Share

Part 5

Author: Aksara Kalbu
last update Last Updated: 2025-01-22 22:44:44

Setelah kejadian itu, hubungan Pak Nurdin dan Naima semakin dekat. Mereka bagaikan Ayah dan anak. Nana sering berkunjung ke rumah Pak Nurdin untuk bermain atau hanya sekedar ingin memastikan bahwa ayah dari sahabatnya itu baik-baik saja. Dia ingin menjaga Pak Nurdin sesuai permintaan sahabat terbaiknya.

Hubungan kedua keluarga itu kini semakin erat, tidak ada sekat penghalang menyatunya kedua keluarga tersebut, walaupun tanpa sebuah ikatan yang diharapkan.

Kondisi ayah Naima sudah membaik, ia bahagia melihat kondisi putrinya kini sudah kembali ceria, tidak seperti minggu-minggu lalu. Beban dipikirannya pun berkurang, ternyata kejadian menolak lamaran itu tak sesuai dengan pikiran buruknya. Dan sekarang malah berbuah manis, hubungan ia dengan sahabatnya itu malah semakin erat.

-

“Hallo ... Assalamualaikum Pak,” ujar Naima menjawab panggilan telpon yang berasal dari Pak Nurdin.

“Waalaikumsalam Nana. Gimana kabarmu Nak? Ayah Ibumu sehat?” Tanya Pak Nurdin di sebrang sana.

“Alhamdulillah kita semua disini sehat pak. Gimana kabar Bapak?” Tanya Naima.

 “Alhamdulillah Bapak sehat Nak. Hari ini kamu sibuk gak?”

“Untuk hari ini Nana gak sibuk Pak, libur kerja. Emang kenapa?” Sahut Naima sambil mengeringkan rambut dengan handuk, karena ia baru saja selesai mandi.

“Bisa antar Bapak ke perkebunan karet yang ada di Ci Jangkar Na? Biasa rutinan setiap minggu Bapak harus memantau perkebunan disana.” Jelas Pak Nurdin di seberang sana. Ia meminta Naima untuk menemaninya memantau perkebunan teh yang dikelola sepupu dari almarhum istrinya.

“Inn Shaa Allah bisa Pak, nanti pukul 9 Nana kerumah Bapak ya,” ucap Naima sambil menyisir rambut menggunakan tangan kanan.

“Gak perlu Na. Nanti Bapak ke rumah kamu aja, sekalian silaturahmi. Udah lama gak jumpa sama ayah kamu.” Terang Pak Nurdin dengan senyum hangat.

“Yaudah Pak, Nana tunggu di rumah aja yah.”

“Iya Na. Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam” Jawab Naima mengakhiri sambungan telepon dari Pak Nurdin.

-

“Pokoknya kamu harus melenyapkan wanita itu! Gimanapun caranya!” Perintah seorang wanita kepada 4 lelaki bertubuh besar berkulit hitam dengan tato penuh di lengan dan lehernya, serta banyak tindik di wajahnya.

“Siap bos, sesuai yang bos perintahkan!” Ucap salah seorang preman yang berwajah sangar. Mungkin ia preman yang paling berani diantara yang lainnya.

“Ini kesempatan kita setelah sekian lama, kamu lakukan tugasmu dengan baik seperti dulu. Mereka sekarang akan pergi ke perkebunan di Ci Jangkar, terus awasi mereka. Lalu eksekusi sesuai rencana. Kalian jangan sampai meninggalkan jejak, kalian harus membunuh wanita keparat itu! Biar hidupku tenang!” Ujar wanita itu dengan senyum sinis yang menyeramkan. Ia menatap ke empat anak buahnya, dengan tatapan tajam.

“Siap laksanakan bos!” Jawab serempak empat preman itu dengan senang. Karena mereka mendapatkan job yang bayarannya cukup besar.

Untuk melenyapkan nyawa seseorang, pekerjaan yang sangat mudah bagi mereka, karena itulah jenis pekerjaan mereka sebagai pembunuh bayaran.

