Zia sedang berada didalam toilet kantor, ini sudah jam pulang kantor dan dia mengganti pakaian kerjanya dengan dress hitam ketat yang membentuk sempurna tubuh nya.
Zia sedikit kesal dengan ukuran payudaranya yang terkadang membuatnya depresi karena terlalu menonjol.Mungkin faktor keturunan pikirnya karena teringat kembaran nya yang juga merasakan hal yang sama dengannya.Saat dia keluar dari toilet tidak sengaja dia menabrak Reikhan. Dan Zia meringis karena keningnya terkena dagu Reikhan. Reikhan memandangi Zia dari atas hingga bawah, dan Zia masih meringis tidak tahu siapa yang dia tabrak."Ara kamu mau kemana?"Zia melihat dan ekspresinya kesal. Tidak disengaja ataupun sengaja selalu saja Reikhan yang dia tabrak."mau kencan sir, ini sudah jam pulang kantor. Dan tadi saya juga sudah permisi pulang dengan anda.""bukannya kamu tidak punya pacar,"Zia sangat kesal dengan sikaca mata ini."anda tidak perlu menegaskannya sir. Lagi pula apa ada masalah jika saya berkencan dengan kakak anda.?"Reikhan seperti salah mendengar. Tidak mungkin kan secepat itu kakaknya dan sekertarisnya memutuskan berkencan, dan kenapa dia tidak suka. Padahal selama ini dia tidak masalah jika kakaknya berkencan dengan sekertarisnya yang dulu."apa maksudmu kak Nowel?""yes sir"Dan jawaban Zia membuat Reikhan terdiam cukup lama."sorry sir, sepertinya kakak anda sudah menjemput saya."Reikhan berbalik dan melihat kakaknya melambaikan tangan kepada Zia dan Zia tersenyum begitu manis.Saat Zia akan pergi Reikhan menahan tangan Zia dan zia melihatnya dengan heran."apa ada yang mau anda katakan sir?""oh.. Tidak. Hanya jangan lupa besok kita meeting jam delapan."Zia tersenyum dan berpamitan. Reikhan melihat pinggang Zia yang disentuh oleh kakaknya yang melambaikan tangan padanya."shit...." umpatnya dan mengambil ponselnya."kau ikuti mobil kakakku yang baru saja keluar dari kantor, dan infokan kemana juga apa saja yang dia dan wanita yang bersamanya lakukan."Seseorang yang ditelpon Reikhan langsung bergegas melaksanakan tugas dari Reikhan.Saat Reikhan akan kembali ke ruangannya, tubuhnya dipeluk oleh seseorang yang dia tahu pasti Vanya."vanya lepaskan, seluruh orang dikantor bisa melihat kita."Vanya melepaskannya dan merengut."kenapa kalau mereka melihat, mereka juga tahu aku calon tunanganmu.""jangan mengumbar, aku hanya menyetujui kita pendekatan dan aku belum menyampaikan ingin melamarmu.""tap... Tapi... Kau pernah bilang kau akan memikirkan tanggalnya."Vanya cemas dengan jawaban Reikhan."ibuku yang mengatakan ingin aku melamarmu bukan. Dan aku bilang akan memikirkan tanggalnya, tentu saja.""lalu maksudmu apa?""bertingkahlah sewajarnya Vanya. Aku tahu belakangan ini kau terlalu berlebihan."Reikhan pergi diikuti Vanya disampingnya.Vanya sudah merah padam menahan tangisannya.Tidakkah Reikhan tahu dia begini karena dia takut Reikhan terpesona oleh sekertarisnya itu.Didalam ruang kerjanya Reikhan membuka laptopnya dan pura-pura sibuk. Dia selalu tidak suka dengan Vanya yang ada diruangan kerja nya, hal itu sangat menganggunya."Reikhan apakah kau tidak menyukaiku lagi?""ya, belakangan ini kau terlalu berlebihan dan itu membuatku tidak suka."Vanya menunduk dan mendekati Reikhan."maafkan aku, aku hanya takut kau terpesona dengan sekertarismu. Kau tentu tahu maksudku Rei."Reikhan melihat Vanya yang berada disebelahnya yang juga menatapnya. Lalu vanya mendudukkan dirinya dipangkuan Reikhan.Pertama kalinya Vanya berani melakukan hal seperti ini. Karena sebenarnya Vanya adalah gadis sederhana yang pemalu tapi mandiri. Hal yang disukai Reikhan ada pada diri Vanya. Tapi entah kenapa sekarang Reikhan merasa dia tidak bisa menerima Vanya ada didekatnya lagi.Vanya mendekati wajahnya dan mencium bibir Reikhan, selama ini mereka hanya melakukan kecupan saja. Dan sekarang Vanya tidak akan melakukan hal yang selalu Reikhan lakukan padanya, dia ingin Reikhan tahu kalau dia menginginkan lebih.Ciuman Vanya masih terus menggoda Reikhan, dan Reikhan hanya mengikuti kemauan Vanya. Tangan Vanya mulai membuka kancing