Share

Bab. 4

Penulis: BEBBIKITTEN
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-26 19:40:50

Ting!

Bunyi notifikasi dari ponsel Willy mengejutkan Reagan. Dengan cepat ia menoleh dan menatap pria itu.

Willy yang juga sadar akan segera melihat ponselnya lalu berkata, "Uangnya sudah masuk, Tuan."

"Bagus, mana kartumu?"

Dengan sigap Willy meraih dompet dari saku celana kemudian mengeluarkan sebuah kartu hitam dan memberikannya kepada Reagan. "Ini, Tuan."

Reagan tersenyum lebar. Dengan gerakan cepat ia langsung meraih kartu itu kemudian kembali ke meja kasir. "Nona, aku ingin membayar ponsel yang tadi," kata Reagan seraya memberikan kartu hitam itu kepadanya.

"Baik."

Dengan senyum penuh kemenangan Reagan mengalihkan pandangan dan berkata dalam hati, "Maafkan aku, Daddy. Tapi sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis pilihanmu."

"Silahkan masukan pinnya," kata si kasir.

Willy segera maju dan menekan angka di atas mesin transaksi, sedangkan Reagan yang melihat mereka kini tersenyum penuh kemenangan.

"Baik, terima kasih," kata si kasir sambil memberikan kantong kertas berwarna putih kepada Reagan.

Reagan tak menjawab, ia segera merogoh benda itu dari dalam paper bag dan mengembalikan paper bag itu kepada Willy.

"Tuan, setelah ini kita akan ke mana?" tanya Willy. Saat ini ia mengekor dan berjalan di belakang Reagan menuju ke tempat parkiran.

"Kita kembali, aku hanya membutuhkan ini."

"Baik, Tuan."

Dengan cepat Willy memastikan Reagan dan membukakan pintu untuk sang tuan muda.

Reagan yang sudah senang karena tujuannya sudah selesai kini merogoh sesuatu berupa chip dari saku celana kemudian dipasangkan ke dalam ponsel baru. Setelah mengaktifkan ponsel itu senyumnya pun melebar. "Willy, aku minta nomor Milly dan mommy."

"Baik, Tuan."

Dilihatnya pria itu sedang merogoh ponsel dari saku celana kemudian memberikan kepadanya.

"Nama mereka ditulis nyonya besar dan nyonya muda, Tuan," kata Willy.

Tanpa menjawab perkataan sang supir Reagan segera mencari nama mereka kemudian menyalin ke ponsel barunya. Setelah selesai ia pun mengembalikan ponsel itu kepada Willy dan berterima kasih.

Willy yang tahu sang atasan sudah selesai segera menghidupkan mesin mobil dan meninggalkan tempat area parkiran.

Sambil menatap keluar jendela Reagan menempelkan ponselnya ke telinga.

Zet!

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah___"

Tut! Tut!

Reagan memutuskan panggilan dengan kesal. "Kak Milly sedang apa, kenapa ponselnya tidak aktif?"

Reagan mencoba lagi, tapi hasilnya sama.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, cobalah___"

Tut! Tut!

karena kontak yang dihubungi tidak bisa terhubung ia mencoba kontak lain yang ternyata adalah kontak sang ibu. Reagan menatap layar dan melihat deret huruf yang tertulis nama ibu. Ia pun hendak menekan radial, tapi tiba-tiba ingatannya terganggu. "Kalau aku hubungi mommy sekarang yang ada daddy pasti akan mendengar pembicaraan kami. Apa sebaiknya besok saja, ya?" katanya pelan, "Oke, besok saja. Willy?"

"Iya, Tuan?"

"Besok ingatkan aku untuk menghubungi mommy sebelum ke kampus. Tapi pastikan kau mengingatkannya di jam kantor daddy, ya? Aku tidak mau daddy tahu aku bicara dengan mommy."

"Baik, Tuan. Tapi kalau nyonya bertanya kepada tuan besar, bagaimana?"

"Tidak, aku akan membujuk mommy untuk tidak mengatakannya.

"Baik, nanti akan kuingatkan."

***

Bunyi alarm dari nakas membuat Clare terbangun. Dengan tubuh malas dan mata terpejam ia meraih benda itu dan mematikan suaranya. Karena tahu waktunya sudah pagi ia segera bangun dan bersiap-siap.

Clare tidak mau lagi kena hukuman seperti kemarin. Akibat hukuman yang diberikan Reagan kakinya sakit dan sedikit sulit digerakan. Tapi mengingat dirinya adalah mahasiswi baru dan anak dari pemilik kampus itu, Clare tetap bangun meski kakinya sedang sakit.

