Share

Bab 6

Gading mengangguk dengan mantap.

“Tepat sekali tuan. Saya perlu memberitahu anda bahwa tanpa status anda sekarang pun, kemampuan anda sudah cukup untuk menunjukkan anda layak menerima beasiswa ini,” jawab Gading dengan wajah nostalgia. “Di tahun pertama Harapan Group berdiri mereka mendulang kesuksesan besar setelah memenangkan persaingan dengan salah satu bisnis keluarga Rich. Untuk menyatakan rasa syukurnya, tuan David mengatakan untuk menganggarkan 50% dari dividennya untuk program beasiswa.”

“Kala itu saya dan nyonya menyambut baik usulan tuan David. Namun kami menyarankan agar kita membangun yayasan independen yang terpisah dari Harapan Group sehingga jika keluarga Rich atau keluarga lain yang masih mengincar Harapan Group bertindak berlebihan, para penerima beasiswa ini tidak menerima dampaknya,” jelas Kevin dari sisinya.

Elang ikut menambahkan sudut pandangnya, “Saya merupakan generasi pertama dari program beasiswa ini. Saat itu hanya pak Gading dan nyonya Cynthia yang menjadi pengurusnya.”

“Setelah mendengar berita tentang kecelakaan nyonya, kami berusaha mengamankan anda terlebih dahulu,” Kevin meneguk wine langsung dari botolnya seakan untuk memperkuat dirinya. “Namun, kami sama sekali tak menyangka bahwa keluarga Rich langsung menurunkan Frederick yang merupakan butler dari keluarga utama Rich untuk mengurus anda. Orang ini sangat mahir, ia dapat dengan cepat menutupi jejak anda dan menghalangi informasi anda. Tak hanya itu, mereka juga mulai agresif menekan bisnis Harapan Group hingga membuat kami sangat sibuk untuk mencari informasi tentang anda. Mereka menghabiskan 2 tahun untuk menekan kami sebelum berhenti dan hanya bermain di belakang layar. Namun, takdir benar-benar berkata lain.”

“Keluarga Rich benar-benar meluangkan banyak energi dan waktu untuk menghalangi kami,” Gading mendesah panjang namun sejurus kemudian ia menepuk meja dan berseru. “Namun mereka tak memiliki kebijaksanaan nyonya Cynthia.”

“Kebijaksanaan ibuku?” gumam Albert bingung.

“Benar tuan muda. Anda harus tahu bahwa Elang telah menjadi asisten pribadi nyonya sejak ia mulai kuliah namun nyonya tidak pernah membawanya ke acara-acara publik dan sama sekali tak pernah menyebut namanya kepada siapapun. Nyonya berpesan bahwa Elang adalah senjata rahasia kita jika keluarga Rich bertindak berlebihan ketika nyonya tidak ada,” Kevin menepuk pundak Elang dengan bangga. “Dia sama sekali tak mengecewakan. Ia bergerak dibalik layar untuk melacak anda.”

Elang hanya tersenyum sungkan, “Anda terlalu melebih-lebihkan Pak Kevin. Saya hanya mengikuti pembelajaran dari nyonya.”

Elang pun menjelaskan bagaimana ia melacak Albert hingga ke panti asuhan. Usaha mereka untuk mengadopsi selalu gagal karena data Albert tidak tercatat di panti asuhan tersebut yang mengartikan panti asuhan tidak mengakui ada Albert di sana. Setelah mereka mengecek bahwa panti asuhan merupakan lingkungan yang aman bagi Albert maka mereka mengganti strategi untuk memastikan pendidikan Albert. Elang yang mengusulkan menggunakan beasiswa agar keluarga Rich tidak bisa melacak mereka.

Sesuai dengan saran awal Kevin dan ibunya, yayasan didirikan sebagai entitas independen di luar Harapan Group. Mereka sampai menghapus informasi tentang pendiri dan keterkaitannya dengan Harapan Group dengan membuat sumber dana dari tabungan bisnis pada bank Royal untuk menghindari pelacakan keluarga Rich. Oleh karena itu, ketika Frederick memeriksa beasiswa yang diterima Albert mereka sama sekali tidak menaruh curiga pada Harapan Group.