“Awas kalian jangan sampai gagal! Saya sudah membayar kalian dengan sangat mahal!” ucap tajam mata itu menelisik satu persatu wajah preman itu.

“Kami janji, tidak akan mengecewakan bos. Tunggu kabar baik dari kami nanti!” ucap preman itu dengan percaya diri. Lalu ia tersenyum penuh dengan keyakinan, bahwa mereka dapat menghabisi targetnya itu.

“Ok saya tunggu kabar dari kalian! Jika kalian berhasil, saya akan tambah bayaran kalian.” Sahut wanita itu sambil siap-siap meninggalkan markas tersebut.

“Dengan senang hati bos.”

“Kalian ingat! Jangan sampai membunuh lelaki tua itu, tugas kalian hanya fokus pada wanita kampung itu! Kalian jangan sampai mencelakainya sedikitpun! Karena dia asset berhargaku, ATM berjalanku!” Ucap wanita itu berjalan meninggalkan markas itu dengan menenteng tas branded nya.

“Baik bos!”

-

Perkebunan teh milik Pak Nurdin sangat luas, dengan posisi yang strategis di bawah kaki Gunung Waleran. Setiap pendaki yang akan mendaki gunung waleran pasti melewati hamparan perkebunan teh miliknya itu.

Di perkebunan teh Pak Nurdin terletak pabrik yang lumayan besar, pabrik teh yang sudah lama beroperasi sejak zaman Belanda. Pemiliknya turun temurun dari kakek sampai ke cucu. Kebetulan Pak Nurdin keturunan generasi ke tiga penerus perkebunan itu atas wasiat kakeknya dulu sebelum meninggal. Dia sengaja memperbesar pabrik itu, agar memudahkan mata pencaharian masyarakat di bawah kaki Gunung Waleran, guna membantu perekonomian di desa tersebut dari gurat kemiskinan.

Keinginan Pak Nurdin. Agar masyarakat desa tersebut tak perlu bekerja jauh-jauh ke kota, mereka dapat memanfaatkan peluang usaha, bekerja di pabrik teh miliknya.

Tenaga kerja disana mengutamakan bapak-bapak dan ibu-ibu, karena di usia yang sudah tak produktif lagi, jarang orang yang memperkerjakan mereka. Pak Nurdin mengharapkan seluruh masyarakat di Ci Jangkar menjadi produktif dan berpenghasilan, sehingga membantu pertumbuhan ekonomi di kampung tersebut.

Siang hari, Pak Nurdin bersama Naima baru saja sampai di pabrik teh tersebut. Mereka di sambut hangat oleh para karyawan yang sudah menunggu kedatangan mereka.

Pak Nurdin sangat di gemari karyawannya, karena ia baik dan pembawaannya sederhana. Ia tidak menyombongkan diri dan bersikap semena-mena pada bawahannya, walaupun ia pemilik perusahaan tempat mereka bekerja.

-

“Bapak, boleh Nana pergi dari tempat ini? Nana bosan disini.” Ucap Naima kepada Pak Nurdin yang masih setia mengecek keuangan ditemani beberapa bawahan, diruang pribadinya.

“Emang kamu mau kemana Na?” Tanya Pak Nurdin melirik ke arah Naima, sambil merapihkan letak kacamata nya.

“Nana mau lihat-lihat perkebunan teh disini, soalnya Nana belum pernah.” Jawab Naima sambil tersenyum memandang Pak Nurdin.

“Yaudah, tapi bapak gak bisa temanii ya. Masih banyak berkas yang harus Bapak periksa,” ucap Pak Nurdin kembali melihat kearah berkas yang menumpuk di depannya.

“Iya pak gak papa, orang Nana udah besar ini. Jadi gak perlu Bapak antar hehe” Kelakar Naima sambil tersenyum.

“Yaudah, kamu ditemani sama nak Reza ya. Nak Reza tolong temani anak saya.” Pak Nurdin berbicara dua arah kepada Naima dan Reza. Reza merupakan salah satu staff kantor perusahaan teh tersebut.

