Home / Urban / Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran / Cerita Wulan yang janggal

Share

Cerita Wulan yang janggal

Author: Rhienz
last update Last Updated: 2022-04-17 15:48:52

"Astagfirullah ibu, tega sekali ibu berkata seperti itu?" ucap Wulan lirih. Wajahnya memerah dengan mata berembun. Kali ini hatinya benar-benar terluka dengan perkataan ibu mertuanya itu.

"Wulan juga ingin seperti wanita lainnya, Bu. Wulan ingin melahirkan dan punya anak. Wulan juga ingin sekali memberikan ibu cucu. Keguguran itu bukan atas kehendak Wulan. Jika Wulan boleh memilih, Wulan juga tidak ingin kehilangan janin Wulan,"

"Alah, omong kosong! Jika kamu memang tidak ingin kehilangan janinmu, harusnya kau jaga kandunganmu dengan baik, kau itu memang tidak becus menjadi calon ibu!"

"Sudah, Bu, cukup!" ucap Sarah menghentikan ucapan ibunya yang sudah kelewat batas.

"Kamu tidak usah ikut campur, Sarah! Ini urusan ibu dengan Wulan,"

"Jika yang ibu permasalahkan adalah anak, itu berarti urusan Sarah juga, Bu. Ibu terus menerus menuntut Wulan untuk punya anak, tapi ibu lupa jika anak perempuan ibu juga belum bisa ngasih ibu cucu! Umur Sarah sudah hampir 35 tahun, Bu, tapi sampai saat ini Sarah belum pernah merasakan yang namanya hamil dan punya anak! Sarah belum bisa ngasih ibu cucu. Ucapan ibu kepada Wulan membuat Sarah terluka, Bu. Ibu menghina Wulan' itu sama saja dengan ibu menghina Sarah," ujar Sarah panjang lebar. Bibirnya bergetar dengan dada bergemuruh. Hatinya sungguh terluka mendengar setiap ucapan ibunya itu.

"Jangan samakan kamu dengan perempuan parasit ini Sarah. Kalian jelas berbeda! Kamu tidak memiliki anak itu bukan salah kamu, tapi salah suamimu yang meninggalkan kamu begitu saja demi pelacur murahan itu!" Sanggah Bu Ratna membela Sarah.

"Terserah ibu mau bilang apa, yang jelas' Sarah tidak suka jika ibu terus menerus menuntut Wulan untuk memberi ibu cucu," tegas Sarah pada ibunya.

"Ayo Wulan, Mbak antar kamu ke kamar," ajak Sarah. Mereka pun meninggalkan Bu Ratna seorang diri di ruang keluarga.

'Keterlaluan! Sarah dan Fatih sama saja! Sama-sama sudah dihasut oleh parasit itu,' gumam Bu Ratna kesal. Wanita paruh baya itu pun segera menghempaskan bokongnya di atas sofa.

***

"Kamu nggak usah dengar perkataan ibu barusan, mungkin ibu lagi emosi. Nggak usah kamu ambil hati, lupakan semuanya, jangan jadi beban," ucap Sarah saat mereka tiba di kamar Wulan.

"Iya, Mbak. Wulan ngerti' ko, Wulan paham bagaimana perasaan ibu saat ini. Ibu pasti kecewa karena Wulan keguguran lagi. Ibu pasti sudah sangat berharap bisa dapat cucu dari Mas Fatih," sahutnya menyeka air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya.

"Sudah nggak usah nangis lagi, hapus air mata kamu, lebih baik kamu segera istirahat. Jangan mikir macem-macem, kamu disini nggak sendiri, ada mbak yang akan selalu menjaga kamu," Sarah berusaha meyakinkan adik iparnya.

"Iya, Mbak. Terimakasih," jawab Wulan. Ia benar-benar beruntung memiliki Kakak ipar sebaik Sarah. Tidak bisa dibayangkan jika sikap Sarah sama seperti ibunya, Wulan pasti akan jauh lebih menderita.

"Kalau gitu mbak turun dulu yah! Kalau Mbak lama-lama disini takutnya ibu semakin murka, Mbak mau nemenin ibu di bawah. Kalau ada apa-apa kamu panggil aja Mbak atau si Mbok," ujarnya. Ia pun segera pergi meninggalkan kamar Wulan.

