Home / Rumah Tangga / Pujaan Hati Sang Tuan Muda / Bab 4 - Pernikahan & Perjanjian

Share

Bab 4 - Pernikahan & Perjanjian

last update Last Updated: 2023-10-28 08:48:40

Plak!

Wajah Irina terlempar ke samping setelah tamparan keras dari Dewi, ibu dari Kevin, mendarat sempurna di pipinya.

“Mama!” Kevin berseru karena tak percaya dengan apa yang sudah dilakukan ibunya. Bahkan, dia segera menarik tubuh Irina ke belakangnya, menengahi karena dia tidak mau ibunya berbuat lebih jauh lagi pada Irina.

“Perempuan kurang ajar! Inikah balasan yang kamu berikan pada keluarga saya?! Kamu sudah melempar kotoran pada keluarga besar saya!” Dewi sangat marah. Sungguh.

Kevin adalah putra satu-satunya dari Keluarga Diningrat. Sejak dulu, Dewi ingin memiliki anak lain, jika bisa anak perempuan. Karena Tuhan tidak memberikan kesempatan tersebut, ia akhirnya menganggap Irina sebagai anaknya sendiri. Dewi membiayai Irina karena dia tahu, Irina adalah anak yang baik dan pintar. Ditambah, Irina mau bekerja keras. Saat Irina terjun di dunia permodelan dan sukses di sana, Dewi juga mendukung penuh.

Kini, Dewi tidak menyangka bahwa Irina akan mempermalukan keluarga besarnya sampai seperti ini. Andai saja Kevin belum memiliki tunangan, jika saja pernikahannya tak dilakukan bulan depan, mungkin Dewi tidak akan semarah ini.

“Maafkan saya, Ibu.”

“Jangan panggil saya Ibu! Saya bukan ibu kamu!” Emosi masih menyelimuti Dewi.

“Ma, udah, dong. Ini enggak akan selesein masalah.” Ayah Kevin akhirnya membuka suaranya. “Semua sudah terjadi, sekarang yang bisa kita pikirkan adalah apa yang harus dilakukan selanjutnya.”

“Gugurkan saja bayi itu!” Dewi berseru keras, membuat Irina dengan spontan melindungi perutnya. Sudah hampir enam bulan ia ditemani oleh bayinya, Irina sudah merasa sayang dengan bayinya.

“Mama!” Kevin mulai marah dengan ucapan ibunya.

“Kenapa? Kamu mau belain dia?”

“Ma, kehamilan Irina sudah cukup besar, tidak mungkin kita membunuh nyawa yang tak berdosa.” Ayah Kevin kembali menengahi. “Satu-satunya jalan adalah mereka harus menikah.”

“Papa gimana, sih?! Kevin bulan depan harus menikah dengan Rani!”

“Apa Rani masih mau menikah dengan Kevin setelah semua ini? Ma, semua ini sudah terjadi. Hubungan Rani dan Kevin sudah pasti berakhir.”

“Sampai kapan pun, Mama enggak akan mau mengakui dia sebagai menantu di rumah ini!” Setelah itu, Dewi pergi begitu saja meninggalkan ruang keluarga.

***

Sepanjang perjalanan menuju kembali ke apartemen, Irina hanya diam. Begitu pun dengan Kevin. Irina mengalihkan pandangan ke luar jendela, jemarinya tak berhenti mengusap lembut perut buncitnya. Sedangkan, air matanya sendiri tak berhenti menetes.

Irina benar-benar telah kehilangan semuanya. Tidak seperti dulu, ketika dia mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua Kevin dan Kevin, cinta dari Max, kasih sayang dari keluarga Max, karier yang bagus, dan semuanya.

Kini, semua berubah seratus delapan puluh derajat. Orang tua Kevin, yang sudah seperti orang tua kandungnya, kini sangat kecewa dan marah padanya. Begitu pun dengan Kevin yang makin bersikap dingin. Max sudah meninggalkannya, begitu pun dengan keluarga pria itu. Kariernya mungkin juga akan ikut hancur setelah ini.