“Baik pak.” Jawab Reza dengan tersenyum, lalu menunduk.

“Tapi menurut Nana gak usah deh Pak, takut masnya lagi sibuk,” ucap Naima dengan perasaan tak enak melihat kearah Reza.

“Gak ada penolakan Nana, kamu diantar Nak Reza. Nak Reza kamu gak sibuk, Kan?” Tanya Pak Nurdin kearah Reza, menatapnya lembut.

“Kebetulan sekali tidak Pak.”

“Tuhh Reza gak sibuk Na. Kalian mainnya jangan jauh-jauh ya. Nak Reza saya titip anak saya, jangan sampai dia kenapa-kenapa!” Ucap Pak Nurdin menitipkan Naima kepada Reza, agar dia menjaga Naima jangan sampai terluka.

“Inn syaa Allah Pak. Mari Pak,” Pamit Reza menatap lembut kearah Pak Nurdin, lalu kearah Naima.

“Nana pergi dulu Pak,” Pamit Naima sambil mencium takdzim tangan Pak Nurdin.

“Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam”

-

Naima dan Reza berjalan keujung perkebunan teh yang dekat dengan pegunungan. Mereka berjalan diselingi obrolan seputar Gunung Waleran. Mereka tak menyadari, bahwa mereka sudah berjalan terlalu jauh dari kantor perkebunan.

“Wah disini pemandangannya indah juga.” Naima berjalan di depan Reza. Reza mengawasi Naima dari belakang.

“Sangat indah Nona.” Jawab Reza dengan senyum lebar.

“Jangan panggil saya Nona, panggil Nana aja. Saya bukan Nona kamu,” ucap Naima kesal, karena dari tadi Reza terus saja memanggilnya dengan sebutan nona.

“Saya gak enak nona,” ujar Reza mensejajarkan langkahnya dengan Naima

“Ishh Nana bukan nona. Aku risih mendengarnya!” Kesal Naima menatap tajam  Reza

“Baiklah Nana” Sahut Reza sambil menundukkan wajahnya. Ia di buat kagum oleh pribadi sederhana Naima.

“Nahh gitu, biar enak di dengarnya dan bikin akrab.” Senyum Naima kearah Reza

“Sudah lama kamu kerja disini?”

“Lumayan lama, sekitar 5 tahunan. Ketika Nona Meira masih hidup. Saya sudah bekerja disini.” Terang Reza menyebut nama almarhum Meira, yang meninggal 2 tahun lalu.

“Emang usia kamu berapa?”

“Saya 24 tahun Na, kamu?" Tanya reza menatap kearah Naima

“Aku baru 22 tahun, ternyata kita cuman beda 2 tahun aja.”

Sementara itu di pojok perkebunan teh, 4 orang mengawasi Naima dengan bersembunyi di bawah pohon besar di pojok perkebunan yang terlihat sepi.

“Sebentar lagi dia kesini! Loh siap-siap, tuhh liat dia kesini.” Instruksi preman paling sangar, yang di dapuk sebagai seorang bos.

“Ok bos, ayoo kita keluar.”

Empat preman itu keluar menghadang kearah Naima dan Reza, kebetulan posisi Naima dan Reza lumayan jauh dari kantor perkebunan.

“Siapa kalian??” Panik Naima menatap ke empat orang itu bergantian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 6

    Naima terus berlari menghindari 4 preman yang terus mengejarnya. Perasaannya kalut setelah melihat Reza tergeletak bersimbah darah akibat di keroyok preman tak dikenal tersebut. Ia tak mungkin menyia-nyiakan pengorbanan Reza yang rela mempertaruhkan nyawa agar dirinya bisa selamat.Tanjakan-tanjakan terjal Naima lewati tanpa melihat kearah belakang. Nafasnya memburu dengan air mata yang bercucuran. Ia menghentikan pijakan kaki nya setelah sadar terlalu jauh berlari masuk ke dalam hutan. Pandangan nya langsung menyapu ke sekeliling, ke tempat asing yang baru pertama kali dipijaknya. Tangisnya semakin nyaring, dengan dada yang berdetak cepat. Alas kaki yang ia kenakan entah terlepas kemana, tapak kakinya kini bersemu merah bercampur darah, akibat tusukan ranting-ranting tajam di sepanjang perjalanan.“Ibu... Ayah ... Tolong Nana...” Rintihan pelan Naima seraya menyandarkan tubuhnya di bawah pohon yang berumur tua. Akarnya yang menjuntai besar menjadi pegangan agar dirinya tidak jatuh te