Albert tidak dapat menahan kekaguman atas kerja keras dan strategi mereka. “Anda benar-benar luar biasa kak Elang. Ah, mengingat anda merupakan generasi pertama dari beasiswa yang saya terima, saya dapat menganggap anda sebagai senior saya bukan ?”

“Ah saya tak pantas untuk menjadi senior anda, tuan Albert,” tolak Elang tertawa kecil.

Kevin dan Gading bertukar cerita singkat lagi tentang ayah dan ibunya. Itu bukan sesuatu yang penting, hanya cerita sehari-hari seperti tempat liburan yang ingin mereka kunjungi atau makanan dan minuman kesukaan mereka. Albert menikmati obrolan ini karena ia merasa semakin mengenal orang tuanya.

Setelah minuman mereka habis, Elang membawa topik terakhir untuk makan malam tersebut, “Tuan Albert, untuk pemindahan kekuasaan, kami membutuhkan anda mengunjungi kantor untuk menandatangani beberapa berkas kepemilikan di hadapan para direktur.”

Albert mengerutkan keningnya dan bertanya, “Apa saya harus menandatangani ini di hadapan mereka ? Seingat saya, Harapan Group bukan perusahaan terbuka bukan ?”

“Tuan Albert izinkan saya menjawab karena ini adalah ide dari saya. Kami ingin mengadakan seperti ini agar mereka lebih mendukung anda ketika pemindahan kekuasaan terjadi. Sekarang utusan dari keluarga Rich meninggalkan negara ini. Kami pikir ini kesempatan yang tepat untuk anda untuk masuk dan memimpin Harapan group,” jelas Kevin. “Tentu saja jika ada sesuatu yang kami lewatkan, kami sangat terbuka dengan masukan dari anda tuan Albert.”

“Untuk pemindahan kekuasaan, saya ingin melakukannya secara privat saya bersama anda pak Kevin ini karena saya membutuhkan anda untuk tetap berada di kursi pimpinan. Saya tidak membantah bahwa sekarang adalah kesempatan yang baik untuk memajukan Harapan Group ketika tekanan langsung dari keluarga Rich berkurang. Namun, dengan perpindahan kekuasaan secara mendadak ini akan mengganggu keseimbangan kita. Hal yang lebih buruk jika keluarga Rich menyadari saya mewarisi perusahaan Ayah dan bertindak negatif kepada kita,” usul Albert dengan tenang.

Kevin memucat membayangkan jika mereka harus kembali menghadapi tekanan dari keluarga Rich.

Gading menggosok dagunya dan bertanya, “Jadi, apa yang anda usulkan tuan Albert ?”

Albert dengan senyuman tipis menyampaikan idenya, “Bukankah saya akan bergabung dengan Harapan Group melalui program kerja praktek bulan depan? Saya berpikir akan lebih baik jika saya ditempatkan pada posisi yang strategis terlebih dahulu untuk belajar lebih baik tentang Harapan Group. Jika, ada sesuatu yang salah pada perusahaan, posisi saya sangat memungkinkan untuk membongkar ini karena mereka tidak akan menyangka mahasiswa magang seperti saya adalah pemilik Harapan Group."

Kevin menggaruk dagunya beberapa saat sebelum akhirnya menyetujui rencana ini.

Elang segera melakukan prosedur pemindahan kekuasaan saat itu juga sebelum mereka mengakhiri makan malam tersebut.

Gading awalnya ingin mengantar Albert ke rumah masa kecilnya. Ia beralasan rumah itu sejak awal merupakan miliknya. Namun, Albert tetap meminta Gading mengantarnya ke asrama kampusnya karena barang-barangnya masih di sana.

Sebelum meninggalkan Albert, Gading menyerahkan kunci rumahnya dan kartu debit bank royal yang dimaksud dalam surat wasiat. Oleh karena Albert telah merusak ponselnya, Gading memberikan kartu namanya, Kevin, dan Elang.

Sesampainya di kamar asramanya, Albert segera memeriksa status program dari sistem.

[Program untuk mencapai tujuan: aktif. Progress: 10%]

Tidak dapat berbuat apa-apa pada itu, maka ia segera membuka menu manfaat yang bisa ia peroleh. Ia telah memutuskan keterampilan apa yang ia butuhkan.

[Selamat! Anda telah memiliki keterampilan kultivasi tenaga dalam.]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status