Home / Rumah Tangga / Pria Tampan Alat Balas Dendamku / BAB 2 DIA MENJADI SELINGKUHAN

Share

BAB 2 DIA MENJADI SELINGKUHAN

Author: Aleena Tan
last update Huling Na-update: 2025-07-30 19:12:12

Adeline terbangun karena cahaya putih yang sangat menyilaukan. Dia sangat lemah sampai tidak sanggup untuk mengangkat tangan. Dengan tenaga yang tersisa, wanita itu membuka kelopak mata dan barulah bisa melihat keadaan sekitar. 

Entah bagaimana bisa dia berada di sebuah ruangan yang sangat dikenal. Sebuah ruang rawat rumah sakit yang dulu menjadi tempat tinggal sang ayah di detik-detik terakhir hidupnya. Sekarang Adeline malah diingatkan kembali oleh luka itu yang sangat menyakitkan. 

Ketika dia hendak bangkit, pintu terbuka menampilkan seorang pria paruh baya yang sangat dia kenal. 

“Nona? Apa Anda baik-baik saja?” tanya pria itu dengan wajah penuh kekhawatiran.

“Siapa yang membawaku kemari?” tanya Adeline mengabaikan pertanyaanya.

Sedangkan pria itu tahu, sudah membuat anak mendiang majikannya marah. Diselamatkan dari maut merupakan hal yang menyulut emosi Adeline saat ini. Dia berjalan mendekatinya dengan wajah teduh khas seorang pria tua.

“Saya tidak bisa membiarkan Anda mati, Nona. Tuan Rothwell meminta saya untuk menjaga Anda. Saya tidak bisa melanggar janji yang sudah saya ucapkan,” ucapnya dengan tenang.

Mendengar nama mendiang sang ayah disebut, hati Adeline semakin terluka. Dia menarik napas berat dan mengembuskannya perlahan. Jika sang ayah sudah meminta orang kepercayaannya untuk menjaganya, itu berarti ayahnya tidak ingin dia seperti ini.

Tiba-tiba Adeline teringat dengan mimpinya. Dia memang lupa bagaimana wajah pria yang sudah datang di mimpi. Namun, perkataannya masih sangat jelas dia ingat.

"Apa ada sesuatu yang menyebabkan perusahaan jatuh?" tanya Adeline tiba-tiba. 

Sang asisten itu terdiam mendengar pertanyaan anak majikannya. “Maaf, Nona,” ucap pria itu menundukkan kepala.

“Jawab saya, Pak Dalton!” desaknya.

Dalton mengangkat kepala dan menatap wajah anak majikannya dengan perasaan kasihan. Setelah apa yang dialami oleh Adeline, Dalton tidak yakin berita yang akan dia sampaikan, bisa membuat wanita itu tetap tegar.

“Tuan Brandon yang sudah membuat perusahaan sampai seperti ini.”

Adeline terbelalak mendengar jawaban Dalton, ucapan itu terasa sangat memekakkan telinga. Dia merasa dirinya sudah tidak sanggup untuk menghadapi semuanya. 

Ternyata … pria yang sangat dia cintai, yang sangat dia percaya, adalah orang yang sudah membuat hidupnya hancur berantakan.

“Tidak adanya bukti yang kuat, membuat kami kesulitan untuk melaporkan Tuan Brandon ke pihak yang berwajib,” ucap Dalton mengakhiri penjelasannya.

Adeline yang hanya diam tanpa ekspresi membuat Dalton kebingungan. Dia kira anak majikannya itu akan mengamuk atau menyumpahi pria yang sudah menipunya. 

Namun, reaksi yang diberikan Adeline sungguh sangat di luar dugaan. Wanita itu hanya diam saja tanpa memberikan ekspresi yang mudah dimengerti.

“Nona? Apa Anda—”

“Kapan saya bisa pulang?”

Dalton terdiam. Ia semakin bingung karena Adeline malah menanyakan hal di luar pembicaraan mereka.

“Pak Dalton?” panggil Adeline.

“Iya, Nona?”

“Kapan saya bisa pulang?” Adeline mengulang pertanyaannya.

“Sekitar dua hari lagi.”

“Saya ingin pulang sekarang.”

“Tapi, Nona … Anda—”

“Pak Dalton,” panggil Adeline memotong perkataan Dalton.

“Iya, Nona. Saya akan mengurus kepulangan Anda.” 