    Last Updated : 2025-05-02
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 7

    “Apa kau tidak papa?” Naima tidak bisa merespons ucapan seorang lelaki bersuara tegas yang kini berjongkok sambil menahan sebelah bahunya. Lidahnya kelu, dahinya berkeringat menahan rasa sakit dengan dada yang semakin sesak. Ia melihat samar-samar seorang lelaki berbaju bangsawan yang menatapnya dengan perasaan bersalah. Ia kembali merasakan goncangan pelan di tubuhnya sebelum kesadaran kembali merenggutnya.Pria berparas tampan dengan perawakan gagah itu mengusap wajahnya, ia merenungi apa yang harus dilakukan. Ia tak mungkin meninggalkan wanita yang tengah terluka itu sendirian. Karena bagaimanapun, wanita itu terluka akibat kecerobohannya. Dan jika ia membawa ke tempatnya, apa alasan yang harus diutarakan kepada kedua orang tuanya. Tidak mungkin mereka akan menerima wanita itu dengan begitu saja. Karena bagaimanapun, wanita itu tetaplah orang asing.Pria itu pun mendesah frustasi. Setelah yakin dengan keputusan yang diambil, dengan sekali entakkan ia mem

    Last Updated : 2025-05-03
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 8

    Srett.. Dug.. dug.. Brugghhh“Sudah seminggu ini Pangeran kehilangan fokus, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?” Tanya pria muda berpakaian serba hitam dengan iket dikepalanya. Ia membantu seorang pria yang tersungkur disampingnya. Ia kemudian memapah pria yang memiliki postur tinggi itu menepi ke pinggir lapangan tempat mereka latihan.“Aku tidak papa Cakra. Jangan khawatir. Kau latih saja prajurit, aku tidak papa sendiri.” Jawabnya singkat seraya menekuk kedua lututnya. Ia mendongakkan kepala ke langit biru, melihat kearah awan yang bergerak mengikuti tiupan angin. Benaknya kembali memikirkan kejadian satu minggu lalu, ketika ia membawa seorang wanita asing yang terluka ke rumah salah satu mantan abdi dalem nya ketika kecil.Apa kamu baik-baik saja disana? Semoga kamu sudah sehat seperti semula. Aku yakin Abah Arya dan Nyai Ratna pasti menerimamu dengan baik. Maafkan aku yang tak sengaja memanahmu, aku terlalu terkejut malam itu.

    Last Updated : 2025-05-04
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 9

    Di Keraton kerajaan, malam ini cukup ramai. Di halaman keraton, kereta kencana silih berganti datang mengantarkan para bangsawan yang akan menghadiri acara perjamuan. Mereka menggunakan pakaian terbaik, agar mendapatkan kesan baik sekaligus menjadi pusat perhatian di acara malam ini.Di Keputren, Sagara sedang mematung memandang tampilannya di depan cermin. Pakaian kerajaan yang melekat ditubuhnya nampak gagah penuh wibawa, tak lupa ia melapisinya dengan jubah berwarna abu-abu yang sangat kontrak dengan kulit kuning Langsatnya. Ia mengusap wajah lembut, lalu mengingat rapi rambut sebahunya ke belakang. Tak lupa ia mengenakan iket kepala yang dilapisi mahkota, menandakan bahwa ia merupakan penerus satu-satunya kerajaan besar itu.Sagara lebih nyaman mengenakan pakaiannya sendiri, tanpa perlu bantuan Kasim kerajaan yang sudah menunggunya di luar kamar.“Semoga malam ini cepat berlalu!” Gumamnya pelan seraya berjalan kearah pintu keluar. Di halaman Kepu