Drttt... Drttt...

Bunyi getaran ponsel mengejutkannya. Dilihatnya nama Ansley sebagai pemanggil di layar ponsel. "Tumben dia meneleponku pagi-pagi begini?" tanpa berlama-lama lagi ia segera menekan tombol hijau untuk menghubungkan panggilan, "Halo?" sapa Clare kemudian menguap karena rasa kantuk.

"Kau sudah bangun? Aku pikir kau belum bangun."

Clare melirik jam dinding yang menunjukan pukul setengah enam. "Aku baru saja bangun. Aku sudah memasang alarm biar tidak terlambat lagi seperti kemarin."

Tawa Ansley terdengar. "Aku rasa mungkin gadis-gadis lain akan sengaja membuat mereka terlambat, biar mendapat hukuman dari Reagan."

"Tidak bagiku, Ans. Apalagi karena dia kakiku sakit sekali pagi ini. Kakiku sulit digerakan, tapi aku harus berusaha dan ke kampus hari ini."

"Gadis yang baik," kata Ansley, "Kalau begitu bersiaplah, jam tujuh lebih sedikit ada kegiatan di lapangan. Kau harus hadir, ya?"

"Tentu saja, tapi kau belum mengatakan apa tujuanmu meneleponku."

Ansley tertawa. "Aku menelepon hanya untuk membangunkanmu, Clare."

Clare balas tertawa. "Kau ini, tapi terima kasih. Aku siap-siap dulu, sampai ketemu di kampus."

Tut! Tut!

Di sisi lain.

Reagan yang sudah wangi dan rapi kini tampak bahagia akibat pikiran yang terus melayang sejak kemarin. Jika biasanya ia paling malas bangun pagi meski harus kuliah, sekarang tanpa alarm pun dirinya sudah siap dan penuh semangat untuk menjalani hari.

"Tumben Tuan sudah bangun," kata Willy begitu melihat pria tinggi dan tampan keluar dari apartemen.

"Aku sedang bahagia, Willy. Ayo, aku ingin ke kedai Bebbi, aku ingin sarapan di sana sebelum ke kampus."

Sang supir mengungkapkan bingung. Tapi karena perintah yang dilayangkan sang majikan sudah berlalu beberapa detik yang lalu, ia segera berlari ke mobil untuk membuka pintu di bagian belakang.

Reagan masuk. Dan saat tubuhnya sudah duduk dengan nyaman, saat itulah ponselnya bergetar.

Drttt... Drttt...

Dengan cepat Reagan meraih benda itu dari dalam ransel. Dilihatnya nama Emelly sebagai pemanggil. "Halo, Milly?" sapanya pelan.

"Reagan! Kau sudah bangun? Tumben jam begini kau sudah bangun."

Laki-laki itu berdecak. "Kalau bukan karena kau menelepon, mungkin aku belum bangun. Kau membangunkan tidurku, Milly."

"Dasar kau! Ngomong-ngomong kenapa kau meneleponku semalam? Aku baru saja menghidupkan ponsel dan baru sempat melihat pesan yang kau kirim semalam."

Mata Reagan menghadap ke luar jendela. "Apa daddy masih sering membahas soal perjodohanku?"

"Iya, kenapa?"

"Sebenarnya aku tidak ingin dijodohkan. Aku ingin menikah dengan perempuan yang aku cintai, Milly. Bukan perempuan yang tidak kukenali."

"Kau gila, ya? sejak awal kau sudah setuju dengan perjodohan itu lalu kenapa sekarang pikiranmu tiba-tiba berubah?"

Reagan tersenyum samar. "Aku sedang jatuh cinta, Milly. Jatuh cinta pada wanita lain."

"Apa?!"

Perkataan Reagan membuat Milly dan Willy kaget. Pria itu menatap Reagan dari kaca spion dengan terkejut. Meski hanya supir, tapi Willy sudah tahu soal perjodohan itu.

"Aku sudah punya perempuan yang ingin kunikahi, Milly."

Milly tertawa. "Seorang laki-laki dingin sepertimu bisa jatuh cinta? Apa aku tidak salah dengar, hah?"

Wajah Reagan berubah garang. "Jadi kau meremehkanku?"

"Reagan, Reagan. Kau itu adikku, aku paling tahu siapa kau. Apalagi soal perempuan ... pasti kau belum mengungkapkan perasaanmu kepadanya, kan?"