Dalton lalu keluar untuk mengurus tugasnya. Meninggalkan Adeline seorang diri di ruangan yang penuh dengan kenangan pahit mengenai mendiang ayah kandungnya.

Adeline sudah tidak lagi melihat Dalton. Pikirannya dipenuhi dengan kalimat umpatan pada dirinya sendiri karena sangat mudah untuk dibodohi oleh pria yang dicintai.

Padahal mereka sudah bersama selama lebih dari satu tahun. Selama itu, tak sekalipun dia menaruh rasa curiga atau pikiran negative tentang mantan suaminya itu.

Adeline tidak tahu dimana letak kesalahannya. Selama ini hubungan mereka baik-baik saja. Bahkan bisa dibilang, mereka tidak pernah bertengkar. Brandon adalah pria yang baik dan selalu mengalah demi kebahagiaan Adeline. Pria itu selalu mengutamakan istrinya di atas kepentingannya. Brandon tidak pernah berbicara dengan nada tinggi sekalipun mereka sedang berbeda pendapat.

Hari itu Adeline langsung pulang ke rumah. Merenungi pernikahannya dengan sang mantan suami yang masih sangat dia cintai. Sejujurnya dalam hati, Adeline masih sangat berharap bahwa Brandon hanya korban fitnah. Pria itu masih memiliki alasan yang logis untuk meninggalkannya. Adeline masih berharap bahwa Brandon akan kembali dan menjelaskan alasan kenapa dia sampai berbuat seperti itu.

Namun, berdiam diri di kamar juga bukan sikap yang tepat untuk mendapatkan jawaban. Adeline harus keluar dan mencari tahu sendiri.

Akhirnya wanita berusia 22 tahun itu memutuskan untuk keluar dari kamar dan pergi menuju kediaman Brandon. Ia akan menyelesaikan semuanya secara baik-baik dan melakukan mediasi supaya pria itu mau kembali.

Tok… Tok… Tok…

Adeline menunggu dengan sabar di luar apartemen Brandon. Dia yakin bahwa pria itu tidak seburuk yang dikatakan Pak Dalton. Pasti ada kesalahpahaman dan Brandon bukanlah orang jahat seperti yang dikatakan oleh asisten kepercayaan ayahnya. 

Ceklek!

Suara pintu yang dibuka membuat Adeline yang berdiri membelakangi pintu, berbalik. Melihat sosok yang membuka adalah seorang wanita muda yang cantik, seketika membuat dia terheran.

“Siapa?” tanya wanita itu dengan nada sinis.

“Ehmm .... Apakah ini apartemen Brandon Cavanaugh?” tanya Adeline menahan berbagai pertanyaan di kepalanya.

“Iya, ada apa mencari suami saya?”

Deg!

Bagai petir di siang bolong. Adeline lagi-lagi dikejutkan dengan berita yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

“Kamu … bercanda, kan?” tanya Adeline.

Wanita itu mengerutkan keningnya seakan tidak suka dengan pertanyaan Adeline. Kemudian berjalan dengan angkuh mendekatinya seraya menatap tidak suka.

“Apa kamu Adeline Rothwell?” tanyanya dengan nada angkuh penuh kesombongan. Wanita itu tersenyum sinis kemudian berkata, “Melihatmu hanya diam saja, aku yakin kamu adalah Adeline Rothwell. Wanita bodoh yang dinikahi suamiku. Ah! By the way, terima kasih karenamu … aku dan suamiku bisa hidup enak seperti ini.”

Jika dalam kondisi biasa Adeline pasti bisa menjawab perkataan orang-orang yang menyakitinya. Namun, kali ini lidahnya kelu dan tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

Semua informasi dan berita yang didengarnya beberapa hari terakhir sudah membuatnya sangat terkejut. Kehidupan sempurna yang dia miliki sudah hancur karena ulah seorang pria yang sangat ia cintai.

“Lebih baik kamu pergi karena saat ini suamiku sedang tidak ada di rumah,” ucap wanita itu sebelum masuk ke dalam apartemen dan meninggalkan Adeline di lorong apartemen itu.

Dengan gontai, Adeline berjalan meninggalkan apartemen itu. Pergi tanpa tentu arah dan tujuan yang jelas. Dia hanya mengikuti kemana kaki melangkah. Adeline berjalan dengan pandangan kosong dan pikiran yang bercabang. Bahkan rasa sakit dari luka akibat menginjak pecahan kaca, sudah tidak lagi terasa. 

