Chofa lahir beratus-ratus tahun yang lalu, tak ada yang tahu kapan kemunculan persis pertamanya. Namun ada sebuah cerita turun temurun yang melegenda tentang kelahiran awal mula Chofa yang tadinya tak ada. Konon katanya, ada manusia yang berteman baik dengan iblis, dia adalah seorang pria bernama Anar. Anar memiliki kemampuan unik dengan bisa memasuki dunia selain dunia manusia sesukanya, termasuk dunia tempat iblis berada.
Pertama kali Anar mengetahui kekuatannya saat dia berusia tiga belas tahun, saat itu, sebuah lubang hitam muncul di hadapan Anar ketika dia mengarahkan kedua telapak tangan ke depan. Bocah yang baru genap tujuh tahun itu awalnya takut dengan kejadian yang ia alami, namun lama kelamaan ia semakin penasaran dengan lubang hitam yang selalu muncul jika ia dengan sengaja mengarahkan kedua telapak tangannya ke depan. Suatu ketika, Anar memasuki lubang hitam yang misterius tersebut. Anar berhasil masuk, tubuhnya seolah terseret dengan cepat ke dalam lubang hitam.
Saat sadar, Anar sudah tak lagi berada di tempat yang ia kenal, tempat itu sangat asing, langitnya hampir hitam meski tak ada awan yang menutup dan matahari di sana sangat berkilau terang, namun terangnya masih tak bisa membirukan langit gelap. Anar mencoba bangun dari tidurnya, melihat sekitar yang begitu ganjil. Ia berada di pinggir sebuah hutan, pohon-pohon menjalar lebat di samping Anar, anak itu mundur-menjauh dari hutan yang terlihat menakutkan. Untunglah tidak terjadi apa-apa pada Anar, tubuhnya utuh dan semua fungsi indranya berjalan normal.
Anar membalikkan badan, matanya merekah, bahasa tubuhnya berseru takjub, di depannya terpapar sebuah pemandangan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Sebuah desa yang aneh, begitu pula dengan makhluk-makhluk yang menghuni desa tersebut. Tanah yang Anar pijak lebih ke atas dari dataran di sekitarnya hingga ia bisa melihat pemandangan desa tersebut dengan cukup jelas. Anar menelan ludah kemudian memberanikan diri menuju desa misterius di hadapannya itu dengan menuruni gundukkan tanah yang lumayan curam.
Anar berjalan setengah berlari, menyelidik setiap sisi, memastikan tak ada hal yang mengancam dirinya. Setelah yakin, Anar berlari kencang. Beberapa saat kemudian, di hadapan Anar terpampang sebuah kayu tinggi bertuliskan sesuatu yang tak bisa ia baca. Di bawah tulisan tersebut, terdapat dua orang, atau bukan orang? Mereka mengenakan pakaian besi yang biasa digunakan untuk berperang lengkap dengan sebuah pedang yang sudah sedia di pinggang mereka, tinggi kedua penjaga itu seperti dua buah rumah, membuat Anar sangat terlihat kecil dan harus mendongak hampir sembilan puluh derajat untuk dapat melihat wajah mereka jika dari jarak dekat. Tak ada respon apa pun, kedua penjaga itu seakan tidak melihat Anar, ia memberanikan diri masuk ke desa aneh tersebut.
Saat pertama kali masuk, Anar dihadiahi pemandangan bagian desa yang paling dekat dengan dinding perbatasan, di sana banyak penjual benda-benda yang tidak Anar mengerti menjajakan barang-barangnya. Anar masuk lebih dalam, masih belum ada yang menyadari kehadirannya, di sekeliling bocah tiga belas tahun tersebut terdengar ramainya jual beli meski Anar tak mengerti bahasa mereka. Fisik para penjual dan pembeli yang Anar temui beragam, di antara mereka, tak ada yang persis seperti manusia, semua makhluk memiliki tanduk, bahkan beberapa berekor panjang menjuntai membuat Anar kagum setengah takut.
Beberapa langkah Anar menyusuri bagian depan desa, salah seorang pedagang menyadari jika ada manusia yang berjalan dengan santainya. Penjual tersebut berteriak, mengeluarkan kata-kata yang tidak Anar kenal, wajah anak itu masam, kemudian segera ambil ancang-ancang balik badan tuk berlari kencang. Namun, saat ia membalikkan badan, dua orang penjaga yang ia temui di depan gerbang sudah berdiri lamat menatap. Anar mendongak sembari menelan ludah.