Wulan merebahkan tubuhnya di kasur, kata-kata ibu mertuanya masih terngiang di telinga. Rasa khawatir dan takut menjadi satu, Wulan paham betul bagaimana sifat Bu Ratna. Ia pasti akan melakukan segala cara untuk mencapai tujuannya. Saat ini Wulan rapuh, ia tidak tahu harus berbuat apa. Entah sampai kapan ia akan bersabar menghadapi sikap mertuanya itu.

Kring! Kring!

Ponselnya berdering, dengan cepat Wulan mengambil benda pipih yang berada di atas nakas. "Bude Ruti?" ucapnya menatap layar berukuran 6,5 inchi itu.

Wulan kembali menyeka air matanya sebelum berbicara dengan Bude Ruti.

Dengan ragu-ragu ia pun mulai menggeser tombol hijau di layar, dan seketika suara halus itu menyapa Wulan dengan penuh kecemasan.

"Assalamualaikum' nduk. Bagaimana kondisi kamu sekarang? Bude sangat khawatir nduk," ucap Bude Ruti cemas.

Bude Ruti adalah orang yang merawat dan membesarkan Wulan. Sejak kedua orang tua Wulan meninggal, Bude Ruti lah yang mengasuh Wulan. Ia adalah Kakak kandung mendiang ibu Wulan.

"W*-waalaikumsalam, Bude. Kabar Wulan baik, Bude sendiri bagaimana?" sahutnya terbata.

"Kamu itu bikin Bude cemas, Nduk. Kenapa kamu tidak memberitahu bude jika kamu keguguran?"

"Maafkan Wulan, Bude … Wulan tidak ingin membuat bude khawatir. Bude tau dari mana jika Wulan keguguran?"

"Suamimu yang memberitahu Bude, barusan dia menelpon Bude dan bilang jika kemarin malam kamu keguguran," terang Bude Ruti.

"Kalau ada apa-apa itu harusnya kamu cerita sama Bude, jangan seperti ini! Sekarang kondisi kamu bagaimana? Bude ke rumahmu sekarang' ya, Nduk, Bude khawatir,"

"Ja-jangan Bude! Kondisi Wulan sudah stabil, Wulan sudah baikkan. Lagipula disini sudah ada Ibu dan Mbak Sarah yang menemani Wulan,"

"Tapi nduk, …"

"Wulan mohon Bude, percaya sama Wulan. Wulan baik-baik saja, kalau Bude ke Jakarta, nanti siapa yang merawat Pakde?" ucap Wulan terus berusaha meyakinkan Bude Ruti agar beliau tidak datang ke Jakarta. Ia tidak ingin merepotkan wanita berusia enam puluh tahun itu.

"Ya sudah kalau itu maumu, nduk! Bude tidak akan maksa," sahut Bude Ruti pasrah. Walau dalam hati kecilnya ia yakin jika keponakannya itu sedang tidak baik-baik saja. Terlebih setelah mendengar suara Wulan yang begitu parau, ia semakin yakin jika Wulan sedang dalam masalah besar.

"Kalau Bude boleh tau, kenapa kamu bisa sampai keguguran' nduk? Kamu jatuh?" tanya Bude Ruti penasaran.

"Tidak Bude, Wulan tidak jatuh,"

"Terus kenapa? Kamu kecapean habis mengangkat yang berat-berat?"

"Tidak juga bude,"

"Lantas apa yang membuatmu keguguran lagi? Bukannya tiga hari lalu kamu menelpon Bude dan memberitahu jika kandunganmu baik-baik saja? Saat USG' Dokter juga bilang kandunganmu sehat dan tidak lemah' kan? Terus kenapa bisa keguguran?"

"Iya Bude, Wulan juga tidak tau kenapa bisa keguguran. Padahal tiga hari lalu saat Wulan periksa ke dokter semuanya baik-baik saja. Dokter meyakinkan Wulan jika bayi dalam kandungan Wulan sehat," jelas Wulan.

"Kemarin malam saat pulang kerja, Mas Fatih bawain banyak makanan. Kami berdua makan bersama, setelah acara makan malam selesai semua baik-baik saja. Tapi tengah malam sekitar pukul 2 dini hari perut Wulan terasa sakit, kepala Wulan juga pusing, Wulan mual dan muntah-muntah. Setelah itu Wulan pendarahan di kamar mandi. Mas Fatih panik, dia langsung membawa Wulan ke rumah sakit, setelah itu Wulan tidak sadar. Namun, saat Wulan siuman, Mas Fatih bilang jika Wulan keguguran," penjelasan Wulan yang panjang lebar membuat Bude Ruti berpikir keras. Wanita paruh baya itu merasa ada yang janggal dengan cerita Wulan.