Hingga tanpa sadar dia sudah berada di pinggir jalan raya. Menatap lurus ke depan tanpa melihat kiri dan kanan. 

‘Apakah … permasalahan hidup ku bisa berakhir jika aku meninggalkan dunia ini?’ tanyanya dalam hati.

Adeline mendongak, melihat langit yang sudah agak gelap karena hujan akan turun. Menghirup udara dingin sebelum hujan membasahi bumi. Sedingin hatinya yang telah beku akibat ulah seorang pria yang sangat ia cinta. 

Adeline mengangkat tangan kanannya. Mengeluarkan sebuah cincin yang melingkar di jari manis kemudian membuang asal ke jalanan. Tidak peduli dengan harga cincin itu yang bisa dipakai untuk membeli sebuah rumah mewah di kawasan elit ibu kota.

Adeline memerhatikan cincin itu yang menggelinding bagai tak berharga. Melihat dengan ekspresi dingin setelah itu kembali menatap jalanan. Setelah lampu lalu lintas berubah merah, pertanda bahwa pejalan kaki boleh lewat, barulah ia pergi dari sana.

Tanpa Adeline ketahui, seorang pria yang sejak tadi memerhatikannya dari dalam mobil, berjalan ke tempatnya berdiri tadi. Memungut cincin itu lalu kembali ke dalam mobil. Memberikan cincin yang dipungutnya ke seorang pria yang duduk di kursi belakang yang adalah tuannya. 

Pria itu tersenyum sinis seraya memerhatikan cincin itu. Kemudian memerintahkan pria yang tadi memberikannya cincin, untuk pergi dari sana.

Bersambung~~

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 108 MASALAH SELESAI

    Perkataan yang diucapkan Arasy membuat Adeline membuka mulut karena tercengang dengan permintaan wanita itu. Sesaat hanya ada ketegangan di ruangan itu. Hingga akhirnya Arasy tertawa membuat Adeline menjadi bingung.“Hahaha … apa kalian serius menganggapku sejahat itu?” tanya Arasy di sela tawanya.Meski bingung, Adeline tetap merasa bahwa dia harus merespon ucapan wanita itu. Namun, yang terjadi dia hanya tersenyum dengan sangat terpaksa.Arasy tersenyum pada Leo dan Adeline. Dia lalu menggenggam tangan Adeline dan melihatnya dengan sedih.“Adeline, aku ingin meminta maaf karena sudah membuatmu terluka. Aku minta maaf karena sudah mengajakmu berkelahi. Aku tahu apa yang kulakukan salah, tapi aku sangat mengharapkan maaf darimu.”Mendengar hal itu tentu saja membuat Adeline terkejut. Dia seperti mengalami senam jantung dalam sehari ini.“Adeline? Apa kamu memaafkanku?” tanya Arasy membuat Adeline tersadar dari lamunannya.Adeline memandangnya bingung. Menatap wanita itu, mencari tahu

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 102 MENIKAH DENGAN ARASY BARU DIMAAFKAN

    Adeline merasakan sakit di kepalanya akibat tarikan Arasy pada rambutnya yang sangat kencang. Dia juga merasa lengan dan hampir seluruh tubuhnya kesakitan. Tanpa melihat pun, dia tau bahwa ada luka lebam di tubuhnya.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia melihat langit-langit ruang IGÐ rumah sakit itu dengan pikiran yang berkecamuk."Seharusnya aku tidak terpancing!""Benar! Seharusnya kamu tidak terpancing!"Adeline menolehkan kepalanya ke asal suara itu. Nampak Alexander berjalan ke arahnya dengan tatapan penuh ketidaksukaan."Ayah?" Adeline bangun hendak turun dari ranjang rumah sakit itu.Namun, gerakannya terhenti karena Alexander mengangkat tangan. Membuat Adeline menunduk ketakutan."Kamu itu istri dari Leo Alaric Kane. Apa kamu sadar akan hal itu?" Alexander memandangnya sinis."Iya, Ayah. Saya sadar akan hal itu." Adeline semakin menundukkan kepala. Dia sangat takut dengan kemarahan sang ayah mertua. "Saya mohon maaf karena sudah membuat kecewa. Say

