Polisi mengakhiri interogasi.Sesosok manusia bergegas menuju kaca dan berteriak dengan penuh duka. "Zoya, aku akan membunuhmu! Aku akan menghancurkanmu menjadi beberapa bagian!"Zoya melihat adegan tersebut dengan terkejut, karena yang berteriak itu tidak lain adalah Gio.Sejak Zoya ditangkap di depannya, Gio benar-benar waras.Gio menjadi gila karena dirinya sendiri terperangkap dalam penjara batinnya.Selama Gio ingin sadar, maka dia akan sadar.Sejak Zoya ditangkap, Gio meninggalkan rumah sakit jiwa.Dengan mengandalkan kontak yang sudah disimpannya sebelumnya, Gio bisa datang dan mengikuti interogasi secara diam-diam.Hingga titik ini, akhirnya dia percaya dengan apa yang kukatakan.Cinta Zoya pada Gio hanyalah cinta biasa. Namun, cinta Gio kepadaku adalah cinta yang begitu mendalam, hingga menembus tulang sumsum."Zoya, aku nggak akan pernah melepaskanmu, sekalipun kamu jadi hantu!"Gio berteriak keras.Zoya tersenyum sedih."Kak Gio, aku benar-benar mencintaimu.""Kalau kamu ing
"Kenapa kamu jatuh cinta pada Celia? Dia cuma mengenalmu lebih dulu. Kalau yang pertama bertemu denganmu adalah aku, kita berdua pasti sudah menikah!"Zoya tiba-tiba tertawa terbahak-bahak."Untungnya dia sudah mati, haha. Harusnya dia sudah lama mati!""Selama Kakak masih hidup, suatu hari nanti, Kakak akan melupakan Celia dan sepenuhnya menjadi milikku!"Gio menatap Zoya dengan bingung dan linglung. Dia sudah tidak bisa lagi berpikir dengan normal.Zoya tersenyum dan menatapnya dengan penuh keyakinan."Kak Gio, aku mencintaimu. Demi mendapatkanmu, aku rela mengorbankan segalanya.""Kamu nggak tahu seberapa banyak yang sudah aku korbankan. Demi memutus hubunganmu dengan Celia, aku bahkan rela merobek ligamenku sendiri, hingga aku menderita cacat seumur hidup.""Kak, Celia benar. Perasaanku padamu bukan sekadar perasaan antar saudara."Zoya meraih tangan Gio dan berkata dengan emosional, "Inilah cinta."Gio mengedipkan matanya dengan bingung, lalu tiba-tiba tersenyum."Celia, aku juga
Orang tuaku mengambil jenazahku dari kamar mayat dan membawanya pulang untuk dimakamkan.Setelah mendengar kabar itu, Gio seperti orang gila, bergegas kembali hanya untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Dia berlutut di depan rumahku selama tiga hari tiga malam, memohon untuk melihatku, untuk yang terakhir kalinya.Para pelayan mengusirnya keluar."Apakah kamu belum cukup melihatnya? Bukankah kamu yang memperbaiki jenazah Celia?""Kamu nggak mengenali Celia begitu lama dan sekarang kamu punya keberanian untuk datang menemuinya, untuk yang terakhir kalinya?”"Kalau Celia masih hidup, dia pasti nggak mau melihatmu. Jangan pura-pura di sini dan berlutut. Itu cuma akan mengotori jalan pulang Celia."Pada hari pemakamanku, hujan turun dengan deras, sama seperti hari aku dibunuh.Gio tidak diizinkan mendekati pemakamanku.Dia berlutut di luar kerumunan para pelayat, membiarkan hujan deras membasahi dirinya.Zoya bergegas menghampirinya dan memayunginya."Kak Gio, kamu belum makan sela
Selama dirawat di rumah sakit, Gio selalu menemani Zoya di tempat tidur dan meninggalkanku.Gio menyalahkanku karena melukai kaki Zoya.Meskipun aku sudah berulang kali menjelaskan, rasa tidak sabar yang terlihat di matanya terhadapku menjadi makin dalam."Celia, coba pikirkan apakah kata-katamu ini masuk akal? Apakah semua itu mungkin?""Seorang gadis kecil seperti Zoya, demi menjebakmu, malah merusak ligamennya sendiri? Bagaimana mungkin dia yang seusia itu bisa melakukan hal seperti itu?"Aku tidak mengatakan apa-apa.Jika aku tidak memeriksa rekaman kamera pengawas berkali-kali dan memutar ulang kejadian itu dalam pikiranku, aku juga tidak akan percaya jika Zoya bisa melakukan hal seperti itu.Namun, makin sulit dipercaya, makin menakutkan kebenarannya.Seseorang yang terlalu kejam, bisa menyakiti dirinya sendiri.Kesabaran Gio kepadaku sudah habis."Celia, masalah ini sudah berlalu. Jangan mengungkitnya lagi. Jangan bersikap terlalu agresif pada Zoya ke depannya.""Di hatiku, Zoya
Aku menasihati Zoya untuk tidak terburu-buru bisa.Namun, Zoya malah balik bertanya kepadaku, "Apa Kak Celia takut setelah aku berhasil berlatih, aku akan memiliki bentuk tubuh yang lebih baik dan menjadi ancaman bagimu?"Aku terdiam dan membiarkannya berlatih.Di penghujung hari, semua murid sudah pulang. Hanya tinggal aku dan Zoya saja.Tiba-tiba saja, Zoya berkata, "Kak Celia, aku nggak bisa bangun. Bisakah kamu menarikku?"Aku memegang tangan Zoya dan bersiap untuk menariknya ke atas. Namun, detik berikutnya, aku merasakan kekuatan dari tangan Zoya yang justru menarikku ke bawah.Zoya tiba-tiba menarikku ke bawah dengan kuat, hingga aku jatuh menimpanya.Segera setelah itu, terdengar jeritan yang begitu tajam."Kakiku! Sakit sekali kakiku!"Zoya memeluk betisnya erat-erat dan berguling-guling kesakitan di lantai."Kak Celia, kenapa kamu sengaja menekan kakiku? Kelenturan tubuhku nggak bagus. Jadi, Kakak nggak bisa menekannya sekeras ini?"Aku terkejut dan buru-buru menjelaskan.Nam
Ketika Gio kembali tersadar, Zoya tengah menjaganya di depan ranjang rumah sakit.Mata Zoya tampak merah juga bengkak dan dia terisak. "Kak Gio, aku sudah tahu semua tentang Kak Celia. Huhuhu … ini semua salahku. Kalau bukan karena aku, Kak Celia nggak akan pergi dari rumah, apalagi sampai dibunuh …."Zoya berkata dengan penuh emosional dan tulus. Namun, kata-kata yang diucapkannya langsung memancing saraf Gio yang rapuh itu.Aku menatap Gio dengan cemas. Akan tetapi, ekspresi Gio sama sekali tidak berubah.Raut wajah Gio benar-benar menunjukkan mati rasa sepenuhnya.Mata Gio terlihat kosong dan tak bernyawa.Gio bahkan sama sekali tidak memperhatikan Zoya.Zoya meratap dan berkata, "Kak Gio, jangan menakut-nakutiku. Cepat bangun! Aku Zoya."Namun, tidak peduli bagaimana Zoya menangis, Gio tetap saja tidak bergeming.Pintu kamar tiba-tiba ditendang sampai terbuka."Gio! Apa kamu pantas untuk putriku?"Orang tuaku bergegas masuk sambil menangis.Tatapan kosong Gio perlahan-lahan mulai f