Beranda / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 12: Kecurigaan yang Memuncak

Share

Bab 12: Kecurigaan yang Memuncak

Penulis: Resya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-06 00:14:57

Langit malam masih memancarkan semburat jingga ketika Farhan tiba di rumahnya. Cahaya rembulan yang temaram menyapa wajahnya yang penuh kegundahan. Ia memandangi layar ponsel yang masih menampilkan pesan singkat tadi, pesan dari seseorang yang tak ia kenal.

"Pak Ahmad mulai curiga. Kamu harus segera menjelaskan semuanya sebelum terlambat."

Farhan menarik napas panjang, kemudian meletakkan ponselnya di atas meja. Ada pertarungan di dalam dirinya. Ia tahu menyembunyikan identitas sebagai miliarder bukanlah perkara yang mudah, namun itu adalah pilihannya. Pilihan untuk mencintai Aisyah dengan cara yang benar-tanpa bayang-bayang kekayaannya.

Tetapi, semakin hari, ia sadar perjuangannya semakin berat. Kecurigaan Pak Ahmad adalah sinyal bahwa ia tidak punya banyak waktu lagi.

Farhan berdiri, menatap jendela dengan pandangan kosong. Malam terasa begitu panjang. "Ya Allah," gumamnya perlahan, "Jika ini jalan yang Kau ridhai, maka berikanlah aku kekuata
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 83: Bayangan yang Kembali

    Farhan berdiri di ruang tamu, amplop cokelat itu masih tergenggam erat di tangannya. Foto-foto yang tersebar di meja kecil di depannya membawa kenangan yang bercampur aduk. Wajah Ratna yang tersenyum sambil memeluk Safira kecil terasa seperti hantaman keras di dadanya. Namun, tulisan di balik salah satu foto itu yang benar-benar membuat pikirannya berputar."Permainan baru dimulai. Apa yang kau temukan hanyalah awal dari semuanya."Farhan menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Matanya menatap tajam ke arah jendela, di mana Safira berdiri memandang ke luar. Gadis kecil itu tampak begitu rapuh, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat."Safira," panggil Farhan lembut.Safira menoleh perlahan, matanya yang besar tampak berkaca-kaca. "Om, ada orang di luar tadi," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan.Farhan langsung menegakkan tubuhnya. "Orang? Siapa, Nak?"Safira menggeleng. "Aku nggak tahu, Om. Tapi dia berd

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 82: Akhir yang Menggantung

    Langit malam di atas markas organisasi bayangan tampak kelam, seolah ikut menyembunyikan rahasia gelap yang selama ini mereka lindungi. Suara tembakan masih terdengar bersahutan, memecah keheningan malam. Farhan dan Arman berlari di lorong sempit, napas mereka memburu. Di belakang mereka, beberapa anggota organisasi terus mengejar, tak memberi ruang untuk berhenti."Han, kita nggak bisa terus lari!" teriak Arman sambil menembak ke arah musuh yang mendekat. Peluru-peluru itu memantul di dinding logam, menciptakan percikan api kecil.Farhan menoleh sekilas ke arah Arman, wajahnya penuh peluh. "Kita harus bertahan, Man! Aisyah dan Safira sedang menyelesaikan tugas terakhir mereka. Kita harus beri mereka waktu!"Arman mengangguk, meski tubuhnya mulai terasa lelah. "Tapi mereka makin banyak, Han. Kita nggak bisa terus begini."Farhan berhenti sejenak di balik sebuah pilar besar, menarik napas dalam-dalam. Ia memeriksa peluru di senjatanya-hanya tersisa