Akhirnya bocah itu dibawa ke sebuah tempat di mana penguasa desa berada. Bangunannya lebih besar dari bangunan lain, tapi hawa suram sempat terasa ketika Anar melewati sebuah lorong bawah tanah aneh, dari lorong tersebut keluar asap hitam yang tak henti-hentinya. Ingin rasanya ia bertanya tentang lorong tersebut, namun mencoba bicara pun beda bahasa.
Anar ditaruh, di hadapan sesosok makhluk setinggi dua meter, berfisik seperti manusia namun memiliki dua tanduk hitam legam serta sepasang sayap kelelawar besar yang membuatnya terlihat menyeramkan. Raut Anar semakin masam, ia melangkah mundur dua langkah.
“Tenanglah, Bocah. Kau tak akan terluka,” tiba-tiba saja sosok menyeramkan di hadapan Anar itu berbicara bahasa manusia.
Anar menelan ludah untuk ketiga kalinya di dunia itu. “A-I-ini di mana?”
“Kau masuk di Dunia Iblis, Nak,” jawab sosok yang diketahui adalah iblis tersebut. “Aku adalah Verte, penguasa wilayah ini.”
“Dunia iblis?” Anar kebingungan, melirik ke segala arah.
“Ya. Hey, apakah manusia tidak diajarkan sopan santun tentang perkenalan? Bukannya ada yang harus kau sebutkan?” sidik Verte dengan senyum yang menyeramkan.
“A-aku Anar.”
“Selamat, Anar. Kau memiliki kemampuan unik yang hanya dimiliki satu per satu miliar manusia, dan kau bisa menggunakan kemampuan itu saat masih sekecil ini? Itu benar-benar luar biasa,” kagum Verte, suara cerianya masih terdengar menyeramkan bagi manusia.
“Apa… aku bisa kembali ke duniaku?” tanya Anar, ia membutuhkan keberanian untuk melontarkan pertanyaan barusan.
“Tentu….” Verte mendekatkan wajahnya ke Anar, membuat bocah itu mundur beberapa langkah lagi. “Tapi ada syaratnya.”
Anar menelan ludahnya untuk yang keempat kali. “A-apa itu?”
“Pertama, bisa kau tunjukkan caramu masuk ke dunia ini?” pinta Verte.
Ting! Anar teringat bagaimana bisa ia berada di dunia ini, dan kemungkinan besar hal itu juga bisa ia lakukan untuk pulang dan lepas dari kesalahannya ini-masuk ke Dunia Iblis. Anar mengangkat kedua telapak tangannya, kemudian diarahkan ke depan. Zonk. Tidak terjadi apa-apa. Anar mencobanya kembali, lagi dan lagi namun tetap tidak terjadi apa pun.
“Hahaha! Sudah kuduga,” tawa Verte mengeras. “Kau hanya bisa menggunakannya sesekali saja, jika sudah masuk ke dalam suatu dunia, kau akan menunggu setidaknya satu tahun agar kemampuanmu bisa digunakan kembali. Karena kemampuan berpindah dunia itu sangat-sangat langka.” Verte berjalan menyusuri ruangannya. “Aku ingin membuat kesepakatan denganmu. Kau akan mendapatkan penghidupan di sini dengan layak, tapi kau harus menggunakan ‘jatah’ kekuatanmu berikutnya untuk kepentinganku, setelah itu… kau bebas melakukan apa pun, bagaimana?”
Berpindah dunia adalah sesuatu yang sangat istimewa, bahkan di Dunia Iblis pun hal itu sangat berharga. Dengan memindahkan sesuatu ke dunia lain, Ras Iblis bisa menaruh mata-mata di dunia tersebut, atau bahkan mengirimkan benih berbahaya yang nantinya bisa merusak, menjadi parasit, dan alhasil menghancurkan suatu dunia yang Iblis inginkan.
“Kalau aku menolak?” tanya Anar tuk memastikan.
“Tentu kau tak akan selamat di dunia ini… bagaimana? Tawaran yang menarik, bukan?”
Anar menelan ludah untuk yang kelima kalinya. “B-baik, aku menerimanya.”
Anar disuruh menandatangani sebuah kontrak di atas batu hitam dengan kapur, ia pun menurut. Kontrak tersebut bukanlah kontrak biasa, hal itu sudah disetujui kedua belah pihak dan jika salah satunya melanggar, maka akan resiko yang akan ditanggung. Begitulah yang dijelaskan Verte pada anak berusia tiga belas tahun di hadapannya.
