Share

3. Dendam Sang Kakak

Author: Dee Rahayu
last update Huling Na-update: 2024-07-01 15:33:28

Evi masih melotot melihat ke arah Jo. Pria tampan itu tertawa melihat ekspresi Evi.

"Jangan mendelik begitu. Kau jadi tambah cantik!" kata Jo sambil melambaikan tangan di depan wajah Evi.

"Eh, maaf," sahut Evi salah tingkah. Ia mencoba tersenyum untuk menutupi kegugupannya. "Aku pikir kau bujangan."

"Kadang aku merasa masih bujangan. Dulu aku menikah karena dijodohkan. Demi kelanjutan bisnis ayahku."

"Oh, begitu. Seperti cerita dalam film, ya? Kau pasti gak cinta sama istrimu dan begitu juga sebaliknya. Benar begitu?"

"Analisamu tajam. Bagaimana kalau kau jadi sekretaris pribadiku?"

"Apa kamu sanggup kasih aku gaji gede?" Evi mengerling jenaka. Jo gemas sekali melihatnya.

"Berapa yang kau minta?"

"Seratus juta sebulan."

"Boleh, tapi kau jangan pulang, tinggal bersamaku di apartemenku."

Evi tertawa lagi. Sudah cukup bercandanya, ucapnya dalam hati. Jo menatap tajam seolah menebak seberapa serius Evi tadi.

"Kemana tujuan pertama kita?"

"Ayo ke kantorku di lantai tiga puluh. Aku perlu bersiap-siap sebelum pergi ke tempat rapat di resort, jam sebelas."

Kantor Jo bernama PT. Setiadi Buana. Usahanya di bidang perdagangan hasil kebun ke seluruh dunia. Itu yang Evi lihat dari sebuah dokumen berpigura yang dipajang di dinding ruang tamu. Ia menunggu Jo yang entah sedang apa di ruang kerjanya.

Ruang tamu perusahaan itu punya desain mewah. Sepertinya perusahaan ini lumayan bonafid. Dari tulisan dalam pigura itu, Evi juga tahu bahwa PT. Setiadi Buana adalah anak perusahaan dari PT. Setiadi Siaga Jaya yang menangani pengelolaan kebun kelapa sawit dan hasilnya. Entahlah Evi tidak paham dunia bisnis.

Ia duduk di sofa mewah merah marun. Pandangannya berkeliling. Ruang tamu itu dibatasi dinding dan pintu kaca transparan yang tembus ke dinding kaca lain di depannya. Isi ruangan di depan itu adalah kantor besar berisi ratusan kubikel area kerja karyawan. Orang-orang tampak sibuk di sana. Semuanya berpakaian rapi dan resmi.

Ibu mengira aku bekerja seperti mereka, gumam Evi dalam hati. Ibu tak pernah tahu bahwa Evi bekerja di dunia hitam yang mengerikan. Setiap kali berangkat, Evi selalu mengenakan pakaian kantoran lengkap dengan tas dan high heels yang resmi. Kadang Evi terus saja mengenakan pakaian itu untuk menemui klien tapi kadang ia mampir ke tempat Mami Riska untuk berganti pakaian jika klien menginginkan kostum tertentu.

Dengan pendidikan sampai SMA, Evi tahu ia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Bukan karena ia tak pernah mencoba keluar dari dunia gelap yang sudah mengurungnya selama tujuh tahun ini. Sering ia mengajukan pengunduran diri pada Mami Riska. Mami selalu mengizinkan tapi selalu Erman mengetahui niat Evi. Hubungan dekat Mami dan Erman membuat Evi tidak bisa kabur walaupun Mami seperti membebaskannya. Erman adalah kekasih gelap Mami Riska.

Suatu ketika Evi menerima tawaran bekerja di sebuah toko dari seorang teman. Gajinya UMR dan Evi bersedia bekerja jadi staf gudang di sana. Pekerjaan halal, itu poin utamanya. Ia pamit pada Mami.

"Sudah kau pikirkan baik-baik, Vi?" tanya Mami. "Sama Mami di sini, kamu sudah jadi idola, lho. Kamu primadona. Kerja di toko begitu, berapa gajinya? Sebulan empat juta? Kamu bisa dapat uang segitu hanya dengan menggoyang satu klien di sini!"

Evi tersenyum. Niatnya sudah kuat. Ia tetap minta izin pada Mami Riska untuk berhenti menjadi wanita panggilan. Akhirnya Mami Riska bilang bahwa ia mengizinkan Evi pergi. Bukan main lega hati Evi.

