"Agatha di mana? Ans, telepon dia dan suruh ke sini, aku sangat merindukannya."Saat ini kelas mereka baru saja selesai dan karena sudah waktunya makan siang mereka bertiga kini sudah berada di kantin sambil menunggu pesanan mereka."Tunggu sebentar, aku akan menghubunginya," balas Ansley.Luke tertawa. "Kenapa bukan kau saja yang menghubungi dan mengajaknya ke sini? Bukankah kau sudah punya kontaknya Clare?"Reagan tersenyum lebar. "Entah kenapa aku sangat malu melakukan hal itu, Luke?""Malu?" Luke terbahak, "Seorang Reagan Harvest punya rasa malu? Kau harus berani, Reagan. Ingat, dia itu cantik dan pintar. Apa kau tidak menyesal jika dia diambil orang lain?""Bukankah dia sudah milik orang lain? Jadi daripada aku akan ditolak mentah-mentah olehnya, ada baiknya aku diam dan memendam perasaan ini selamanya."Ansley tertawa dan berkomentar. "Dia tidak mengangkatnya, mungkin dia masih ada kelas."Luke yang duduk sendirian di depan Ansley pun bertanya kepada Reagan. "Oh, iya, nanti mala
Tepat di saat itu menu pesanan mereka datang."Nanti malam kan kau akan menghadiri makan malam bersamanya. Bagaimana kalau kau sedikit mengorek informasi tentang mereka? Bukankah dia sangat ingin kau menjalin hubungan dengan Clare?" kata Ansley."Itu pasti, Ans. Aku memang sudah niat akan menghadiri undangannya dan mencaritahu apa yang sebenarnya wanita itu rencanakan terhadap Agatha dan keluarganya."***Setelah mandi dan berganti pakaian tidur Clare sedang berdiri di atas balkon sambil menatap indahnya kota."Dia juga sudah dijodohkan? Kira-kira siapa ya wanita yang telah dijodohkan dengannya, dan apa dia tidak menyukai wanita itu sampai dia ingin menjalin hubungan denganku?" Clare menguras pikirannya, "Ansley! Dia pasti tahu kalau Reagan telah dijodohkan dan dia pasti tahu siapa wanita itu."Dengan gerakan berkecepatan tinggi Clare berbalik dan mendekati nakas. Diambilnya ponsel dari sana kemudian mencari kontak Ansley. Tapi baru saja jemarinya menekan tombol bawah untuk mencari be
"Tentu saja. Kau ingin bertanya apa?""Sebenarnya apa tujuan Anda ingin aku menjalin hubungan dengan Agatha? Kalau Anda merasa keberatan soal sikap orangtuanya toh Anda bisa saja membicarakan masalah ini langsung dengan Agatha.""Kau benar. Tapi aku tidak yakin dia akan setuju, dia itu anak yang sangat penurut. Sementara aku ingin dia bahagia tanpa ada tekanan. Kau tahu, menikah dengan pria yang tidak sehati dengan kita sama saja seperti makan menu yang tidak sesuai selera. Meskipun kenyang, tapi tidak merasakan kenikmatannya. Begitu juga yang nantinya akan dialami Clare.""Aku tahu. Tapi jika Anda memang peduli kepadanya kenapa tidak Anda saja yang mengutarakan rasa keberatan itu kepada orangtuanya. Aku yakin mereka pasti akan mempertimbangkan masalah itu jika Anda sendiri yang menyampaikannya."Soraya menyipitkan mata menatap Reagan. "Apa yang terjadi padamu? Apa kau sudah tidak menyukai Clare lagi?""Bukan begitu, Nyonya. Tapi Anda sendirikan yang bilang padaku bila mana Agatha sud
Reagan menatap wajah Soraya yang dipenuhi makeup tebal dan sibuk mengambil menu untuk disantap."Nyonya, soal pertanyaan Anda tadi ... apa Anda yakin tidak tahu siapa dan di mana pemilik universitas Bebbi itu tinggal?"Soraya balas menatap dengan senyum menggoda. "Apa tampangku terlihat sedang berbohong, Reagan?""Maaf, hanya saja aku cukup kaget mendengar kalau Anda tidak mengenal mereka.""Aku kan masih baru bergabung, Reagan. Belum juga sebulan aku di sana dan rektor tidak pernah memberitahuku soal siapa dan di mana pemilik universitas itu berada.""Iya. Tapi jika Anda saja bisa mengenal Agatha, kenapa Anda tidak bisa mengenal pemilik univeraitas itu? Bukankan Agatha adalah keponakan Anda?"Soraya terkejut menatap Reagan. "Apa maksudmu berkata begitu?""Maksudku kenapa sampai Anda bilang tidak tahu siapa pemilik universitas, sedangkan pemilik universitas adalah orangtuanya Agatha."Zet!Soraya terperanjat. "Apa katamu ... pemilik kampus itu adalah orangtuanya Clare? Berarti si Dean