    Last Updated : 2025-05-05
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 10

    “Assalamualaikum.”Naima terlonjak kaget mendengar suara salam dari belakang tubuhnya. Ia yang masih berjongkok pun membalikkan tubuh lalu berdiri.“Waalaikumsalam.” Jawabnya lirih menatap aneh kearah seorang lelaki yang menggunakan tudung kepala dengan jubah putih ditubuhnya. Ia yakin di balik tudung kepala itu adalah seorang laki-laki, karena dilihat dari posturnya yang tinggi dan tegap.Di balik tudung kepala, seorang lelaki tertegun menatap wanita cantik yang berada di depannya. Walaupun tak menggunakan polesan, kecantikan wanita itu sangat memesona.Hatinya sedikit ragu, apakah wanita yang ada di hadapannya ini adalah wanita yang dibawanya beberapa hari lalu. Karena malam itu, ia tak mengingat jelas wajah wanita yang dibopongnya karena hari sudah malam. Ia pun tak menyangka, wanita yang dibopongnya itu benar-benar wanita cantik.“Maaf, mau cari siapa ya Mas?” Lelaki itu langsung tersadar dari lamunannya tanpa membuka

    Last Updated : 2025-05-06
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 11

    Nyai Ratna, namun ia kembali heran ketika orang tua angkatnya yang tiba-tiba berdiri menyambut lelaki itu, seraya sedikit membungkukkan tubuhnya hormat. Naima mematung memperhatikan mereka yang kini duduk di lantai yang beralaskan papan.Siapa lelaki itu sebenarnya? Abah dan Ibu sangat menaruh hormat padanya. Lelaki itu nampak sangat di segani.“Nak duduk sini! Jangan berdiri disana!” Perintah Abah Arya yang menyandarkan kebingungan Sagara terus menggerakkan kanvasnya dengan senyum yang tak lekang dari bibirnya. Perasaannya tiba-tiba berbunga-bunga setelah mengunjungi desa Buaran tadi pagi. Ia menggerakkan tangannya dengan lihai dengan tatapan mata yang berbinar. Ia tak tahu akan melukis apa, tapi ia hanya mengikuti instingnya saja.“Selesai!” Ia tertegun sebentar, mengamati objek lukisannya. Ya, lukisan seorang wanita dengan surai rambut tergerai dengan senyum yang merekah. Untuk pertama kalinya ia melukis wajah seorang wanita.

    Last Updated : 2025-05-07
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 12

    Ketika masuk ke dalam ruang tengah, Naima tertegun melihat lelaki yang duduk tegap di depan abahnya. Lelaki itu sangat tampan dan memesona dengan iket yang melingkar dikepalanya. Baru pertama kali ini ia melihat wajah lelaki yang nyaris sempurna. Ternyata wajah di balik tudung kepala itu sangat mempesona.Sadar dengan kehadiran orang lain di tempat itu, Sagara menolehkan kepalanya ke samping. Ia pun diam mematung ketika tatapan matanya bertemu dengan mata jernih naima yang sedang menatapnya, ia tak mampu lama memandang mata itu. Ia langsung mengalihkannya dengan wajah yang sedikit memanas. Untung saja cahaya di ruang itu mampu menyamarkan wajah merah di pipinya.Naima kembali menundukkan pandangannya, ia meletakkan teko di tengah-tengah mereka lalu memundurkan sedikit tubuhnya ke belakang.“Nak, Pangeran ini yang membawamu kesini untuk Abah obati. Dia yang menolong mu!” ujar Abah Arya sembari tersenyum. Naima membulatkan mata menatap sebentar kearah

    Last Updated : 2025-05-08
  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 1