Anar menghabiskan waktunya di Dunia Iblis dengan rasa penasaran tinggi, meski awalnya banyak Ras Iblis mendelik bingung-mengapa ada manusia di dunia tersebut? Namun lama kelamaan pikiran-pikiran itu sirna, Anar bisa menunjukkan jika dia hanyalah anak kecil biasa. Ditambah banyak kaki-tangan Verte yang menjelaskan pada warga desa mengenai Anar, di mana ia hanyalah seorang anak manusia yang tersesat dan akan dikembalikan nanti.Iblis bisa berbahasa manusia namun Anar tidak bisa mengerti atau mengucapkan bahasa yang digunakan iblis, oleh karena itu, Anar diberi kemampuan untuk memahami bahasa yang digunakan iblis.Anar mempunyai teman sebayanya bernama Greill, Greill adalah iblis wanita yang berumur tiga belas tahun-sama seperti Anar saat itu. Greill memiliki fisik seperti manusia namun berpasang tanduk hitam seperti iblis pada umumnya. Greill juga memiliki tampang seperti manusia yang membuatnya menarik sebagai seorang wanita.Greill mengenalkan banyak hal mengena
Vee menyusuri kota dengan bentuk setengah iblisnya, membawa serta pedang di tangan kanan untuk bersiaga jika ada Chofa yang mendadak ia temukan. Vee melompati setiap gedung, menikmati angin malam yang namun tenang. Tudung hitam selalu menutupi kepala tengkoraknya agar tidak diketahui orang.Tengah malam sudah tiba, dan tidak ada Chofa yang ditemukan Vee malam itu, ia memutuskan untuk kembali ke rumah tuk beristirahat. Vee tetaplah manusia yang membutuhkan tidur. Dalam perjalanan pulang menuju rumah, Vee tidak menemukan hal yang mencurigakan seperti tanda-tanda kemunculan Chofa atau apa pun. Biasanya, Vee akan menangani Chofa yang ia temukan terlebih dahulu meski dalam perjalanan pulang, ia tidak mungkin bisa tidur nyenyak jika mendapati Chofa yang belum ia basmi.Vee terlebih dahulu memastikan jika adiknya sudah tertidur nyenyak lewat jendela yang bisa ia intip, meski kamar tersebut gelap, Vee bisa menggunakan cahaya biru dari matanya untuk menerangi penglihatan. Setel
Satu pelanggan terlayani dengan puas, membawa dua buah anakan lidah mertua. Vee kembali duduk, menghembuskan napas perlahan kemudian mengeluarkannya kembali secara perlahan pula. Terus berulang sampai dirinya benar-benar tenang. Matanya kembali menutup untuk mencoba kembali masuk ke dalam alam bawah sadar dan bertemu dengan sosok wanita aneh di alam berwarna penuh putihnya.Lama sekali Vee menutup mata, namun tak kunjung ia menuju apa yang ia inginkan. Tubuhnya masih sadar sekitar, dunia penuh dengan warna putih itu tak kunjung datang. Vee pun bosan dengan sendirinya, menutup mata terlalu rapat membuat otot kelopak matanya lelah. Sejenak ia buka kedua mata, lalu melihat pemandangan sekitar, banyak tanaman di luar toko yang bertujuan agar tanaman-tanaman tersebut mendapatkan sinar matahari, di seberang sana jalanan cukup sepi, hanya beberapa motor berlalu lalang yang sesekali melirik toko berlabel “Batang Pohon Ajaib” itu.Setelah pikiran Vee kembali tenang,
Azamy berdiri dari tempat duduknya, mengarahkan tangan ke arah ular raksasa kemudian ular tersebut lenyap menjadi abu hitam, berterbaran di atas tanah putih yang seperti jelly. “Kristal tersebut memang tidak bisa dihancurkan dengan kekuatan manusia biasa, aku hanya menguji bagaimana ekspresimu saat mengetahui jika suatu kemungkinan itu hilang.” Azamy berjalan mendekat ke arah Vee, sementara sang Gadis Cantik meniadakan siaga kemudian berdiri seperti biasanya. “Bisa menyentuh kristal itu tanpa bantuan kekuatan iblis saja sudah mengagumkan. Kembalilah!” seru Azamy. Vee mengangguk kemudian badannya tiba-tiba saja menghilang dari dunia putih tersebut. *** Feri pulang, disambut Vee yang sudah menduga jika adiknya akan pulang sekolah saat matahari masih di puncak, hari masih siang. “Kakak pasti bingung kenapa aku pulang siang lagi, kan?” tebak iseng sang Adik. Vee membalasnya dengan gelengan. “Kakak tah