Reagan ingin berkomentar. Namun, melihat kondisi saat ini ia ingin sekali segera mengakhiri pertemuan itu dan meninggalkan Soraya."Aku mengerti apa yang Anda katakan, Nyonya. Tapi sebaiknya kita makan saja dulu sebelum semua makanan ini menjadi dingin."Soraya terkekeh. Ia menghapus airmatanya lalu berkata, "Kau benar, makanan seenak ini sangat tidak cocok dinikmati ketika dingin."Reagan merogoh ponsel dari saku celana. Dengan sembunyi-sembunyi ia menekan setiap huruf di papan keyboard kemudian mengirim kepada seseorang."Kau sedang apa, Reagan?" tanya Soraya saat mendapati pria itu menunduk dengan ekspresi serius."Aku sedang membalas pesan dari temanku," Reagan menekan tombol kirim lalu menatap Soraya, "Baiklah, sekarang kita habiskan makanan-makanan ini."Mereka pun mulai menyantap makan malam dengan suasana hening dan tegang. Soraya yang merasa bersalah atas kebodohannya sendiri berharap Reagan akan mempercayai apa yang baru saja ia jelaskan soal Dean dan keluarganya.Reagan yan
"Sebenarnya kalau dia tidak memaksaku untuk menjalin hubungan dengan Agatha aku tidak akan mungkin mencurigainya. Sebagai orang yang tidak mengenalinya, wajar bukan kalau aku berpikir negatif kepadanya? Apalagi dia adalah tantenya Agatha. Apa maksudnya menyuruhku menghancurkan hubungan Agatha dengan calon suaminya? Dan begitu aku melontarkan perkataan yang mengenai sasaran, ternyata dia tidak tahu siapa pemilik Universitas Bebbi."Zet!Ansley terkejut. "Kan pemilik kampus adalah om Dean.""Benar. Selama ini ternyata Soraya tidak tahu kalau pemilik kampus itu adalah keluarganya. Apakah dia pantas disebut keluarga dekat mereka? Masa memiliki ikatan keluarga, tapi tidak tahu siapa pemiliknya?"Luke berdeham. "Jika disatukan dengan keterangan ibunya Ansley dan keterangan Clare kemarin, bisa jadi memang orang tua Clare merahasiakan identitas Soraya dari putri mereka. Kalau benar beliau jahat, pasti mereka memang tidak mau Clare mengenalnya demi keamanannya sendiri.""Benar apa yang kau kat
"Benarkah? Ngomong-ngomong kau besok ingin kita ke mana? Katakan, aku akan membawamu ke sana. Kita berdua akan menghabiskan waktu dan melampiaskan kerinduan yang sangat menyiksa ini di tempat itu.""Terserah kau saja, Reagan. Kau kan paling tahu tempat-tempat mana yang paling cocok untuk berkencan. Yang jelas aku mau tempat yang tidak bisa dijangkau oleh orangtuaku maupun Ansley dan Luke.""Kau tenang saja, Sayang. Aku akan memikirkan hal itu nanti.""Oh, iya, berita penting apa yang dosen itu sampaikan padamu?"Reagan diam cukup lama. "Seperti yang sudah kita pikirkan, dia bertanya-tanya masalah kampus. Dan yang paling utama adalah soal hubungannya dengan rektor.""Jadi beliau sudah jujur padamu soal hubungannya dengan rektor?""Iya, tapi yang tahu ini hanya kita berempat.""Tenang saja, aku tidak akan mengatakannya pada siapa-siapa."Di sisi lain.Reagan menatap sedih. "Sayang, ini sudah larut. Sebaiknya kau cepat tidur agar besok kita bisa pergi jalan-jalan lebih awal. Bukankah bes
Seperti yang sudah dijanjikan, Reagan sudah lebih dulu tiba di tempat yang ia katakan kepada Dean. Dengan kaos berkerah berwarnah putih dipadu celana jins biru dan kaca mata hitam ia duduk sambil menunggu."Permisi, Tuan. Apa ada yang bisa dibantu?"Suara seorang pelayan pria membuat Reagan menatapnya. "Aku sedang menunggu seseorang," tepat di saat itu mobil Dean muncul tak jauh dari tempatnya berada, "Tunggu sebentar, orangnya sudah datang. Aku ingin pesan kopi dan roti bakar."Sang pelayan sibuk mencatat. "Ada lagi, Tuan?"Tepat di saat itu Dean muncul dengan kemeja hitam berlengan panjang yang gulung sampai ke sikut serta celana jins abu-abu dan kaca mata hitam. "Maaf membuatmu menunggu, Nak."Reagan berdiri, membalas uluran tangan Dean. "Tidak apa-apa, Om. Oh, iya, Anda ingin pesan apa? Aku sudah memesan kopi susu dan roti bakar."Dean tersenyum. "Sebenarnya waktu kau telepon tadi om sedang sarapan. Tapi tidak masalah, aku pesan kopi hitam saja."Sang pelayan kembali mencatat lalu