Share

Ucapan Yang Cukup Berarti

"Kau benar-benar terhipnotis dengannya. Buktinya mana! Aku akan menolongnya kalau kamu memberitahu siapa yang melukaimu, menyakitimu dan membuat air matamu jatuh," ucapan Edars sedang diaduk rata oleh Querry.

"Ini semua salah Raka! Raka yang telah terhipnotis jawaban dari prajurit bodoh itu!"

Jawaban Querry membuat Edars sangat tersentak serta membekas di hatinya. Apakah selama ini dirinya salah kepada Querry?

Edars memeluk erat tubuh Querry dan membiarkan air matanya jatuh ke rambut hitam pekat itu.

Menyadari semuanya yang terjadi, akhirnya ia bisa tahu mana yang salah dan keliru.

Dirinya yang salah! Dan pikirannya yang keliru!

Sejauh ini, ia memendam semua rahasia. Kini terungkap. Ayahanda yang telah menitipkan pesan kepadanya untuk selalu menyayangi adik satu-satunya serta memberi pengertian setiap hari. Sekaligus menjadi teman untuk adiknya yang sedang kesepian.

Bodoh! Dirinya sangat bodoh!

"Rexa, aku salah. Ayahanda sudah bilang kepadaku, agar seluruh raga dan jiwamu disandarkan di sini," ucap Edars dan menepuk dadanya.

"Jadi, selama ini ... aku salah menilai Bintang?"

"Sakit ini, dapat darimana. Rexa!"

Edars kelihatan marah dan kesal dicampur tangisan. Kedua tangannya memegang pundak adiknya, seluruh tatapannya mengarah ke kedua mata indah punya perempuan itu.

Tatapan mereka sama-sama sendu.

Sekarang, pertanyaan aneh terlontar dari mulut Edars. Tentu saja, Querry tidak ingin memberitahu kepada kakaknya itu. Sangat takut rasanya, apabila ucapannya nanti akan mengubah keputusan kakaknya yang berasal dari hati nurani.

"Aku bilang, bicaralah ... karena bicara itu gratis. Aku tidak akan memarahi dirimu lagi, aku mencintaimu ... adikku tercinta. Kalau kamu tiada, aku pun akan tiada. Kita berdua bagaikan buah pisang dengan pohonnya," ujar Edars menenangkan pikiran.

"Kalau buah itu diambil, pohonnya pun harus rela mati," lirih Edars melanjutkan.

Ayolah ... mulut Querry seakan-akan dikunci. Tidak mau mengeluarkan suara dan tidak mau diberi harapan.

Edars diakui sebagai orang paling bodoh dan jahat di dunia ini. Dirinya sudah berkeping-keping membuat air mata perempuan manis itu jatuh secara lemas tak berdaya. Sekaligus karena ucapannya yang merenyahkan hati sekeras batu milik perempuan manis.

"Aku dan Bintang bagaikan sekuntum bunga yang sudah dipetik dari asalnya. Bintang adalah bunga, aku adalah tangkai. Ketika bunga mati dan kering, aku pun juga ikut mengering," ucap Querry sesenggukan.

"Andaikata, Bintang tiada di hari ini. Aku juga begitu. Lalu? Raka bilang, kita ini pisang dan pohon pisang? Haruskah kita bertiga mati bersama?" lanjutan dari penjelasan Querry sangat mengerikan.

Tak lama lagi, sosok berbadan perkasa itu melepas begitu saja si badan mungil. Querry kaget, tangannya pun tak mampu menahan langkah kakaknya yang berakhir tak didengar.

Dia membiarkan begitu saja, ia berpikiran ... kakaknya hanya keluar sebentar. Namun, tak lama kemudian.

SRENG! Suara tebasan pedang.

"Tuan! Tuang Edars!"

Tubuh Querry jatuh dari ranjang, ia tak ada jalan lain selain melihat apa yang terjadi di luar.

"Raka? Raka!"

"Apa ini? Raka ... kamu tidak salah, begitu juga aku,"

Tangan Querry melemas dari genggaman, tubuhnya merasa remuk dan tidak ada harapan lagi.

Dari bawah, Osha melihat Querry yang terlihat tak berdaya. Osha pun rela meninggalkan segerombolan orang-orang hanya untuk menghampiri Querry.

Pintu kamar ia buka perlahan, kakinya tak sanggup lagi untuk melangkah. "Putri? Tuan Edars—"

"Sudah tahu! Cepat antar aku ke sana. Badanku masih lemas,"

__(bersambung)__

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status