'Apa jangan-jangan ada seseorang yang sengaja ingin menggugurkan kandungan Wulan?' Batin Bude Ruti menerka-nerka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran   TAMAT

    "Wulan, apa kabar?" tanya Gio menatap wajah Wulan dengan jantung yang berdegup kencang. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah lama tak bertemu.Wulan masih berdiri mematung, rasa tak menyangka bisa bertemu lagi dengan Gio. Netra mereka saling bersitatap penuh makna. Entah, perasaan apa yang timbul. Yang jelas, saat ini Gio ingin sekali memeluk tubuh wanita yang sempat hilang itu, ingin rasanya Gio memeluk Wulan dan mengatakan jika ia sangat merindukannya dan tak ingin lagi jauh darinya. Namun, itu hanya angan-angan. Diantara mereka tidak ada ikatan apapun, tidak mungkin Gio lancang memeluk Wulan.Begitupun dengan Wulan, entah kenapa ia merasa kehilangan saat Gio memutuskan untuk pergi tanpa kabar. "Pak Gio kemana saja? Kenapa baru muncul?" tanya Wulan dengan suara serak. Rasa haru itu membuat netra mereka berdua berembun."Saya sibuk, banyak urusan. Tidak sempat mengunjungimu, pertanyan saya belum kamu jawab? Bagaimana kabarmu?""Seperti yang Bapak liat," sahut Wulan tersenyum.

  • Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran   Pak Gio??

    "Baiklah, Wulan … jika itu permintaanmu agar kau mau memaafkan kejahatan keluargaku padamu, aku akan menceraikanmu," ucap Fatih pasrah."Tapi–bagaimana dengan kandunganmu?""Kau tidak usah khawatir, Mas. Sejujurnya aku tidak hamil. Aku hanya pura-pura hamil," jawab Wulan membuat Fatih bingung."Pura-pura hamil? Maksud kamu apa? Aku tidak mengerti Wulan," "Awalnya aku memang berniat untuk balas dendam dengan pura-pura hamil, aku ingin menjebloskan ibu dan Kakakmu ke penjara. Namun, hatiku tak tega jika ibu dan mbak Sarah yang sakit itu harus mendekam di jeruji besi, aku masih punya hati untuk tidak membalaskan dendamku. Tuhan tidak akan tidur, biar ia yang balas semuanya," ucap Wulan membuat Fatih tak berkutik. Ia tidak mungkin marah dan kesal kepada istri pertamanya itu. Karena Wulan sudah jauh lebih menderita dari pada rasa kecewanya karena ternyata Wulan tidak hamil.***Setelah kejadian itu Fatih pun mau mengabulkan permintaan Wulan. Setelah menandatangani surat gugatan perceraian

  • Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran   Biadab!!

    "Sepertinya ini sudah saatnya aku mengakhiri semuanya, aku harus segera lepas dari belenggu ini. Aku tidak ingin terus berada di bawah bayang-bayang Mas Fatih, aku harus selesaikan semua masalah ini sekarang juga," ucap Wulan. Ia berjalan menuruni anak tangga menuju ruang keluarga untuk menemui Fatih."Mas …" panggil Wulan pelan. "Bisa kita bicara sebentar, ada yang ingin aku sampaikan," ucap Wulan."Ada apa Wulan? Kenapa wajahmu serius sekali?" tanya Fatih penasaran."Ikut aku, Mas kita bicara di kamar Mbak Sarah." Wanita itu pun berjalan menuju kamar Sarah dan di ikuti oleh Fatih di belakangnya. "Ada apa Wulan? Kenapa kita harus berbicara disini?" Kali ini Fatih terlihat heran. Tak biasanya Wulan mengajak ia berbicara di kamar Sarah."Mas, aku ingin kamu lihat dan dengar semuanya, kau tau apa yang membuat Mbak Sarah lumpuh?" tanya Wulan dan langsung dijawab gelengan kepala oleh Fatih."Racun! Racun yang Mbak Sarah dan Ibu siapkan untuk aku, racun yang mereka pakai untuk membunuhku,

  • Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran   Karma itu ada

    Belum juga bu Ratna selesai mencuci baju Eva, wanita itu sudah kembali berteriak."Ibu!""Ibuuuu! Denger nggak sih di panggil gak nyaut-nyaut! Cepet sini! Lelet banget sih jadi orang!""Ada apa lagi sih' Eva? Ibu kan lagi nyuci," jawab bu Ratna terpogoh-pogoh menghampiri wanita yang berkacak pinggang di hadapannya itu."Tuh liat! Mbak Sarah kencing di lantai! Gara-gara dia, semua ruangan ini jadi bau. Pusing tau nggak buk, pengen muntah nyium bau pesingnya," celoteh Eva menutup hidungnya."Astaga Sarah, ko bisa kamu kencingnya tumpah-tumpah kayak gini, pampers kamu penuh ya?" ucap Bu Ratna menghampiri Sarah yang duduk di kursi roda. "Makanya kalau udah tau pampersnya penuh tuh diganti, jangan dibiarkan gitu saja! Bau kan jadinya rumah ini. Cepet pel lagi, aku nggak mau rumah ini bau kayak comberan, pesing nggak karuan! Pokoknya sebelum Mas Fatih pulang rumah ini sudah harus wangi! Ngerti' bu?!" bentak Eva geram.Wulan hanya melihat pemandangan itu dari kejauhan. Miris! Itu yang ada d

  • Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran   Tua bangka nyusahin!

    'Apa?? Si rahim karatan itu hamil?? Gawat!! Jika si Wulan hamil, itu artinya pekerjaanku semakin banyak, Bagaimana ini?'"Ibu! Ibu kenapa tiba jatuh kayak gini? Ya ampun ibu, ayo bangun!" ucap Fatih menggandeng tubuh ibunya ke atas sofa.Nafas bu Ratna tersengal tak beraturan, wanita paruh baya itu terus saja memegangi dadanya. 'Mulai deh drama lagi, dasar nenek lampir!' Batin Wulan kesal."Dada ibu' Fatih, dada ibu sesak," ucap Bu Ratna menepuk-nepuk dadanya."Ko bisa sesak si Bu? Kan ibu nggak punya riwayat asma?" tanya Wulan penatap mertuanya itu dengan malas."Diam kamu, Wulan! Jangan banyak ngomong, saya tidak bicara sama kamu, saya bicara sama anak saya!" "Ibu jangan ngomong kayak gitu sama Wulan, dia itu lagi hamil. Dia nggak boleh stres, mulai sekarang kalau ngomong sama Wulan pelan-pelan aja, jangan bentak-bentak," "Kamu ini kenapa si Fatih? Ko malah jadi belain si Wulan? Aduh sakitt, bawa ibu ke rumah sakit Fatih, bawa ibu ke dokter," "Ada apa sih ini ribut-ribut? Ganggu

  • Pura-Pura Hamil Setelah Keguguran   Pura-Pura Hamil

    ***Pagi hari"Wulan! Kamu lagi apa sih? Cepet sini, lama banget!" teriak Bu Ratna memanggil Wulan."Wulan kamu budek apa gimana sih? Cepet turun!" lagi Bu Ratna berteriak tapi Wulan tidak peduli."Ada apa sih bu, teriak-teriak terus dari tadi?" Fatih turun dan menghampiri ibunya."Ini lo, Fatih, si Wulan dipanggil dari tadi gak turun-turun, sampe capek ibu teriak," ucap Bu Ratna kesal."Memangnya ibu mau ngapain nyari Wulan?" "Ini lho, pampers nya Kakakmu belum di ganti, ibu mau nyuruh si Wulan untuk gantiin,""Kenapa gak ibu aja si' Bu yang ganti, kenapa harus nyuruh Wulan?""Biar si benalu itu ada gunanya! Nggak cuma numpang makan dan tidur doang! Dia itu harus tau diri, udah numpang hidup' masa iya nggak mau bantu," celoteh Bu Ratna panjang lebar."Udah ah, ibu mau sarapan dulu! Ntar kamu suruh tuh istrimu yang parasit itu urus Kakakmu!" titahnya. Ia pun bergegas ke meja makan untuk sarapan bubur ayam yang dibelikan oleh Fatih.Tak lama kemudian Wulan pun turun, dengan sempoyongan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status