kemeja Reikhan, dan Reikhan sadar apa yang diinginkan Vanya. Dia menghentikan tangan Vanya dan menutup bibirnya."jangan seperti ini Vanya, kau akan menyesalinya."Vanya masih duduk diatas pangkuan reikhan dan tersenyum seperti meremehkan.Satu persatu kancing baju nya dia lepaskan membuat Reikhan bisa melihat bagian tertutup bra hitam yang dikenakan Vanya.Reikhan menelan ludahnya dan dia benar-benar ingin mengendalikan dirinya.Dia lelaki normal, tentu dia bergairah melihat ini semua.Setelah semua pakaiannya terbuka Vanya membuang bajunya menyisakan bra dan celana jeans nya."aku milikmu Rei, aku tidak akan menyesal."Vanya membisikan kalimat itu ditelinga Reikhan, ntah kemana dirinya yang pemalu itu. Vanya kembali mencium bibir Reikhan dan menggoda rahang Reikhan dengan sentuhan tangannya.Dia kembali berbisik ditelinga Reikhan,"I love you Reikhan."Reikhan langsung tersadar akan itu dan dia menjauhkan Vanya dari dirinya."maaf Vanya, tapi aku tidak mencintaimu."Mendapatkan dua kali penolakan dari Reikhan membuat Vanya begitu sakit hati. Dia berdiri dan mengambil pakaiannya. Setelah dia mengenakan pakaiannya dia keluar dari ruangan itu berharap Reikhan akan mengejarnya, tapi semua percuma. Reikhan tidak bergerak dari duduknya setelah Vanya meninggalkannya.Dia tahu dia menyakiti Vanya, dan dia bingung harus bagaimana sekarang.Dia hanya ingin jujur jika dia tidak mencintai Vanya.Dan dia menyesal hampir saja melakukan hal bodoh.Ponselnya bergetar dan dia membuka pesan dari orang suruhannya.Mata Reikhan melihat tak suka foto-foto itu.Kakaknya dan Zia sedang ada disebuah club dan sedang ada dilantai dansa.Foto selanjutnya Zia tertawa dengan kakaknya yang memegang pinggul Zia.Selanjutnya foto mereka berdua yang duduk sambil minum dimeja bar.Reikhan tidak pernah melihat kakaknya akan tertawa dan tersenyum seperti sekarang.Dan kakaknya tidak mengajak teman kencannya ke hotel, itu adalah hal yang tidak wajar bagi seorang Nowel.Reikhan mengirim pesan di grup khusus dirinya dan sahabat-sahabatnya.Temui aku di blitz club sekarang.Dan dia juga mengetikkan pesan untuk Vanya. Dia masih punya kesadaran untuk meminta maaf."Maafkan aku, aku hanya ingin jujur. Agar kau tidak merasa dibohongi nantinya. Really i'm sorry Vanya. "Setelah itu Reikhan pergi ke club dimana Nowel dan Zia berada. Dia bahkan tidak tahu apa yang akan dia lakukan disana nanti, yang dia inginkan saat ini adalah melihat langsung apa yang dilakukan kakaknya dan juga Zia.Bersambung......
"Karena aku ingin memastikan sesuatu" Zia menatap raut wajah yang jelas terlihat kecewa itu. Zia berhambur langsung memeluk tubuh Aston, dan pria itu membalasnya. "Aku mencintaimu Zia." suara berat Aston membuat Zia semakin merasa bersalah. Bagaimana bisa Aston mencintainya sedalam ini. "Sangat mencintaimu." Zia mengangguk memberitahu kalau dia tahu apa yang dirasakan Aston kepadanya. "Ku mohon jangan tinggalkan aku Aston. Ku mohon jangan. Aku menginginkan kebahagian bersamamu." Saat hati dan logikamu tidak sejalan maka kau pasti akan merasa sakit sendiri. Seperti yang dirasakan Zia saat ini.Aston melepaskan pelukan mereka dan melihat mata Zia, dia menangkup wajah Zia dengan sebelah tangannya sedangkan tangan satunya membelai wajah Zia dengan lembut. Aston mencium Zia dengan dalam, dia ciuman yang dibalas oleh Zia itu membuat hatinya hancur. Dia harus melepaskan wanita yang dia cintai selama ini, dia tidak bisa lagi mempertahankannya. Aston semakin mendekatkan tubuh Zia dengan
Zia sedang memilih beberapa contoh souvenir untuk pernikahannya dan juga menu katring yang akan disajikan di Fortania. Semua waktunya tersita hanya untuk mengurusi pernikahannya dengan Aston yang tinggal dua hari lagi. Masalah baju dan dekorasi sudah selesai undangan juga sudah.Aston malam ini akan tiba di Fortania, bersama keluarganya. Vienza dan Akhtar sudah tiba semalam sore, Vienza sedang hamil muda. Tapi demi Zia, Vienza berusaha kuat berjalan jauh menaiki pesawat. Saat Zia sudah menyelesaikan pemilihannya dia bernafas lega dan Vienza duduk disebelahnya." Zi," panggil Vienza serius."Ya Vi," balas Zia dan tertawa. Vienza berdecak kesal karena Zia masih sempat-sempatnya bercanda."Aku serius Zia". Adiknya itu tersenyum dan menyatukan telapak tangannya membentuk kata maaf."Ada apa kak?""Apa kau serius ingin menikah?""Apa aku terlihat main-main kak. Lihat aku bahkan baru saja memilih souvenir pernikahan." Zia mencoba tersenyum, dia mengerti sebenarnya arah tujuan pembicaraan ini