    “Bu.. Nana mohon jangan terima perjodohan ini! Nana tak sanggup di madu. Nana tak ingin rumah tangga orang lain hancur gara-gara Nana. Nana tak ingin hidup Nana dipenuhi dengan pertengkaran, selalu dihinggapi rasa bersalah. Nana mohon Bu! Nana tak ingin banyak perselisihan, Nana hanya ingin hidup damai. Kita sama-sama perempuan, Nana tak ingin menyakiti perasaan perempuan lain, karena Nana pun tak ingin disakiti. Bu, Nana hanya ingin hidup tenang dan tentram dengan pasangan yang Nana pilih. Nana mohon, batalkan perjodohan ini! Bantu Nana meyakini Ayah, agar Ayah tak menerima perjodohan ini. Ibu sanggup melihat hidup Nana menderita? Ibu ingin hidup Nana hancur karena menikah dengan seseorang yang tak Nana cintai? Nana mohon Bu...”Rengek wanita itu mengiba bersujud di kaki sang ibu. Dia tak berani mengangkat kepala, sebelum sang ibu memenuhi permintaannya. Sang ibu hanya bisa menangis tergugu menyaksikan anak gadis yang amat dia sayangi berada diambang keputusasaan, dia tak bisa memban

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 12

    Ketika masuk ke dalam ruang tengah, Naima tertegun melihat lelaki yang duduk tegap di depan abahnya. Lelaki itu sangat tampan dan memesona dengan iket yang melingkar dikepalanya. Baru pertama kali ini ia melihat wajah lelaki yang nyaris sempurna. Ternyata wajah di balik tudung kepala itu sangat mempesona.Sadar dengan kehadiran orang lain di tempat itu, Sagara menolehkan kepalanya ke samping. Ia pun diam mematung ketika tatapan matanya bertemu dengan mata jernih naima yang sedang menatapnya, ia tak mampu lama memandang mata itu. Ia langsung mengalihkannya dengan wajah yang sedikit memanas. Untung saja cahaya di ruang itu mampu menyamarkan wajah merah di pipinya.Naima kembali menundukkan pandangannya, ia meletakkan teko di tengah-tengah mereka lalu memundurkan sedikit tubuhnya ke belakang.“Nak, Pangeran ini yang membawamu kesini untuk Abah obati. Dia yang menolong mu!” ujar Abah Arya sembari tersenyum. Naima membulatkan mata menatap sebentar kearah

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 11

    Nyai Ratna, namun ia kembali heran ketika orang tua angkatnya yang tiba-tiba berdiri menyambut lelaki itu, seraya sedikit membungkukkan tubuhnya hormat. Naima mematung memperhatikan mereka yang kini duduk di lantai yang beralaskan papan.Siapa lelaki itu sebenarnya? Abah dan Ibu sangat menaruh hormat padanya. Lelaki itu nampak sangat di segani.“Nak duduk sini! Jangan berdiri disana!” Perintah Abah Arya yang menyandarkan kebingungan Sagara terus menggerakkan kanvasnya dengan senyum yang tak lekang dari bibirnya. Perasaannya tiba-tiba berbunga-bunga setelah mengunjungi desa Buaran tadi pagi. Ia menggerakkan tangannya dengan lihai dengan tatapan mata yang berbinar. Ia tak tahu akan melukis apa, tapi ia hanya mengikuti instingnya saja.“Selesai!” Ia tertegun sebentar, mengamati objek lukisannya. Ya, lukisan seorang wanita dengan surai rambut tergerai dengan senyum yang merekah. Untuk pertama kalinya ia melukis wajah seorang wanita.