Chofa sangat tertarik dengan emosi negatif manusia. Marah, kesal, dendam,putus asa, iri, benci dan masih banyak lagi. Chofa akan mendekati manusia-manusia yang sedang dalam emosi tersebut. Mengajak mereka untuk terjerumus ke suatu tindakan yang menjadi ujung dari sebuah kehidupan, membunuh atau dibunuh. Chofa tidak akan memakan jiwa-jiwa manusia yang memiliki emosi negatif kuat, ia akan merasuki manusia-manusia tersebut dan menjadikannya sebagai tameng untuk bisa bertahan hidup dari kemusnahan dua kali.Saat emosi negatif manusia meninggi, saat itulah Chofa sangat memiliki cela lebar untuk masuk. Setelah seorang manusia dirasuki oleh Chofa, manusia tersebut tidak lagi utuh, kebanyakan dari tindakannya dikuasai Chofa, aura hitamnya pun akan terasa kental, apalagi saat hari semakin malam.Anak perempuan yang dirasuki oleh Chofa dan sedang berhadapan dengan Lava juga Vee itu adalah Fira. Fira memiliki kehidupan yang begitu menyesakkan hati. Ayah dan ibunya sudah pisah sem
Lava menyerang dengan cepat ke arah anak perempuan yang sedang dirasuki Chofa di hadapannya tersebut, sementara Vee masih tidak tega jika harus benar-benar membunuh anak itu untuk mengalahkan Chofa, ia masih memutar otak.Sebuah pukulan dahsyat dilancarkan Lava dengan kepalan berlapis es, namun sebuah benda hitam yang sedari tadi menyelimuti anak perempuan itu menahannya, malah Lava dibuat terpental jauh hingga menabrak pembatas lapangan. Tapi seperti Lava yang biasanya, dia tersenyum karena mendapatkan lawan yang kuat. “Sepertinya, kau lawan yang cocok untukku,” kata Lava sembari kembali berdiri. Kemudian dia kembali menyerang, kali ini semua lengannya dilapisi oleh es, lengan kanannya memiliki es yang runcing setajam pedang. SLASH! Lava berusaha menebas ke arah anak perempuan itu, namun masih digagalkan oleh benda hitam yang selalu melindunginya. Lagi, Lava terpental karena sebuah hantaman dari benda hitam. Lelaki dari keluarga Ice itu belum menyerah, ia kembali
Siang begitu terik, matahari bersinar tanpa ragu, tak ada awan hitam yang mengganggunya. Hal itu membuat kebanyakan manusia beristirahat dari aktivitas harian, atau sekedar menikmati teduh dengan mampir di warung-warung pinggir jalan yang menyediakan minuman dingin.Vee sedang asik mencatat di buku hariannya, buku harian yang berisi penuh petualangan si Gadis Tengkorak itu saat malam. Terutama apa yang terjadi malam ini di mana baru pertama kali ia bertemu dengan Chofa yang merasuki tubuh manusia, meski sebelumnya sudah sering diceritakan oleh sang ayah atau beberapa keluarga lain, tetap saja: Pengalaman melihatnya langsung yang paling berkesan. Vee menulis apa yang dirasakan juga dilihatnya, termasuk kematian anak perempuan, juga kejadian setelah seorang nenek mengetahui cucunya meninggal dengan mengenaskan yang tidak Vee ketahui kelanjutannya karena lekas meninggalkan tempat.Sebenarnya Vee merasa tenang karena adiknya sudah tidak lagi dipulangkan siang ini, itu bera
Vee mulai serius pasca dia tahu jika Chofa yang dia hadapi bukanlah Chofa biasa. Chofa tersebut sudah memakan puluhan jiwa, dan mendapatkan kekuatan yang luar biasa dari jiwa yang ia makan. Vee memulai fokusnya, ia kini bisa menyamai kecepatan serangan dari Chofa tersebut. Meski Vee terpukul mundur, ia selalu mencari celah untuk melawan balik Chofa tersebut. Pertarungan mereka berdua begitu sengit, Vee terus menerus menghindar sementara serangan Chofa begitu cepat meski terus menerus memukul angin karena Vee bisa menyamai gerakannya.SLASH! Vee berhasil melancarkan satu serangan tepat mengenai lengan Chofa itu, membuat lengan tersebut terpotong. Namun Vee melihat sesuatu hal yang belum pernah ia lihat, regenerasi Chofa itu begitu cepat. Dalam tiga detik, lengan besar itu kembali, lalu lekas menyerang Gadis Tengkorak yang masih tercengang dengan kemampuan regenerasi Chofa di hadapannya. Alhasil, Vee terkena serangan itu, tubuhnya lagi-lagi terpelanting dan menabrak sebuah poho