Share

2. Sebuah Ide

Reza dan Rudy yang awalnya sedang sibuk membicarakan Tania, lantas mengalihkan tatapannya ke arah Rafi. Kedua pemuda itu segera mengikuti arah pandang Rafi.

“Ish, Om Andi,” desis Reza dengan tatapan tak percaya.

Rudy menyenggol lengan Reza, dan memberi kode melalui kedipan matanya agar sahabatnya itu tak memberi komentar apa pun. Reza yang paham, akhirnya menganggukkan kepalanya.

Sementara itu, Rafi yang sudah emosi lantas beranjak dari kursi dengan wajah merah padam.

“Raf, mau ke mana?” tanya Rudy dan Reza bersamaan.

“Ya mau ke butik itu,” sahut Rafi dengan dagu yang diarahkan ke tempat di mana Tania dan papanya saat ini berada.

“Eits, tunggu dulu, Bro! Jangan gegabah dulu. Jangan bikin onar di tempat umum, karena nanti ujung-ujungnya elu yang jadi tertuduh. Elu nggak mau kan kalau hal ini terjadi?” ucap Rudy. Dia lalu menarik lengan Rafi agar sahabatnya itu kembali duduk.

Rafi akhirnya kembali duduk di kursinya semula dengan napas memburu karena menahan emosi.

Sementara Reza menyerahkan air mineral dalam kemasan botol pada sahabatnya itu. “Minum dulu, Raf. Biar emosi elu reda. Terus pikirkan langkah selanjutnya dengan baik. Jangan gegabah. Kita berdua bisa kok elu jadikan teman diskusi. Kita sudah berteman dari SMP, lho. Jadi jangan sungkan curhat sama kita,” ucap Reza tulus.

“Betul yang Reza katakan, Raf. Kita berunding dulu untuk langkah selanjutnya. Gue juga gemas lihat Tania jadi sugar baby Om Andi.” Rudy berkata sambil mengepalkan kedua tangannya.

Rafi yang sudah meneguk air mineral, lantas menatap kedua sahabatnya dengan senyuman yang tersungging di bibirnya.

“Terima kasih kalian berdua sudah bersedia menjadi sahabat terbaik gue. Tapi, ini adalah masalah keluarga yang harus diselesaikan oleh anggota keluarga juga. Papa harus tahu diri kalau sudah berbuat kesalahan besar dalam hidupnya,” ucap Rafi dengan tatapan pada kedua sahabatnya itu, dan sesekali mengalihkan tatapan ke arah butik yang ada di seberang kedai kopi itu.

“Terus elu mau kasih tahu Tante Hanum?” tanya Reza.

Rafi terdiam dan mencerna pertanyaan Reza. Dia seolah tengah mempertimbangkan untuk memberitahu sang ibu, atau dia simpan sendiri perbuatan tercela papanya.

“Gue nggak tega kalau kasih tahu ke mama, Za,” ucap Rafi akhirnya dengan suara lirih.

“Nah, itu yang perlu elu pertimbangkan langkah selanjutnya, Raf. Kalau elu mau, gue bisa bantu kok,” sahut Reza serius.

“Gue juga mau bantu. Kita kerjain itu si Tania, supaya mau tinggalin Om Andi. Kalau sudah begitu, mudah-mudahan Om Andi bisa kapok punya sugar baby. Terus kembali jadi suami dan papa yang baik,” timpal Rudy.

Rafi yang mendengar penuturan kedua sahabatnya menjadi tertarik.

“Apa kalian sudah punya rencana?” tanya Rafi antusias.

“Kalau gue sih sudah,” sahut Reza.

“Apa?” tanya Rafi dan Rudy bersamaan. Keduanya mencondongkan tubuhnya ke arah Reza.

Reza tertawa melihat reaksi kedua sahabatnya itu. “Penasaran ya kalian.”

Rafi dan Rudy sontak menghela napas panjang dan menatap Reza dengan tatapan kesal.

“Kalau ada ide, cepat bilang!” tegas Rafi tak sabar.

Reza masih dengan tawanya, hingga setelah beberapa saat tawanya pun reda.

“Kita rekam mereka dan kita bikin viral rekaman itu di grup pesan kampus, bagaimana?”

Rafi dan Rudy saling pandang. Akhirnya Rafi pun mengangguk dengan senyum semringah.

“Gue setuju itu, Za. Nggak sangka kalau ide elu cemerlang juga.” Rafi menyahut sambil tersenyum lebar.

“Reza gitu lho.” Reza menyahut dengan ekspresi penuh kebanggaan.