Sampailah mereka di apartemen Irina. Masih tanpa bicara, Irina keluar dari mobil Kevin dan segera menuju ke apartmennya. Rupanya, Kevin ikut serta di belakang.

“Istirahatlah. Besok kita akan mengurus semuanya di kantor catatan sipil.”

Irina menatap Kevin seketika. “Maafkan aku.”

“Enggak perlu.” Hanya itu jawaban dari Kevin.

“Kevin, kita bisa berpisah setelah bayinya lahir, dan aku bersumpah aku tidak akan menuntut apa pun dari kamu. Maafkan aku, aku ingin hubungan kita seperti dulu lagi.” Irina tidak mampu menahan tangisnya. Dia benar-benar merasa sendiri sekarang.

Melihat Irina yang menangis, Kevin segera merengkuh tubuh perempuan itu hingga masuk ke dalam pelukannya. Dia tidak mampu berkata-kata lagi. Kevin tahu, kini Irina sedang merasa sendiri.

***

Mereka akhirnya menikah di sebuah kantor catatan sipil. Tidak ada siapa pun yang menghadiri pernikahan mereka selain mereka berdua dan tentunya para petugas pencatatan sipil. Irina tidak bisa menuntut lebih. Saat ini, status hukum untuk anaknya saja sudah cukup.

“Kita akan makan siang di rumahku.” Irina menatap Kevin seketika saat pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu membuka suaranya dan mengutarakan niatnya.

Sejujurnya, Irina merasa trauma kembali ke rumah Kevin setelah kejadian itu. Bukan karena Irina takut ditampar lagi, sungguh bukan karena hal itu. Irina hanya khawatir jika ibu Kevin atau yang lainnya akan mencelakai bayinya.

“Um, apa tidak bisa di rumah saja? Maksudku….”

“Aku mau pamit sama Mama dan Papa, sekalian mengemas pakaian.” Kevin memotong kalimat Irina.

“Um, sejujurnya, kamu  tidak perlu sampai meninggalkan rumah. Maksudku, pernikahan ini hanya untuk bayi, jadi kupikir….”

“Kamu pikir bahwa lebih baik kita tinggal sendiri-sendiri?” tanya Kevin kemudian.

Irina mengangguk. “Aku sudah siapkan surat kontrak yang lain sebenarnya.”

“Apa gunanya? Perjanjian pertama yang kamu buat saja tidak bisa kamu tepati.”

“Aku ngerti kamu masih kecewa dengan keputusanku yang jujur di depan publik. Maafkan aku.”

Kevin memalingkan wajahnya ke arah lain. “Sudahlah, lupakan semuanya. Kita akan tetap dengan rencanaku.”

Pada akhirnya, Irina tidak bisa menolak. Bagaimanapun juga, Kevin adalah suaminya dan entah mengapa, dia tidak bisa membantah jika Kevin yang memintanya.

***

Makan siang terjadi dengan suasana yang tidak enak, bahkan bisa dibilang, suasananya sangat canggung dan sunyi. Hanya ada Kevin, Irina, dan ayah Kevin saja. Sedangkan Dewi, ibu Kevin, ia memilih tidak makan daripada harus satu meja makan dengan Irina. Ya, Dewi benar-benar membenci Irina saat ini dan perempuan itu tak sungkan untuk menunjukkannya.

“Jadi, kamu akan menempati rumah kita yang satunya?” Pertanyaan ayah Kevin membuat Irina menghentikan pergerakannya. Dia tahu bahwa pertanyaan itu ditunjukkan pada Kevin, bukan padanya.

“Ya, Pa.” Kevin menjawab pendek. “Apartemen tidak cukup besar untuk bayi.”

“Apa ada yang bisa Papa bantu?” tanya ayahnya lagi.

“Papa sudah membantu banyak hal. Kevin hanya mau Papa jagain dan tenangin Mama. Kevin akan sering-sering pulang.”

Ayahnya hanya menghela napas panjang. “Bagaimana dengan Rani dan keluarganya? Ada kabar?”