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 10

    “Assalamualaikum.”Naima terlonjak kaget mendengar suara salam dari belakang tubuhnya. Ia yang masih berjongkok pun membalikkan tubuh lalu berdiri.“Waalaikumsalam.” Jawabnya lirih menatap aneh kearah seorang lelaki yang menggunakan tudung kepala dengan jubah putih ditubuhnya. Ia yakin di balik tudung kepala itu adalah seorang laki-laki, karena dilihat dari posturnya yang tinggi dan tegap.Di balik tudung kepala, seorang lelaki tertegun menatap wanita cantik yang berada di depannya. Walaupun tak menggunakan polesan, kecantikan wanita itu sangat memesona.Hatinya sedikit ragu, apakah wanita yang ada di hadapannya ini adalah wanita yang dibawanya beberapa hari lalu. Karena malam itu, ia tak mengingat jelas wajah wanita yang dibopongnya karena hari sudah malam. Ia pun tak menyangka, wanita yang dibopongnya itu benar-benar wanita cantik.“Maaf, mau cari siapa ya Mas?” Lelaki itu langsung tersadar dari lamunannya tanpa membuka

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 9

    Di Keraton kerajaan, malam ini cukup ramai. Di halaman keraton, kereta kencana silih berganti datang mengantarkan para bangsawan yang akan menghadiri acara perjamuan. Mereka menggunakan pakaian terbaik, agar mendapatkan kesan baik sekaligus menjadi pusat perhatian di acara malam ini.Di Keputren, Sagara sedang mematung memandang tampilannya di depan cermin. Pakaian kerajaan yang melekat ditubuhnya nampak gagah penuh wibawa, tak lupa ia melapisinya dengan jubah berwarna abu-abu yang sangat kontrak dengan kulit kuning Langsatnya. Ia mengusap wajah lembut, lalu mengingat rapi rambut sebahunya ke belakang. Tak lupa ia mengenakan iket kepala yang dilapisi mahkota, menandakan bahwa ia merupakan penerus satu-satunya kerajaan besar itu.Sagara lebih nyaman mengenakan pakaiannya sendiri, tanpa perlu bantuan Kasim kerajaan yang sudah menunggunya di luar kamar.“Semoga malam ini cepat berlalu!” Gumamnya pelan seraya berjalan kearah pintu keluar. Di halaman Kepu

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 8

    Srett.. Dug.. dug.. Brugghhh“Sudah seminggu ini Pangeran kehilangan fokus, ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?” Tanya pria muda berpakaian serba hitam dengan iket dikepalanya. Ia membantu seorang pria yang tersungkur disampingnya. Ia kemudian memapah pria yang memiliki postur tinggi itu menepi ke pinggir lapangan tempat mereka latihan.“Aku tidak papa Cakra. Jangan khawatir. Kau latih saja prajurit, aku tidak papa sendiri.” Jawabnya singkat seraya menekuk kedua lututnya. Ia mendongakkan kepala ke langit biru, melihat kearah awan yang bergerak mengikuti tiupan angin. Benaknya kembali memikirkan kejadian satu minggu lalu, ketika ia membawa seorang wanita asing yang terluka ke rumah salah satu mantan abdi dalem nya ketika kecil.Apa kamu baik-baik saja disana? Semoga kamu sudah sehat seperti semula. Aku yakin Abah Arya dan Nyai Ratna pasti menerimamu dengan baik. Maafkan aku yang tak sengaja memanahmu, aku terlalu terkejut malam itu.

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 7

    “Apa kau tidak papa?” Naima tidak bisa merespons ucapan seorang lelaki bersuara tegas yang kini berjongkok sambil menahan sebelah bahunya. Lidahnya kelu, dahinya berkeringat menahan rasa sakit dengan dada yang semakin sesak. Ia melihat samar-samar seorang lelaki berbaju bangsawan yang menatapnya dengan perasaan bersalah. Ia kembali merasakan goncangan pelan di tubuhnya sebelum kesadaran kembali merenggutnya.Pria berparas tampan dengan perawakan gagah itu mengusap wajahnya, ia merenungi apa yang harus dilakukan. Ia tak mungkin meninggalkan wanita yang tengah terluka itu sendirian. Karena bagaimanapun, wanita itu terluka akibat kecerobohannya. Dan jika ia membawa ke tempatnya, apa alasan yang harus diutarakan kepada kedua orang tuanya. Tidak mungkin mereka akan menerima wanita itu dengan begitu saja. Karena bagaimanapun, wanita itu tetaplah orang asing.Pria itu pun mendesah frustasi. Setelah yakin dengan keputusan yang diambil, dengan sekali entakkan ia mem

