Share

Part 5

Psikopat (Kuhabisi Suamiku Dengan Elegan 5)

Tiga hari berlalu, namun Mas Andra tak kunjung pulang. Aku semakin cemas dengan keadaannya. Bukannya aku takut akan kehilangan dirinya, namun yang aku takutkan jika dia kembali enak-enak dengan kedua bocil itu lagi.

Aku yang sudah letih di sini, mengatur berbagai cara untuk melenyapkannya, malah dia enak-enak di sana dengan gadis-gadis belia pilihannya. 

Enak saja. Itu tidak boleh dibiarkan. Aku harus segera mencarinya dan menyeretnya pulang.

Baru saja akan beranjak keluar, tiba-tiba ponselku berdering. Tumben ibu dari suamiku menelepon siang-siang begini. Ada apa gerangan? Biasanya dia tidak pernah menghubungi kami sudah sejak lama sekali. Baginya, atau bagi keluarga mereka suamiku adalah sebuah aib yang harus disembunyikan dan dibuang jauh-jauh.

Walau begitu, ketika terjadi sesuatu pada anaknya itu, ibu mertua selalu menjadi orang nomor satu yang turun tangan duluan untuk membela suamiku. Tak penting benar atau salah, yang dia tahu bahwa keluarga adalah yang utama. Mungkin itu juga yang membuat suamiku menjadi manusia yang tak berguna.

"Halo, Mi! Ada apa menelepon Indah pagi-pagi begini?" Aku bersikap seramah mungkin agar ibu mertua tidak menaruh curiga padaku.

"Halo Indah. Kemana saja sih kamu? Masa suami terkapar sudah tiga hari tidak kamu urus. Istri macam apa kamu ini." Ibu mertua langsung marah-marah.

"Apa, Mi? Suami Mami terkapar?"

"Kok malah jadi suami Mami, sih? Itu tuh si Andra sudah tiga hari terkapar di rumah Mami karena perbuatan kamu, masa kamu biarin dia begitu saja."

"Maaf, Mi. Indah tidak tahu kalau Mas Andra berada di rumah Mami."

"Ya udah, kamu cepetan datang ke sini. Sebentar lagi tamu Mami akan datang berkunjung. Mami tidak ingin mereka melihat Andra ada di rumah Mami. Cepetan kamu bawa dia pulang."

"Oke, Mi! Indah segara meluncur."

Tanpa perlu susah payah untuk mencari keberadaannya, ternyata dia ketemu dengan sendirinya.

Begitulah kalau sudah ajal datang menjemput, mau bersembunyi dimana saja pun akan tetap ketahuan.

Tunggu saja kamu, Mas!

*

"Kamu ini Indah, kalau lagi main itu jangan keterlaluan dong! Lihat tuh kepala bur*ng Andra hampir putus gara-gara kamu gigit."  Mami langsung mengomel ketika aku sampai di istananya.

"Maaf, Mi! Indah gemes melihatnya. Masa sudah satu jam dipanasin nggak hidup-hidup juga. Siapa juga yang nggak emosi coba?" Aku masih bersikap elegan dihadapan Mami. 

"Makanya sebagai istri itu kamu harus selalu tampil menarik dong. Harus rajin merawat diri agar suami kamu betah melihatnya. Ini saja penampilan kamu jorok banget begitu. Mami aja sebagai wanita nggak selera melihat penampilan kamu, apalagi Andra yang memiliki selera tinggi dan suka  gonta-ganti pasangan. Seharusnya kamu sadar diri, dong." Tanpa basa-basi dan memikirkan perasaanku, ibu mertua berkata kasar dengan sesuka hatinya.

Baiklah, Mi! Akan kita lihat nanti siapa yang paling jorok diantara kita. Mami bisa bicara seperti itu hanya karena hidup Mami sedang berada di atas. Tapi setelah nanti Mami berada dibawah, akan aku pastikan jika Mami akan berlutut memohon ampun kepadaku. Ingat itu, Mi.

"Iya, Mi. Walau zorox begini buktinya Mas Andra masih bertahan."

"Alah kamu ini, selalu ngeyel kalau dibilangin. Sudah, pergi sana bawa Andra  dari sini. Mami tidak ingin kolega Mami melihat anak brandalan itu ada disini."

"Oke, Mi." Aku memasang senyum termanis, merasa senang bahwa Mami juga tidak menginginkan sampah itu lagi. 

Suamiku hanya sebuah aib yang meski di singkirkan jauh-jauh sesuai dengan pesanan ibu mertua.

Baik, Mi! Sebentar lagi anak Mami akan Indah musnahkan dari muka bumi ini.

*

"Kamu? Kenapa kamu tahu aku berada di sini?" Mas Andra tampak terkejut ketika melihat kedatanganku.

"Mas ini kenapa, sih? Kok liatin Indah seperti melihat hantu begitu? Apa Indah sudah tidak menarik lagi, ya?" Aku berputar-putar dan berpose layaknya seperti seorang peragawati yang sedang mengikuti kontes kecantikan.

"Kamu untuk apa datang ke sini?" Wajah suamiku tampak pucat pasi.

"Ya ingin menjemput kamu dong, Mas! Soalnya Indah sudah tidak sabar ingin digoyang sama kamu. Indah kangen." Aku pura-pura memeluknya, agar suamiku mau diajak pulang.

"Kamu hanya ngeprank, kan? Pasti kamu masih sakit hati sama, Mas?" Suamiku terlihat curiga.

"Sakit hati kenapa, sih? Indah nggak ngerti deh sama Mas ini? Apa benar seperti yang Mami katakan tadi bahwa Indah sudah tidak menarik lagi dimata, Mas? Iya?" Aku pura-pura merajuk dan sedih.

"Apa kamu serius tidak marah sama, Mas?"

"Ish, Mas ini!" Aku menepuk pelan dadanya yang dipenuhi oleh bulu. " Sudah deh, kalau tidak menginginkan Indah lagi. Indah pulang." Aku bangkit dan pura-pura ingin pulang.

Belum sempat beranjak, Mas Andra menarik tanganku.

"Tunggu, Sayang! Siapa bilang kamu tidak menarik. Bagi Mas kamu adalah segala-galanya. Tidak ada satu orang pun wanita di dunia ini yang dapat menggantikan posisi kamu di hati Mas."

Bulshitt. Pas sakit aja baru butuh.

"Jadi, posisi wanita yang kemarin itu ada dimana, dong?"

"Kan sudah Mas jelasin bahwa mereka itu bukan siapa-siapanya, Mas. Mereka itu hanya sampah yang ingin merusak rumah tangga kita, Sayang."

"Mas serius?"

"Hem."

"Beneran?"

Suamiku mengangguk.

"Ya udah, kalau begitu ayo ikut Indah pulang! Indah sudah kangen berat sama Mas. Indah sudah pengen nina ninu nina ninu bareng lagi sama Mas." Aku berucap manja pada suamiku.

"Tapi, kamu tidak marah lagi kan sama Mas?"

Aku mengangguk pelan, mengerlingkan mata sembari tersenyum manis.

Tersenyum melihat kebodohan suamiku.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status