Dua hari Evi merasakan bahagia bekerja jadi staf gudang toko grosir itu. Di hari ketiga, saat pulang kerja, ia tidak melihat Eda di rumah. Ibu menangis sendirian di kamar.

"Eda kemana, Bu? Ini kan sudah malam. Ibu kenapa?" Evi mulai panik. Saat itu pukul sebelas malam.

"Tadi siang waktu Eda pulang sekolah, Erman datang, Vi. Dia maksa ajak Eda ikut, katanya mau diajak makan siang di luar. Eda sudah menolak, Ibu juga melarang, tapi Erman tarik dia keluar. Katanya Eda mau diajak jalan-jalan juga karena dia kasihan lihat Eda di rumah terus. Ibu khawatir karena sudah jam segini Eda belum dibawa pulang sama Erman!"

Alarm di otak Evi berdering keras. Ia segera menelpon Eda. Ponsel adiknya itu tidak aktif lalu ia menelpon Erman.

"Baru sadar lu kalau si Eda hilang? Darimana aja lu? Kerja di toko? Hebat!" Suara Erman nyaring di telinga Evi.

"Dimana Eda?" bentak Evi. Erman tertawa.

"Eda lagi gua ajak hepi di sini. Di apartemen gua. Kalau lu mau dia pulang masih hidup, besok lu datang ke tempat Riska lagi."

"Bawa pulang Eda sekarang juga, Man. Ini urusan lu sama gua. Jangan ajak Eda, dia gak tahu apa-apa. Kalau sampai Eda luka sedikit saja, gua kejar lu sampai kemanapun."

"Kaga gitu aturannya. Gua tunggu sampai lu datang lagi dan kerja di tempat Riska. Kalau lu udah balik ke sana lagi, baru Eda gua pulangin ke emak lu."

"Mau lu apa sih, Man?"

"Pake nanya segala. Mau gua ya duit! Lu pikir berapa gaji lu kerja di toko? Bandingin sama duit lu kalau kerja di Riska! Paling gede lu dapat empat atau lima juta sebulan kalau lu kerja di toko atau di PT! Duit segitu sama kayak bayaran lu ngelayanin satu tamu dalam semalam di Riska, be go! Kalau lu kuat layani tiga tamu dalam semalam, hitung sendiri berapa duitnya!"

Hati Evi bagai dicabik-cabik mendengar ucapan Erman. Lelaki itu seharusnya jadi kakaknya. Walau bukan berasal dari rahim yang sama tapi sejak kecil Erman sudah tinggal bersama Ibu. Tumbuh besar bersama dirinya dan Eda. Waktu kecil, Erman sangat pendiam. Tidak pernah mau menjawab semua ucapan Ibu padanya. Sampai saat itu Evi mengira Erman adalah kakak kandungnya.

Ayah mereka meninggal karena sakit ketika Erman lulus SMA dan Evi baru saja masuk SMA di sekolah yang sama. Pada saat itulah hidup nyaman yang Evi jalani mulai berubah menjadi rangkaian nasib tragis. Diawali dari cerita Ibu tentang siapa Erman. Ternyata Erman bukan siapa-siapa bagi Evi dan Eda. Lelaki itu adalah anak dari seorang wanita bersuami yang selingkuh dengan Ayah. Satu tahun ibu kandung Erman hidup bahagia dengan Ayah setelah bercerai dengan bapak kandung Erman. Hingga suatu ketika, Ayah bertemu Ibunda Evi dan berpindah hati padanya. Ayah meninggalkan ibu Erman begitu saja dan menikahi Ibunda Evi. Ibu Erman jatuh sakit karena stress dan sebelum meninggal, ia menyerahkan Erman pada Ayah. Erman lalu diasuh oleh Ibu, dibesarkan seperti anak sendiri tanpa membedakan dengan Evi dan Eda, tapi itu tidak mengubah perasaan Erman yang ternyata sudah tahu asal usul dirinya entah siapa yang menceritakan padanya.

Suatu malam, setelah kisah kelam itu terkuak, Erman mengajak Evi pergi ke suatu tempat. Evi tidak curiga sedikitpun karena ia masih menganggap Erman adalah kakaknya. Ternyata Erman membawanya ke sebuah losmen dan menggagahinya di sana. Saat itu Erman bilang bahwa ia akan membalaskan dendam almarhum ibunya lewat Evi dan Eda.

"Bertahun-tahun gua simpan sendiri dendam Mama dalam hati. Gua nunggu kapan bisa balas nyakitin lu, emak lu dan adik lu. Bokap udah gak ada, udah gak ada yang gua takutin. Lu sama keluarga lu harus bayar apa yang udah kalian lakukan ke Mama gua."