Vienza melihat Zia yang sedang berada dikamar hotel tempat diadakannya acara pertunangan dirinya dan Aston. Hari ini adalah salah satu hari penting seumur hidup Zia, dia akan bertunangan dengan Aston dan satu minggu kemudian dia akan mendapatkan gelar keluarha Orlando dibelakang namanya. Vienza menatap Zia dari belakang tubuh Zia."Kau yakin?" tanya Vienza menghampiri Zia yang sedang dirias oleh make up artis."Tentu saja kak" jawab Zia tersenyum meyakinkan. Vienza hanya bisa mengangguk mendengar jawaban itu."Kau dan keponakanku sehat bukan?" Zia mengelus perut Zia dari tempatnya duduk. Mereka tertawa bersama. Rambut, baju, dan semuanya sudah selesai. Zia memilih menggunakan dress merah yang cukup terang. Sedangkan Aston memakai kemeja merah senada dengan dress Zia dan dibalut dengan jas hitam.Zia sudah siap dan dia mencoba tersenyum. Dia melihat pantulan dirinya di cermin melihat bagaimana sempurnanya make up dan rambutnya yang ditata sesuai keinginannya. Mata Zia tak percaya
Ibu tiri Reikhan itu mengajak Reikhan bangkit untuk menuju tempat tidur. Dia mengobati luka ditangan Reikhan. Putranya ternyata sedang patah hati. Setelah selesai dia membelai sayang puncak kepala Reikhan. "Rei." Reikhan melihat Mommyirnyt-nya dengan tatapan dingin. "Rei, apa kamu benar-benar mencintai Zia?" Reikhan mengangguk dan mengalihkan pandanganny dari bola mata Ibu nya. "Dengar nak, jika kamu memang benar mencintainya kamu pasti ingin melihatnya bahagia bukan?" Reikhan masih diam dengan wajah dingin dan datarnya. "Kau harus bisa menerima pilihan Zia, dan berdoa agar Zia bahagia. Sedangkan dirimu harus bisa bangkit kembali nak. Nowel mengatakan akhir-akhir ini kau tidak fokus memimpin rapat ataupun hal lainnya." "Kita boleh jatuh cinta Rei, tapi ingat jangan sampai cinta itu merubah kita masuk kedalam jurang hitam yang tiada batas." "Kau harus berhenti meratapi ini semua, kau seorang pria dan kau harus kuat. Kau haru
Zia dibawa menaiki helikopter oleh Aston dari lantai atas hotel Orlando. Aston mengatakan akan membawa Zia berlibur, Zia hanya menurut karena dia malas untuk berdebat dengan Aston. Dia hanya menyuruh Aston mengganti rugi semua perjanjian kontrak kerjanya yang akan dia lakukan besok. Bagi Aston tidak masalah sama sekali karena hal itu bukan apa-apa baginya.Helikopter mereka terlihat berhenti dan memurun. Saat Zia melihat kebawah mereka ternyata ini adalah sebuah dermaga. Zia melihat Aston tapi pria itu hanya tersenyum tanpa mau memberitahukan apa-apa. Hingga saat turun barulah dia sadar ternyata mereka akan menaiki sebuah kapal berwarna putih.Kapal pesiar kecil tapi mewah ini membuat Zia mengerti maksud Aston. Pria ini akan membawanya berlibur dikapal ini. Zia menyakinkan hatinya jika dia akan bis melupakan bayang-bayang Reikhan karena dia sudah berdamai dengan masalalu nya.
Sesak di dada Zia seakan bertambah dengan kehadiran Reikhan. Logika nya menolak Reikhan tapi hatinya seperti tidak sejalan dengan apa yang dia inginkan."Kembalilah padaku Zia, aku mencintaimu".Kalimat itu terulang lagi membuat Zia semakin membisu. Reikhan mencium pundaknya dan membalikkan tubuh Zia. Mata Zia menangkap sorot kerinduan dimata Reikhan."Aku mencintaimu, dan kau mencintaiku. Apakah semua itu masih kurang?"Zia hanya diam. Reikhan menarik nafasnya karena Zia hanya diam dan membisu seperti tidak ingin berkata apapun."Jika kau tidak mencintaiku kau tidak akan datang kesini malam ini Zia."Sedetik kemudian air mata Zia jatuh dan Reikhan terkejut Zia menangis didepannya secara terang-terangan. Apakah sesakit ini yang Zia rasakan. Jika memang ben