Irina membeku setelah mendengar pertanyaan itu. Sedangkan Kevin, ia tampak menggeleng. Irina merasa bersalah, sungguh. Rani adalah orang yang baik dan Irina merasa ia telah menghancurkan impian perempuan itu.

Irina harus menemui Rani dan meminta maaf secara langsung padanya. Masalahnya, maukah perempuan itu bertemu dengannya lagi?

-TBC-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 23 - Bunga

    Selama seminggu terakhir setelah kejadian Irina menampar Kevin malam itu, hubungan Irina dan Kevin kembali sedikit merenggang dan dingin. Irina sudah kembali tidur di kamar mereka. Namun, mereka hanya tidur. Kevin tak lagi menuntut haknya pada Irina setelah kejadian malam itu. Sedangkan Irina, meski dia merindukan sentuhan Kevin, Irina tentu tak mungkin tiba-tiba menggoda Kevin.Irina hanya sesekali mencoba mendekatkan diri pada Kevin, meski reaksi pria itu masih cuek-cuek saja. Meski begitu, Irina mengetahui, jika diam-diam Kevin perhatian padanya.Seperti… saat makan siang, tiba-tiba supir Kevin mengantarkan bingkisan makanan untuk Irina yang masih fokus dengan renovasi ruko untuk butiknya. Kevin juga sealu mengantar jemput Irina dengan alasan bahwa mereka satu arah.Perhatian-perhatian seperti itu membuat Irina sedikit tenang. Setidaknya dia tahu bahwa Kevin masih peduli dengannya, meski pria itu masih menampilkan ekspresi dingin dan cueknya.Hari ini, adalah hari pertama pembukaan

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 22 - Tuduhan & Tamparan

    Irina menyusul Kevin masuk ke dalam ruko tersebut. Kevin tampak mengamati seluruh penjuru ruangan yang sudah kosong karena para pekerja Irina memang sudah lebih dulu pulang sebelum Bastian pulang tadi. Lalu Irina membuka suaranya lagi dan mencoba untuk mencairkan suasana yang masih terasa tegang.“Kamu mau minum sesuatu?” tawar Irina.Kevin menatap Irina, masih dengan tatapan mata tajamnya “Kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Kenapa dia bisa di sini?”“Uumm, aku belum cerita ya? Ruko ini bekas studio foto milik Bastian. Aku ingat kalau tempatnya strategis, dan Bastian sudah pindah kantor hingga ruko ini kosong, jadinya aku memutuskan untuk menyewanya.”Kevin ternganga mendapati jawaban Irina yang jujur dan polos itu. Apa Irina tak memikirkan perasaanya? “Aku sudah bilang sama kamu, bahwa aku bisa membantumu mencarikan tempat. Tapi kamu memilih tetap di tempat ini. Sekarang aku tahu, apa alasannya.”“Aku hanya nggak mau buat kamu repot.”“Oh ya? Bukan karena agar kamu punya alasan

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 21 - Tegang

    Kevin memberhentikan mobilnya di depan sebuah ruko besar. Dia mengamati ruko tersebut, kemudian menatap Irina dan bertanya “Jadi, di sini kamu akan menjual semua koleksimu?” Setelah kembali dari kapal, Kevin sebenarnya akan mengantarkan Irina pulang dan dia kembali ke kantornya. Namun rupanya, Irina ingin diantar ke sebuah tempat yang akan menjadi tempat kerjanya nanti. Sebuah tempat yang akan disulap Irina menjadi butik tempat dia akan menjual koleksi baju dan barang-barang branded tak terpakai miliknya.Irina tersenyum dan mengangguk “Ya. Bagaimana menurutmu tempatnya?” tanya Irina balik.Kevin mengamati sekitarnya “Bagus dan ramai. Kamu pintar cari tempat.”Irina tersenyum senang. “Aku ingat kalau tempat ini tidak terpakai. Ini milik temanku, jadi, aku menghubunginya untuk menyewanya sementara.”“Kalau kamu mau aku bisa—”“Tidak.” Irina memotong kalimat Kevin. “Aku tahu kamu bisa membelinya, tapi tempat ini tidak dijual.” Irina menjelaskan.“Apa yang kamu lakukan di sini nanti?” t