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 81: Pertempuran Akhir

    Mereka semua mulai berjalan keluar dari markas, menuju kendaraan yang akan membawa mereka ke lokasi misi. Ketegangan terasa di udara, tapi tidak ada yang mundur.Di rumah, Safira duduk di kamarnya sambil memandang keluar jendela. Dia merasa ada sesuatu yang salah, tapi dia tidak tahu apa. Di kejauhan, suara sirene terdengar samar-samar, membuat hatinya semakin gelisah."Ayah ... Om Farhan ...," bisiknya pelan, air mata mulai mengalir di pipinya.Di dalam kendaraan yang melaju cepat, Farhan duduk di kursi depan bersama Adnan yang mengemudi. Arman duduk di belakang, memeriksa senjata dan perlengkapan mereka. Wajah mereka semua tegang, tapi tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat."Han," panggil Arman akhirnya, memecah keheningan. "Kamu yakin kita bisa masuk tanpa ketahuan?"Farhan menoleh sedikit, menatap adiknya. "Man, kita nggak punya pilihan lain. Kalau kita nggak coba sekarang, mereka akan terus memburu kita. Dan Safira... dia ngga

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 80: Operasi Balasan

    Arman terkejut. "Kamu yakin, sayang?"Safira mengangguk. "Iya, Ayah. Aku ingat Ibu bilang itu sangat penting."Farhan dan Arman saling bertukar pandang. Informasi ini bisa menjadi kunci untuk langkah mereka berikutnya."Safira," kata Farhan dengan suara lembut. "Kamu sudah membantu kami lebih dari yang kamu tahu. Terima kasih."Safira tersenyum kecil, meskipun matanya masih menyimpan kesedihan.Malam itu, Farhan dan Arman duduk di ruang kerja kecil di rumah Farhan. Di atas meja, laptop terbuka dengan layar penuh data yang baru saja mereka dapatkan dari Safira. Farhan mengetik cepat, sementara Arman berdiri di belakangnya, memandang layar dengan cemas."Han, kamu yakin ini semua cukup untuk menyerang mereka?" tanya Arman, suaranya rendah tapi penuh tekanan.Farhan berhenti mengetik sejenak, lalu menatap adiknya. "Man, ini bukan soal cukup atau nggak. Ini soal kita harus bertindak sekarang. Kalau kita tunggu lebih lama, me

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 79: Titik Balik

    Sosok itu tertawa kecil. "Jangan khawatir. Kami punya cara untuk membuat mereka bicara."Yadi terdiam, merasa ada sesuatu yang salah. Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, sosok itu melangkah maju, memperlihatkan wajahnya."Rodres ...," bisik Yadi, matanya melebar.Rodres tersenyum dingin. "Kamu sudah melakukan tugasmu, Yadi. Tapi sekarang, waktumu sudah habis."Farhan menatap layar laptop di depannya dengan ekspresi serius. Di sebelahnya, Arman duduk sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Di layar, terlihat data-data yang dulu milik Ratna, istri Arman, yang kini menjadi senjata utama mereka melawan organisasi bayangan pimpinan Rodres."Han, kita harus bergerak cepat," kata Arman, memecahkan keheningan. "Mereka pasti sudah tahu kita punya data ini. Tunggu sebentar saja, mereka akan mulai mengejar kita."Farhan mengangguk sambil menutup laptopnya. "Aku tahu, Man. Karena itu, kita nggak bisa simpan data ini terus-menerus. Kit

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 78: Pengkhianatan

    Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat. Farhan berdiri tegak, senjatanya masih terarah ke Yadi. Di sampingnya, Arman tampak gelisah, matanya tak lepas dari sosok yang kini berdiri di depan mereka dengan senyum penuh kemenangan."Jadi, ini rencanamu, Yad?" Farhan membuka suara, nadanya dingin. "Bergabung dengan kami, pura-pura jadi sekutu, lalu menusuk dari belakang?"Yadi hanya tertawa kecil, santai seolah tak ada yang salah. "Farhan, kamu selalu terlalu percaya sama orang. Itu kelemahanmu."Arman mengepalkan tangannya, wajahnya merah menahan amarah. "Kamu tahu berapa banyak orang yang mati karena pengkhianatanmu? Jamil ... dia gugur karena kamu!"Yadi mengangkat bahu, seolah tak peduli. "Jamil? Dia cuma pion. Sama seperti kalian. Aku cuma menjalankan tugas."Farhan melangkah maju, matanya tajam menatap Yadi. "Tugas? Kamu pikir dengan mengkhianati kami, kamu bakal aman? Kamu nggak tahu siapa yang sebenarnya kamu hadapi."Y