Luapan kegembiraan yang Rafi serta Reza tunjukkan berbanding terbalik dengan Rudy, yang saat ini terdiam sambil mengerutkan kedua keningnya. Tampak pemuda itu tengah berpikir keras akan ide yang Reza cetuskan tadi.

“Eh, sebentar deh. Kalian hati-hati dalam bertindak. Kalau video itu tersebar di kampus, otomatis orang akan tahu kalau papanya Rafi yang jadi ‘Daddy’ si Tania. Itu akan berimbas pada Rafi juga. Dia pasti akan jadi bahan gibah juga di kampus selain Tania, apa itu yang kalian mau?” ucap Rudy dengan tatapan pada kedua sahabatnya itu secara bergantian.

Rafi dan Reza saling pandang, lalu kembali lagi menatap Rudy dengan tatapan penuh tanya.

“Apa lu sudah punya rencana lain selain merekam mereka, Rud?” tanya Rafi.

“Iya, memang ada rencana lain, meskipun kita tetap merekam interaksi mereka untuk dijadikan bukti. Tapi, jangan langsung disebarkan di grup kampus. Kita edit dulu wajahnya Om Andi. Biar nggak ada yang tahu identitas ‘Daddy’ si Tania itu. Jadi kita bidik Tania saja. Kita serang mentalnya Tania. Kalau urusan Om Andi, biar Tante Hanum yang urus. Itu sih rencana gue. Jadi Rafi aman di kampus, nggak jadi bahan gosip,” papar Rudy, yang diangguki oleh Reza. Namun, tidak dengan Rafi.

Rafi tampak terdiam sesaat. Dalam hatinya, dia ingin mengurus masalah ini sendiri tanpa diketahui sang mama. Dia tak mau hati mamanya akan terluka karena pengkhianatan yang dilakukan oleh papanya.

“Raf, kok diam? Elu setuju nggak?” tanya Rudy memastikan.

Rafi menggelengkan kepalanya. “Gue kurang setuju dengan rencana elu, Rud. Gue nggak mau mama tahu aksi papa yang memalukan itu. Hati mama pasti sangat terluka, Rud.”

Rudy menghela napas panjang dan menatap wajah tampan sahabatnya itu dengan prihatin.

“Cepat atau lambat, mama elu akan tahu juga. Selingkuh itu suatu penyakit, Raf. Sekali berbuat, pasti akan kecanduan. Itu yang pernah gue dengar saat mama gue ngobrol sama temannya, yang kebetulan suaminya juga selingkuh. Katanya, sekali selingkuh pasti akan ada yang kedua kali. Masih kata mama gue, lelaki yang selingkuh itu nggak pantas diberi maaf karena pasti akan mengulanginya lagi. Terus baru-baru ini gue dengar, kalau teman mama itu sekarang hidupnya bahagia,” sahut Rudy kalem.

Rafi yang mendengar kata bahagia dari bibir sahabatnya itu, segera beringsut ke dekat Rudy. Dia ingin tahu lebih jauh yang ada di pikiran sahabatnya itu. Rafi ingin agar mamanya hidup bahagia seperti dulu, sebelum ada perubahan dalam diri sang papa.

“Apa yang membuat teman mama elu jadi bahagia setelah tahu kalau suaminya selingkuh?” tanya Rafi penasaran.

“Teman mama akhirnya bercerai dengan suaminya, karena dia nggak bisa memaafkan si suami. Baginya pengkhianat tetaplah pengkhianat sampai kapan pun juga. Sekarang Tante Ria hidup bahagia bersama dengan anaknya, setelah dia bercerai,” sahut Rudy, yang membuat Rafi tersentak.

Bukan hanya Rafi saja yang tersentak, Reza pun sama terkejutnya ketika mendengar penuturan Rudy.

“Apa nggak ada cara lain selain perceraian?” timpal Reza.

“Itu yang gue dengar dari obrolan mama gue sama Tante Ria, Za. Gue nggak menyarankan supaya orang tua Rafi bercerai. Tapi, saran gue hanya satu. Sebaiknya Rafi ngomong sama mamanya pelan-pelan. Mungkin dengan cara kasih lihat video yang sebentar lagi kita rekam. Dari pada mamanya Rafi tahu belakangan dan lebih sakit hati karena dibohongi, lebih baik tahu dari sekarang,” sahut Rudy.

Hati Rafi dilema saat ini. Di satu sisi, dia ingin agar papanya segera menyudahi perbuatan tercelanya itu. Tapi di sisi lain, dia tak tega kalau sampai harus memberitahu mamanya mengenai ulah sang papa. Dia tak tega melihat wajah sendu dan air mata sang mama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status