Beranda / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 42: Dekat dengan Anak Itu

Share

Bab 42: Dekat dengan Anak Itu

Penulis: Resya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-06 10:13:38

Hari itu, seperti biasa, cuaca cerah dan udara terasa segar setelah hujan semalam. Farhan dan Aisyah sedang duduk di beranda rumah, menikmati secangkir teh hangat sambil menatap anak-anak yang bermain di halaman yayasan. Namun, pikirannya tak bisa lepas dari satu sosok-Safira.

Anak kecil itu, meskipun baru saja muncul dalam hidup mereka, rasanya sudah mengisi ruang yang kosong di hati Farhan. Setiap kali ia menatap Safira, ada perasaan yang sulit dijelaskan, seperti sebuah ikatan yang tak terlihat, namun sangat kuat. Aisyah pun merasakannya, meskipun dengan cara yang berbeda.

"Aisyah," Farhan memulai, suaranya pelan namun penuh makna. "Kamu merasa apa dengan anak itu?"

Aisyah yang duduk di sampingnya menatap Safira yang sedang duduk di dekat meja belajar, sibuk menggambar dengan pulpen warna-warni. Safira tampak tenang dan jauh dari kesan gelisah seperti yang pertama kali mereka lihat.

"Aku merasa dia seperti anak kita sendiri," jawab Aisyah sambi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 132: Rekonsiliasi

    Malam itu, hujan baru saja reda. Udara dingin menyelinap masuk melalui celah-celah jendela rumah Farhan. Ia duduk di ruang tamu, menatap ponselnya dengan pandangan kosong. Di layar, pesan yang ia tulis untuk Aisyah masih terbuka, belum terkirim. Jari-jarinya gemetar di atas tombol kirim, tapi hati dan pikirannya masih berdebat."Aku harus ngapain, ya?" gumam Farhan pelan, suaranya tenggelam dalam keheningan malam. Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa bimbang yang terus menghantui.Sementara itu, di rumah orang tuanya, Aisyah sedang berdiri di depan cermin kamar. Ia menatap bayangannya sendiri, mencoba mencari kekuatan dari pantulan wajah yang kini tampak lelah. Hatinya terasa berat. Ia tahu ia ingin berbicara dengan Farhan, tapi entah kenapa, setiap kali ia mencoba mengetik pesan, pikirannya langsung kacau.Di atas meja kecil di samping tempat tidur, ponselnya bergetar pelan. Aisyah menoleh, berharap ada pesan dari Farhan. Tapi saat dilihat, ha

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 131: Titik Terendah

    Aisyah menatap koper yang sudah tersusun rapi di sudut kamar. Tangannya gemetar saat ia merapikan selendang di bahunya. Udara terasa dingin, atau mungkin itu hanya perasaannya saja. Di luar, langit malam tampak gelap gulita, tanpa bintang. Sebuah kehampaan yang entah kenapa mencerminkan isi hatinya malam itu."Mas, aku mau pulang ke rumah orang tua dulu," ucap Aisyah dengan suara bergetar.Farhan, yang sejak tadi duduk diam di sofa ruang tamu, mengangkat wajahnya perlahan. Wajahnya terlihat lelah, matanya sembab. Ia tahu hari ini akan tiba, tetapi rasanya tetap tak siap mendengarnya. Ia menatap Aisyah yang berdiri dengan koper di sisi tubuhnya. Wanita itu tampak rapuh, seolah beban dunia ada di pundaknya."Kamu yakin?" tanya Farhan akhirnya, suaranya berat. "Ini yang kamu mau?"Aisyah mengangguk pelan. "Aku butuh waktu, Mas. Kita... kita butuh waktu. Aku nggak tahu harus gimana lagi."Farhan menelan ludah, berusaha menahan emosi yang berg

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 130: Usaha Terakhir

    Farhan duduk sendirian di meja makan, menatap piring sarapan yang kini sudah dingin. Telur orak-arik yang ia masak tadi pagi tetap utuh, tak tersentuh. Pikirannya melayang ke arah Aisyah yang tadi pagi pergi tanpa sarapan, dengan alasan "Ada urusan penting." Tapi Farhan tahu, masalah sebenarnya bukan tentang waktu atau urusan. Masalahnya adalah jarak yang semakin terasa di antara mereka.Dia menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. Beberapa hari terakhir, suasana rumah terasa seperti medan perang yang sunyi. Aisyah tidak lagi berbicara banyak dengannya, dan ketika mereka berbicara, semuanya selalu berakhir dalam kebuntuan. Farhan tahu dia harus melakukan sesuatu. Dia tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut.Pelan-pelan, sebuah ide mulai terbentuk di kepalanya. Dia ingin mencoba satu usaha terakhir untuk menyelamatkan hubungan mereka. Sebuah kejutan. Sesuatu yang bisa mengembalikan senyum di wajah Aisyah, sesuatu yang bisa membuat mereka merasa dekat lagi