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 106 PERTENGKARAN

    Adeline terbangun dengan kondisi Leo yang sudah tidak ada di kamar. Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Dia teringat dengan ucapan pria itu yang sudah mulai bekerja hari ini.Adeline lalu bangun dan langsung membersihkan diri. Hari ini dia tidak memiliki janji untuk keluar rumah. Mungkin dia akan memutuskan untuk bekerja dari rumah seperti kemarin.Sebelum mandi, Adeline mengecek ponselnya dan terlihat sebuah pesan yang Leo kirimkan untuknya. Dia tersenyum ketika melihat pesan itu. Pesan yang berisi kata-kata manis dan sebuah perintah untuknya mandi dan sarapan.Setelah membalas isi pesan tersebut, barulah dia berjalan menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Adeline lalu keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan untuk sarapan."Sudah bangun, Nak?" tanya Camila ketika mengambil buah dari dalam lemari es."Sudah, Ibu," jawab Adeline. Dia mengambil dua lembar roti gandum dan mengoleskannya dengan selai kacang

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 105 MENUNGGUMU HINGGA SIAP

    Leo sudah merayu Adeline untuk tidur bersama di ranjang. Namun, istrinya itu tetap bersikeras supaya dia tidur di sofa. Alhasil Leo hanya bisa pasrah dan menerima keadaan bahwa dia harus mengalah."Aku belum tidur bersamamu tapi malah disuruh untuk tidur di sofa," gerutunya ketika merasa Adeline sudah tertidur pulas."Aku mendengarmu!" sahut Adeline dengan kedua mata terpejam.Mendengar itu membuat Leo semakin takut. Khawatir Adeline akan semakin marah padanya.Lampu kamar sudah dimatikan. Leo yang tidur di sofa juga sudah memejamkan kedua matanya. Adeline bangun karena dia belum ingin tertidur.Sebenarnya tidak bisa sepenuhnya salah Leo. Pria itu hanya ingin menghibur dengan caranya. Namun, ternyata malah membuat Adeline kesal.Adeline menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia bangun dari ranjang dan berjalan menuju sofa. Dia hanya bisa melihat wajah sang suami dengan samar karena saat ini penerangan hanya dari lampu tidur di samping tempat tidur.Adeline berlutut di d

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 104 SUDAH CINTA

    BAB 104 SUDAH CINTA"Alex!" Camila memandang Adeline dengan senyum. Dia memegang kedua tangan sang menantu kemudian berkata, "Ayo, kita makan.""Siapa yang mengizinkan kamu untuk makan?" Kali ini Alexander berbicara pada Camila, sang istri.Camila menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia memejamkan kedua mata sebelum akhirnya berbalik dan menatap sang suami dengan penuh kekesalan."Saya akan makan dengan atau tanpa persetujuan darimu!" seru Camila setelah itu beralih pada Adeline dan pergi meninggalkan suaminya.Adeline melihat sang ibu mertua yang berjalan menuju ruang makan seraya menggenggam tangannya. Seketika dia merasakan hatinya menghangat karena diperlakukan sampai seperti ini.Namun, dia juga merasa sedih karena melihat orang tua suaminya harus bertengkar karena dirinya."Ibu," panggil Adeline."Iya, Sayang," Camila menjawab panggilan sang anak namun dia tetap berjalan menuju ruang makan."Apa Ibu tidak apa-apa?" tanya Adeline khawatir.Camila menghentikan lan

  • Pria Tampan Alat Balas Dendamku   BAB 103 PENOLAKAN ALEXANDER

    Leo sangat panik saat ini. Dia takut Jika Adeline pergi meninggalkannya karena mendengar kalimat yang diucapkan sang ayah.Leo menuruni anak tangga dengan terus mencoba untuk memanggil ponsel sang istri."Adeline, kamu di mana?" tanyanya bermonolog.Leo sudah menelpon sang istri berkali-kali namun panggilan itu selalu tak tersambung. Operator telepon selalu menyebut bahwa nomor ponsel Adeline sedang berada di luar jangkauan."Adeline, kumohon ...!" Leo benar-benar berharap bahwa dia bisa bertemu dengan sang istri.Ketika dia sampai di ruang tamu, langkahnya terhenti karena sang ibu memanggil"Iya, Bu. Ada apa?" tanya Leo. Ekspresi wajahnya yang panik membuat sang ibu terheran."Kamu ingin kemana?" tanya Camila."Mencari Adeline, Ma." Leo mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku celananya. Sedangkan pandangannya masih tertuju pada layar ponsel."Mencari Adeline kemana? Kenapa kamu sampai mengeluarkan kunci mobil?" tanya Camila semakin heran dengan sikap sang anak."Karena Adeline tidak

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status