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 20 - Putra Kita

    Cumbuan yang dilakukan Kevin semakin dalam, semakin menuntut, hingga akhirnya, Kevin tak mampu lagi menahan diri. Dilepaskannya tautan bibirnya pada bibir Irina, kemudian dengan napas yang masih memburu, Kevin mengajak Irina meninggalkan tempat tersebut menuju ke kamar di dalam kapal yang sudah dipersiapkan untuknya.Irina mengikuti saja kemanapun langkah kaki Kevin berjalan. Dia percaya sepenuhnya dengan pria itu, bahwa pria itu tak akan menyakitinya. Akhirnya, sampailah mereka di kamar yang sudah dipersiapkan. Irina mengamati segala penjuru ruangan. Rupanya, ruangan tersebut telah benar-benar dipersiapkan untuknya dan juga Kevin. Bahkan, tampak tertata rapi bunga-bunga di sana, membuat suasana terasa menjadi lebih romantis.“Kamu yang menyiapkan semua ini?” tanya Irina kemudian.Kevin menatap Irina dengan sungguh-sungguh. “Aku tak memiliki waktu sebanyak itu.” Irina tersenyum menanggapi jawaban Kevin. Pria itu kemudian mengulurkan jemarinya kembali menyentuh pipi Irinya, mengusapn

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 19 - Berkencan & Berdansa

    Jam Empat sore, Irina sudah pulang dari tempat yang dia kunjungi tadi. itu adalah sebuah tempat dimana dia akan mendirikan butik baju koleksinya. Irina bersyukur bahwa semuanya berjalan dengan lancar, dan segera mungkin dia akan mulai memindahkan koleksi-koleksi bajunya ke sana setelah tempat tersebut siap.Saat ini, Irina sedang mempersiapkan diri untuk berkencan dengan Kevin, seperti yang sudah mereka rencanakan tadi pagi. Mengingat hal itu membuat pipi Irina kembali merona seketika.Irina menggunakan gaun yang menurutnya paling bagus, merias wajahnya dengan make up secantik mungkin, bahkan dia juga menata rambutnya sendiri agar terlihat indah di mata Kevin. Ini akan menjadi kencan pertamanya dengan Kevin, dan entah kenapa Irina merasa sangat antusias.Tiba-tiba saja Irina jadi teringat tentang apa yang dikatakan ibunya dulu, bahwa Kevin akan selalu menjadi tuan muda untuknya. Irina menunduk sedih, dia menatap perutnya sendiri lalu mengusapnya dan tersenyum lembut. “Apa yang kulaku

  • Pujaan Hati Sang Tuan Muda   Bab 18 - Dasi & Sarapan Bersama

    Pagi hari, Irina sudah membuka matanya, tapi dia memutuskan untuk tak bergerak dan tetap berada dalam rengkuhan Kevin. Selain karena canggung, Irina juga ingin menikmati kebersamaannya dengan Kevin lebih lama lagi. Irina takut, jika dia bangun lalu semua kebahagiaan ini akan berakhir seperti saat itu.Irina merasakan Kevin mengeratkan pelukannya, pria itu rupanya sudah bangun, namun tampak enggang bangkit dari tidurnya.“Kamu sudah bangun?” tanya Kevin dengan suara yang serak.Irina mengangguk lembut.“Mau mandi bareng?” tawar Kevin yang segera mendapatkan tatapan penuh arti dari Irina. Irina menunduk dan tersenyum. Pada akhirnya Kevin bangkit, mengajak Irina melakukan apa yang menjadi idenya tadi.*** Setelah mandi bersama, dan hanya mandi, karena meski menginginkan tubuh Irina, Kevin cukup tahu diri untuk tidak menyentuh tubuh Irina terlebih dahulu. Irina pasti lelah, dan dia tak ingin membuat Irina semakin kelelahan. Kevin mengganti pakaiannya dengan pakaian kerja, sedangkan Ir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status