Balas dendam yang konyol. Ibu benar-benar menyayangi Erman seperti anak sendiri. Evi dan Eda bahkan tidak tahu kalau Erman bukan kakak kandung mereka. Bagaimana bisa Erman menyimpan dendam? Belakangan baru Evi tahu bahwa penyebabnya adalah ketergantungan Erman pada obat terlarang. Erman butuh uang untuk beli obat.

Perbuatan ja hat Erman pada Evi bukan hanya sekali itu saja. Setiap ada kesempatan saat Ibu belum pulang kerja dan Eda pergi main keluar rumah, Erman selalu melampiaskan naf su nya pada Evi. Sampai tiba di hari sial saat Ibu harus diamputasi dan kehilangan pekerjaan. Sejak itu Ibu terus berada di rumah.

Karena Ibu tidak bekerja lagi, terpaksa Evi tidak melanjutkan sekolah dan harus bekerja. Erman yang memaksanya bekerja pada Mami Riska. Sampai sekarang.

"Ayo berangkat," kata Jo mengagetkan Evi. Lelaki itu membawa sebuah tas besar. Mereka baru akan melangkah keluar ketika seorang wanita datang dan berdiri menatap mereka dari luar dinding kaca. Matanya penuh kemarahan!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Primadona Kesayangan CEO Dingin   32. Epilog

    Ibu tertawa melihat isi piring besar yang disodorkan oleh Tini, asisten rumah tangga di rumah Jo. Sate ayam berlumur bumbu kacang pekat harum penuh di piring panjang itu."Silakan dimakan, Bu. Itu kata Pak Jo khusus buat Ibu saja." Tini tersenyum pada Ibu. "Boss Jo sampai hapal kesukaan Ibu, sate ayam!" Eda ikut tertawa melihat mata Ibu berbinar. "Awas makan kacang, ingat asam urat!""Saya pamit ke belakang dulu ya, Bu," kata Tini lagi."Silakan, Mbak. Terima kasih satenya!" Ibu mengangguk pada Tini.Tidak menunggu perintah lagi, Ibu dan Eda menyantap nasi hangat berlauk sate ayam kesukaan Ibu. "Boss Jo dan kakakmu belum bangun, Da?" tanya Ibu setelah menelan suapan pertamanya. Eda menggeleng."Ya belum keluar dari kamar lah, Bu. Namanya juga penganten baru!""Kayak ngerti saja kamu!""Tahu lah!"Sudah seminggu berlalu sejak pesta pernikahan sederhana digelar di rumah Jo. Evi sah jadi istrinya. Ibu dan Eda juga diboyong tinggal di rumah warisan dari ibunda Jo itu. Jo memastikan Ibu

  • Primadona Kesayangan CEO Dingin   31. Senang dan Sedih

    Koridor menuju kamar jenazah Rumah Sakit Daerah lengang di sore hari. Evi tergopoh melangkah mengikuti seorang polisi. Administrasi pemulangan jenazah sedang diurus oleh Jo di kantor RSUD. Mereka juga masih perlu membereskan beberapa masalah di kantor polisi.Semalam terjadi kebakaran yang menghanguskan satu deret kamar kontrakan di daerah pinggir kota. Ditemukan tiga korban jiwa dalam satu unit kamar, semuanya diidentifikasi berjenis kelamin pria.Bahan bakar yang menjadi sebab kebakaran hanya disiramkan di dinding depan satu kamar, sumber nyala api, sedangkan bangunan lain hanya menerima rembetan api dan tidak seluruhnya hangus. Kamar sumber nyala api juga menyisakan dinding belakang yang tidak habis terbakar. Tiga korban jiwa ditemukan berpelukan di dalam kamar mandi, kondisi mereka mengalami luka bakar 80%.Polisi juga menemukan sebuah tas yang separuh dilalap api, di dalamnya ada sebuah dompet hampir meleleh yang berisi kartu identitas atas nama Erman Setiabudi, beralamat di ruma

  • Primadona Kesayangan CEO Dingin   30. Bahagia Bersama Duka

    Ketiga orang di dalam kamar gelap itu berhenti bicara ketika mereka mendengar bunyi langkah kaki yang ribut di luar. Banyak suara bisik-bisik dan mesin motor yang berhenti."Man, mereka datang, Man," bisik Doni.Erman dan Rere saling pandang di bawah lampu layar ponsel."Anak buah Gundul gak bisa diajak main-main, Man. Lu kenapa lari kesini, sih?" Kaki Doni menyepak paha Erman."Gua gak punya tempat lain buat dituju!" bentak Erman dalam bisikan."Dengar!" Rere memukul bahu Erman.Sepertinya kamar di kanan kiri terbuka dan ada suara orang berlari, beberapa pekikan kecil juga barang jatuh. Rere menebak penghuni kamar tetangga lari menyelamatkan diri. "Bagaimana kalau kita lari keluar? Kamar ini gak ada pintu belakangnya!" kata Erman."Mau lari lewat mana?" sahut Doni. "Lihat itu di bawah pintu!"Cahaya teras kamar yang terang menyinari kaki-kaki yang berdiri tepat di depan kamar Doni. Erman merasa dingin sekujur tubuhnya. Bagaimana cara lari dari sini?Gundul memberinya waktu seminggu