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 6

    Naima terus berlari menghindari 4 preman yang terus mengejarnya. Perasaannya kalut setelah melihat Reza tergeletak bersimbah darah akibat di keroyok preman tak dikenal tersebut. Ia tak mungkin menyia-nyiakan pengorbanan Reza yang rela mempertaruhkan nyawa agar dirinya bisa selamat.Tanjakan-tanjakan terjal Naima lewati tanpa melihat kearah belakang. Nafasnya memburu dengan air mata yang bercucuran. Ia menghentikan pijakan kaki nya setelah sadar terlalu jauh berlari masuk ke dalam hutan. Pandangan nya langsung menyapu ke sekeliling, ke tempat asing yang baru pertama kali dipijaknya. Tangisnya semakin nyaring, dengan dada yang berdetak cepat. Alas kaki yang ia kenakan entah terlepas kemana, tapak kakinya kini bersemu merah bercampur darah, akibat tusukan ranting-ranting tajam di sepanjang perjalanan.“Ibu... Ayah ... Tolong Nana...” Rintihan pelan Naima seraya menyandarkan tubuhnya di bawah pohon yang berumur tua. Akarnya yang menjuntai besar menjadi pegangan agar dirinya tidak jatuh te

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 5

    Setelah kejadian itu, hubungan Pak Nurdin dan Naima semakin dekat. Mereka bagaikan Ayah dan anak. Nana sering berkunjung ke rumah Pak Nurdin untuk bermain atau hanya sekedar ingin memastikan bahwa ayah dari sahabatnya itu baik-baik saja. Dia ingin menjaga Pak Nurdin sesuai permintaan sahabat terbaiknya.Hubungan kedua keluarga itu kini semakin erat, tidak ada sekat penghalang menyatunya kedua keluarga tersebut, walaupun tanpa sebuah ikatan yang diharapkan.Kondisi ayah Naima sudah membaik, ia bahagia melihat kondisi putrinya kini sudah kembali ceria, tidak seperti minggu-minggu lalu. Beban dipikirannya pun berkurang, ternyata kejadian menolak lamaran itu tak sesuai dengan pikiran buruknya. Dan sekarang malah berbuah manis, hubungan ia dengan sahabatnya itu malah semakin erat.-“Hallo ... Assalamualaikum Pak,” ujar Naima menjawab panggilan telpon yang berasal dari Pak Nurdin.“Waalaikumsalam Nana. Gimana kabarmu Nak? Ayah Ibumu sehat?” Tanya Pak Nurdin di sebrang sana.“Alhamdulillah

  • Prince of Darkness (Karena Kita Berbeda)   Part 4

    “Na, Aku mohon jaga Papa untukku!”Suara itu menggema di telinga Naima, membangunkannya dari tidur lelap. Suara itu seperti nyata, tapi di kamar itu hanya ada dirinya sendiri.Meira kau kah itu?Guman Naima pelan.Naima tanpa rasa takut, bangun untuk melihat keadaan sekeliling. Tapi nihil, tak ada seorang pun. Hanya ada hembusan angin yang masuk melalui ventilasi udara diatas jendela kamarnya.Suasana kembali hening, kesunyian menghinggapi hatinya.Aku tidak janji untuk menjaga ayahmu, tapi aku akan berusaha untuk menjaganya. Karena untuk berjanji aku takut tak bisa menepati.--“Nana tumben kamu kesini Nak, ada perlu apa?” Tanya Pak Nurdin ramah. Ia tak memperlihatkan rasa kecewanya atas kejadian beberapa hari lalu.Naima mencium tangan Pak Nurdin. Setelah dipersilakan, ia duduk di sofa yang berseberangan dengan posisinya.“Nana hanya berkunjung saja Pak, kabar Bapak sehat?” Tanya Naima dengan wajah tertunduk. Ia malu untuk mengangkat wajahnya, karena rasa bersalah yang begitu besar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status