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 129: Jarak yang Semakin Terasa

    Malam itu, meski rumah terasa sunyi, pikiran Farhan terus bergemuruh. Dia duduk di sofa ruang tengah, matanya kosong, tangannya memegang cangkir teh yang sudah dingin. Dari arah kamar, terdengar suara pelan ketikan di laptop. Farhan tahu siapa yang sedang sibuk di sana. Aisyah.Dia menghela napas panjang. Sudah berhari-hari belakangan ini, suasana rumah terasa berbeda. Ada jarak yang perlahan-lahan tumbuh di antara mereka. Jarak yang tidak terlihat, tapi begitu terasa. Farhan merasakannya setiap kali pulang kerja, saat mereka tidak lagi bercanda di dapur seperti dulu, atau saat makan malam yang kini hanya diisi dengan keheningan. Dan malam ini, Aisyah bahkan memilih tidur di kamar terpisah."Aku nggak mau kamu kehilangan diri kamu sendiri gara-gara ini."Kata-katanya sendiri tadi siang terngiang-ngiang di kepala. Dia mengatakannya dengan tulus, berharap bisa menyadarkan Aisyah. Namun, yang ada justru Aisyah semakin menjauh. Seolah-olah semua yang Farhan la

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 128: Konsultasi dan Kekhawatiran Baru

    Langit pagi itu mendung. Matahari seakan enggan menampakkan sinarnya di balik awan kelabu. Farhan duduk di belakang kemudi, sesekali melirik ke arah Aisyah yang duduk di sampingnya. Wanita itu diam, pandangannya menerawang ke luar jendela mobil. Raut lelah masih terlihat jelas di wajahnya."Aku tahu kamu lagi kepikiran," ujar Farhan, memecah keheningan. Suaranya lembut, tapi cukup tegas.Aisyah menoleh perlahan. "Aku cuma ... ya, aku cuma takut, Mas," jawabnya pelan. Dia memainkan ujung jilbabnya dengan gelisah, kebiasaan yang selalu muncul saat pikirannya sedang kalut.Farhan mengangguk kecil, mencoba memahami. Dia tahu apa yang Aisyah maksudkan. Sudah beberapa bulan terakhir, mereka diselimuti kekhawatiran yang sama, tentang harapan yang belum juga terwujud. Perjalanan panjang mereka untuk memiliki momongan seolah menemui jalan buntu."Makanya kita ke dokter lagi, kan? Siapa tahu ada solusi baru," kata Farhan, mencoba menguatkan.Aisyah hanya mengangguk pelan, tapi tatapannya kembal

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 127: Harapan yang Mulai Pudar

    Sudah tiga bulan sejak Farhan dan Aisyah memulai program kehamilan. Setiap harinya, ada rasa harap yang menggantung di udara, seperti embun yang menunggu diterpa matahari. Aisyah menjalani berbagai pemeriksaan, mengikuti saran dokter, mengatur pola makan, dan menjaga tubuhnya tetap sehat. Farhan, meskipun awalnya ragu, berusaha memberi dukungan sebanyak yang ia bisa. Ia menemani istrinya ke dokter, memastikan Aisyah tidak terlalu lelah, dan selalu mencoba untuk menunjukkan bahwa ia ada di sana.Namun, waktu terus berjalan, dan belum ada tanda-tanda kehamilan. Setiap bulan, Aisyah akan menunggu dengan cemas, memperhatikan setiap perubahan kecil pada tubuhnya, hanya untuk merasa kecewa ketika kenyataan berkata lain. Pada awalnya, ia masih bisa tersenyum dan berkata, "Mungkin bulan depan, Mas." Tapi seiring waktu, senyuman itu mulai memudar.Sore itu, Aisyah duduk sendirian di ruang tamu. Ia memandangi kalender di ponselnya, menghitung hari dengan perasaan berat di dadanya. Bulan ketiga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status