Wajah Reagan merah karena malu. "Kau benar, aku belum mengutarakan perasaanku. Tapi dia sudah menerima hadiah dariku, Milly."

"Hadiah? Kau telah memberikannya hadiah?"

"Iya."

"Bisa aku tahu hadiah apa yang kau berikan kepadanya sampai dia mau menerima hadiah itu?"

"Dua buah burger dan satu cup minuman cokelat."

Zet!

Tawa Milly terdengar jelas dari balik telepon. Sedangkan Willy yang ikut tertawa tanpa bersuara.

"Kau mendapat ide dari mana, hah? Terus siapa yang memberitahumu kalau makanan adalah sesuatu yang spesial untuk diberikan kepada perempuan?"

Reagan mengingat. "Kemarin dia terlambat dan aku menghukumnya. Aku menyuruh dia mengelilingi universitas sebanyak seratus kali. Jadi karena dia tanpa protes melakukan apa yang kuperintahkan, aku menghadiahkan dia burger dan minuman cokelat kesukaannya."

Lagi-lagi tawa Milly terdengar. "Reagan, Reagan, sebaiknya kau buang jauh-jauh perasaanmu itu. Ingat, kau sudah dijodohkan dan kau tidak boleh menikah dengan perempuan lain selain wanita itu."

Bersambung___

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ini pikiran Reagan masih polos apa gimana? kupikir dia badboy wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku   Bab. 134

    Begitu sapu tangan yang sama ditemukannya ia segera mendekati kembali dan mendekati ranjang.Sejenak ia terdiam sambil menatap Clare yang tersaji di atas ranjang. Ia sangat bahagia karena wanita yang sangat ia dampakan itu sebentar lagi akan menjadi istrinya."Apa yang kau lakukan, Reagan?" tanya Clare saat tangan pria itu menyentuh kaki kanannya."Aku akan mengikatnya. Kenapa?""Kau tidak perlu melakukannya.""Selama tidak ada dalam aturan game aku rasa tidak masalah."Clare tak menjawab. Dalam hati ia mengutuk dirinya karena tak sempat membuat aturan sebelum game dimulai.Reagan kembali tersenyum. Sambil mengikat kaki Clare ia menatap bagian kewanitaan yang mulus dan berwarna pink itu.'Brengsek,' katanya dalam hati, 'Kalau bukan karena game ini aku sudah menidurimu sejak tadi, Clare. Kau membuatku bergairah.'"Selesai?" tanya Clare setelah Reagan selesai mengikat ke dua kakinya. Ia bisa membayangkan dengan posisi terkangkang dan terikat seperti itu pasti Reagan akan leluasa membala

  • Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku   Bab. 133

    Clare tak menjawab. Perlahan ia merayap di tubuh Reagan hingga kepalanya sejajar dengan bagian keras dan besar milik Reagan.Reagan mulai gelisah. Dilihatnya pandangan Clare begitu licik saat menatap bagian itu. "Apa yang kau lakukan?"Lagi-lagi Clare tak menjawab. Ia hanya tersenyum sambil menyentuh pucuk bagian itu dengan lidahnya."Oh," desah Reagan. Matanya terpejam saat rasa dingin mulai merambat ke batangnya yang keras, "Clare, kau curang. Kau melanggar aturan, Sayang."Clare menghentikan permainan lidahnya. Sambil menatap Reagan ia berkata, "Curang bagaimana, hah? Kan aku sedang memijat.""Memijat?" Reagan terkekeh, "Itu bukan memijat, Sayang. Tindakanmu seperti itu seakan-akan sengaja membuatku kalah.""Itu salahmu. Kau kan tinggal menahannya saja biar tidak kalah."Baru hendak menjawab Reagan langsung terdiam saat Clare memasukan semua bagian itu ke mulutnya.Clare tak peduli. Sambil menggerakan mulut dan kepalanya ia terus menatap Reagan dengan pandangan penuh kemenangan."H

  • Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku   Bab. 132

    Dengan senyum menggoda Claren mengambil botol minyak tubuh yang ada di atas nakas.Reagan yang merasa permainan akan segera dimulai segera memadamkan lampu utama kemudian menyalahkan lampu tidur berwarna kuning.Aroma pewangi ruangan dan cahaya lampu membuat suasana kamar begitu intim.Setelah Reagan mengatur posisi tubuhnya dengan tengkurap, Clare melepaskan jubah mandi hingga tubuh tanpa sehelai benangnya pun terlihat di bawah redum cahaya lampu.Clare mendekati Reagan. Ia menaiki ranjang lalu menuangkan minyak ke telapak tangan. "Aku mulai dari kaki saja, ya?"Reagan memejamkan mata. "Terserah kamu."Claren pun mulai mengoles minyak itu di bagian betis dan pergelangan Reagan dengan tangannya yang lembut."Kau mendapatkan ide ini dari mana?" tanya Reagan sambil menikmati setiap elusan tangan Clare.Clare tersenyum. "Aku terobsesi saat kita pacaran dulu. Kita berdua harus menahan gairah karena kau takut aku masih kuliah. Aku rasa saling menyentuh dan menahan gairah akan sangat menyen

  • Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku   Bab. 131

    Clare menoleh.Zet!Wajahnya membeku dan tubuhnya terpaku saat melihat Reagan masuk dengan senyum yang sangat lebar."Ini dia calon prianya. Ayo, duduklah," kata Dean.Kensky dan lainnya tersenyum sambil menatap Clare yang masih berdiri seperti patung.Clare masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat. 'Reagan? Reagan adalah calon suamiku?' batinnya, 'Pria yang dijodohkan denganku adalah pacarku?'"Clare? Apakah kau akan terus berdiri?" Suara Dean mengejutkannya, "Calon suamimu sudah datang. Kenapa kau tidak duduk?"Air mata bahagia lolos di matanya. "Kalian ... apa kalian semua mengerjaiku?"Suara tawa memenuhi ruangan."Maafkan kami, Sayang."Reagan yang merasa bersalah langsung berdiri mendekati Clare. "Kita sama-sama dikerjai, Sayang. Wanita yang selama ini telah dijodohkan mommy dan daddy denganku adalah kamu."Clare menangis. "Benarkah?"Reagan mengangguk. "Iya. Aku ingin minta maaf, kata-kataku kemarin pasti sudah membuatmu sakit."Clare menangis lagi. "Aku pikir kau

  • Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku   Bab. 130

    Kensky tak menjawab. Ia melepaskan pelukan lalu menghapus air kata Clare. "Jangan sedih lagi, ya. Siapa tahu pria pilihan mami dan papi mengobati luka di hatimu saat ini. Mungkin Reagan telah mengecewakanmu, tapi sebagai orang tua mami berharap pria ini tidak akan pernah mengecewakanmu."Clare tak menjawab."Bersiaplah, sebentar lagi mereka akan datang. Mami sudah menghubungi Ansley, dia akan membantumu berdandan malam ini."Tok! Tok!Bunyi ketukan pintu yang terbuka membuat mereka berdua menoleh."Halo, apa aku mengganggu?"Suara Ansley membuat Kensky tersenyum. "Masuklah, Sayang," Kensky menatap Clare, "Mami tinggal dulu. Ans, tolong buat Clare membuang semua kesedihan di wajahnya dan gantikan dengan senyuman terbaik, ya.""Siap, Tante."Jika Ansley begitu bersemangat, Clare justru sebaliknya. Ia tak menjawab bahkan tak menyapa Ansley meski wanita itu sudah tersenyum lebar kepadaya.Seandainya pria yang akan datang melamar itu adalah Reagan Harvest pasti saat ini ia sudah kegirangan

  • Pria Yang Dijodohkan Denganku Adalah Pacarku   Bab. 129

    Perkataan ibunya membuat Reagan terkejut.Tuan Harvest berkomentar. "Sebenarnya ini belum waktunya kami membicarakan masalah pernikahan kalian, tapi calon mertuamu ingin mempercepat pernikahan putrinya. Mereka takut kau atau putrinya akan terlibat cinta dengan orang lain. Jadi besok malam kita akan menemui mereka dan langsung melakukan lamaran."Lagi-lagi Reagan terpaku. Setelah syoknya kembali ia berkata, "Boleh aku mengungkapkan sesuatu?"Tuan dan nyonya Harvest menyimak. Mereka menatap Reagan dengan pandangan penasaran.Reagan menarik napas panjang. "Aku mencintai anak pemilik universitas. Namanya Clare Agatha Stewart. Daddy pasti tahu dia dan Daddy sangat menenalnya. Aku sangat mencintainya Daddy dan aku tidak akan mau menikah jika wanita itu bukan dia."Ekspresi tuan dan nyonya Harvest berubah.Reagan berkata lagi, "Aku tahu ini salah, tapi aku sangat mencintanya. Aku sangat mencintai Agatha dan kami saling mencintai."***Di dalam kamar yang besar dan sejuk sambil berbaring Clar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status