  • Primadona Kesayangan CEO Dingin   29. Kisah Erman

    Wajah Ibu menampakkan kebahagiaan yang nyata. Wanita yang lebih banyak diam daripada bicara itu terus tersenyum saat Evi menjelaskan padanya bahwa mulai besok akan bekerja jadi staf kantor. Bukan pegawai biasa, malah, tapi sebagai kepala divisi."Siapa bossnya, Vi?" tanya Ibu. Evi menghela napas, melegakan dadanya yang sesak oleh bahagia."Perusahaannya milik Jo, Bu."Senyum Ibu sesaat hilang, tapi lalu muncul lagi. Ibu mengangguk-angguk pelan."Sepertinya persangkaan Ibu padanya selama ini salah. Semoga dia benar-benar orang baik.""Jo ingin bulan depan kami menikah."Mata Ibu sedikit melotot, kaget. Air mukanya berubah-ubah, antara senang dan sedih. Evi meraih tangan Ibu dan menggenggamnya."Jo dan aku saling mencintai, Bu. Kami tidak peduli pada masa lalu. Restui kami, Ibu.""Kau yakin, Vi? Ibu hanya khawatir kau cuma dia jadikan mainan, iseng sambil dia mencari yang lain. Ibu takut kau disakiti.""Semoga tidak, Bu. Aku bisa lihat dia sungguh serius pada janjinya.""Maafin ucapan I

  • Primadona Kesayangan CEO Dingin   28. Batal Dilamar

    Kabar penangkapan Salman Setiadi membawa efek buruk bagi kesehatan Hanna Setiadi, istrinya. Ibunda Jo itu jatuh pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Putra tunggal kebanggaannya, Jonathan Setiadi, tidak bisa dihubungi.Hanna tidak hanya sakit di raganya. Jiwanya pun ambruk begitu ia tahu kasus yang menimpa suaminya disebabkan oleh seorang wanita panggilan dari lokalisasi pinggir kota. Bagaimanapun ia menguatkan hati, Hanna tetap hancur. Ia sudah tahu suaminya bukan lelaki setia. Hanna sanggup menahan luka jika hubungan suaminya dengan para wanita itu hanya sebatas pembeli dan penjual. Dari kabar yang diterima Hanna, ia tahu Salman terobsesi dengan wanita bernama Evita itu dan berniat menikahinya.Hanna memang pernah merestui jika Salman menikah lagi, tapi dengan syarat wanita pilihan suaminya harus dari kalangan baik-baik, bukan wanita penghibur. Kondisi Hanna yang sudah drop menjadi makin kritis.Jo sedang sibuk mencari pekerjaan. Uang tabungannya mulai menipis dan ia harus

  • Primadona Kesayangan CEO Dingin   27. Cinta Tak Bahagia

    Kabar penangkapan Salman Setiadi membawa efek buruk bagi kesehatan Hanna Setiadi, istrinya. Ibunda Jo itu jatuh pingsan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Putra tunggal kebanggaannya, Jonathan Setiadi, tidak bisa dihubungi.Hanna tidak hanya sakit di raganya. Jiwanya pun ambruk begitu ia tahu kasus yang menimpa suaminya disebabkan oleh seorang wanita panggilan dari lokalisasi pinggir kota. Bagaimanapun ia menguatkan hati, Hanna tetap hancur. Ia sudah tahu suaminya bukan lelaki setia. Hanna sanggup menahan luka jika hubungan suaminya dengan para wanita itu hanya sebatas pembeli dan penjual. Dari kabar yang diterima Hanna, ia tahu Salman terobsesi dengan wanita bernama Evita itu dan berniat menikahinya.Hanna memang pernah merestui jika Salman menikah lagi, tapi dengan syarat wanita pilihan suaminya harus dari kalangan baik-baik, bukan wanita penghibur. Kondisi Hanna yang sudah drop menjadi makin kritis.Jo sedang sibuk mencari pekerjaan. Uang tabungannya mulai menipis dan ia harus

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status