninggalkannya karena mendengar kalimat yang diucapkan sang ayah.Leo menuruni anak tangga dengan terus mencoba untuk memanggil ponsel sang istri."Adeline, kamu di mana?" tanyanya bermonolog.Leo sudah menelpon sang istri berkali-kali namun panggilan itu selalu tak tersambung. Operator telepon selalu menyebut bahwa nomor ponsel Adeline sedang berada di luar jangkauan."Adeline, kumohon ...!" Leo benar-benar berharap bahwa dia bisa bertemu dengan sang istri.Ketika dia sampai di ruang tamu, langkahnya terhenti karena sang ibu memanggil"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Leo. Ekspresi wajahnya yang panik membuat sang ibu terheran."Kamu ingin kemana?" tanya Camila."Mencari Adeline, Ma." Leo mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celananya. Sedangkan pandangannya masih tertuju pada layar ponsel."Mencari Adeline kemana? Kenapa kamu sampai mengeluarkan kunci mobil?" tanya Camila semakin heran dengan sikap sang anak."Karena Adeline tidak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status