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 77: Kebenaran Terungkap

    Suara langkah kaki semakin mendekat. Farhan berdiri tegak di ruang tamu kecil itu, menggenggam senjatanya erat. Matanya tajam, penuh tekad. Di sampingnya, Arman berdiri dengan napas berat, tangan kanannya memegang pisau kecil yang ia temukan di dapur. Mereka tahu, ini bukan sekadar ancaman biasa. Ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. "Han," suara Arman terdengar pelan, hampir seperti bisikan. "Kita nggak bisa terus-terusan begini. Mereka pasti tahu kita di sini." Farhan mengangguk tanpa menoleh. "Aku tahu, Man. Tapi kita nggak punya pilihan. Kalau kita keluar sekarang, mereka bakal habisi kita." Di dalam kamar, Aisyah memeluk Safira erat. Gadis kecil itu tampak ketakutan, wajahnya pucat. Aisyah berusaha menenangkan, meski hatinya sendiri penuh kecemasan. "Safira, Sayang, dengar Tante. Apa pun yang terjadi, kamu harus tetap di sini, ya? Jangan keluar sampai Tante bilang aman." Safira mengangg

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 76: Persembunyian Rahasia

    Suara sirene semakin menjauh, meninggalkan keheningan yang terasa berat di udara. Farhan memacu mobil dengan kecepatan sedang, memastikan mereka tidak menarik perhatian. Di kursi belakang, Safira tertidur dengan kepala bersandar di bahu Aisyah. Wajah kecilnya terlihat damai, meski Farhan tahu, di balik itu semua, trauma yang dialami anak itu tidak akan mudah hilang.Arman duduk di samping Farhan, diam. Tangannya mengepal di atas lutut, matanya menatap lurus ke depan. Tapi Farhan tahu, pikiran adiknya sedang berkecamuk."Man," Farhan memecah keheningan, suaranya rendah. "Kita hampir sampai. Tempat ini aman. Aku percaya sama orang ini."Arman mengangguk pelan, tapi tidak menjawab. Dia hanya menarik napas panjang, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. Farhan meliriknya sekilas, lalu kembali fokus ke jalan.****Setengah jam kemudian, mereka tiba di sebuah rumah tua di pinggir hutan. Rumah itu terlihat sederhana, dengan cat yang mulai p

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 75: Serangan di Malam Hari

    Malam itu, suasana rumah Farhan terasa sunyi. Safira sudah tertidur di kamar, sementara Aisyah sibuk di dapur menyiapkan teh hangat untuk Farhan dan Arman yang sedang berdiskusi di ruang tamu. Adnan duduk di sudut ruangan, memeriksa peta digital di tablet kecilnya. Wajahnya serius, seperti biasa."Han, aku masih nggak yakin soal lokasi server itu," ujar Arman sambil mengusap wajahnya. "Kalau kita salah langkah, mereka bisa lebih dulu menghancurkannya."Farhan menghela napas panjang. "Aku tahu, Man. Tapi kita nggak punya pilihan lain. Kita harus bergerak cepat."Adnan menatap mereka berdua. "Kita nggak bisa gegabah. Kalau sampai mereka tahu kita mendekati lokasi itu, Safira bisa jadi target utama."Farhan menoleh ke arah Adnan, matanya tajam. "Makanya kita harus pastikan Safira aman dulu. Aku nggak akan biarkan mereka menyentuhnya."Aisyah muncul dari dapur, membawa nampan berisi cangkir teh. "Farhan, kamu yakin nggak mau minta bantuan tam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status