Share

Kenyataan

Sepulang sekolah. Kenma tidak langsung kembali ke rumahnya. Ia mampir ke ruangan OSIS mengingat tadi Yoshino memintanya untuk datang menemuinya.

Ia mengetuk pintu ruangan OSIS. Sebenarnya ia tidak ingin terlibat atau bertemu lagi dengan Yoshino dan Cleo. Namun mengingat perintah yang diberikan kepadanya melalui telepon tadi, membuatnya mau tidak mau mengharuskannya untuk menjalin hubungan yang cukup dengan kedua orang itu sehingga ia bisa mendapatkan informasi-informasi yang berguna.

Pintu ruangan OSIS terbuka. Pandangan Kenma tertuju pada beberapa orang yang ada di dalam ruangan itu. Sampai pada akhirnya. Matanya bertatapan dengan mata Yoshino yang mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan OSIS dengan sebuah senyuman lebar di bibirnya.

"Aku pikir kamu tidak akan datang," ujar Yoshino sambil menatap dokumen miliknya.

"Cukup merepotkan untuk orang biasa sepertiku jika harus berurusan dengan Keluarga Pilar. Namun akan lebih merepotkan jika mengabaikan undangan salah satu anggota Keluarga Pilar," ujar Kenma dengan santai.

"Kamu lebih santai dari yang aku kira. Aku pikir kamu akan bersikap tegang seperti orang pada umumnya. Apakah sikapmu ini terbentuk karena memang kamu sudah terbiasa dengan salah satu anggota keluarga dari Keluarga Pilar?" tanya Cleo sambil menatap secara saksama wajah Kenma.

"Tidak. Lagipula aku hanya orang biasa," jawab Kenma.

"Baiklah. Kalau begitu kamu boleh duduk," ujar Cleo mempersilahkan Kenma duduk.

"Terima kasih," ujar Kenma.

Kenma duduk di salah satu kursi kosong yang ada di meja OSIS. Yang duduk di kursi hanyalah dirinya, Yoshino, dan Cleo. Sedangkan tiga anggota OSIS yang lainnya berdiri tegak di pinggir ruangan sambil menatapnya secara saksama.

"Kamu berhasil masuk ke dalam sekolah ini melalui jalur prestasi. Yang artinya kamu lebih pintar dari para murid-murid seangkatan mu. Apakah kamu ingin menyangkal itu?" tanya Yoshino.

"Kalau bisa aku ingin menyangkalnya. Namun sepertinya aku tidak memiliki bukti untuk menyangkalnya," balas Kenma sambil sedikit menundukkan kepalanya.

"Untuk apa kamu bersekolah di sini? Kamu seharusnya tau bahwa sekolah ini adalah sekolah para bangsawan. Dengan masuknya kamu di sini membuat kesenjangan yang ada menjadi lebih terasa dari sebelumnya," tanya Yoshino lagi.

"Ya. Aku semua itu. Maka dari itu, aku memilih untuk bersekolah di sini. Aku rasa aku memiliki alasan yang cukup untuk bertahan di sekolah ini sampai hari kelulusan," jawab Kenma.

"Kalau boleh tau, apa alasanmu?" tanya Cleo yang mulai sedikit penasaran.

"Orang tuaku sudah meninggal sejak aku lahir. Aku dirawat dan dibesarkan oleh sepupu jauhku. Aku tidak bisa tinggal terus bersama mereka dan merepotkan mereka lebih lama lagi. Jadi aku pikir aku harus menggunakan seluruh kemampuanku untuk masuk ke sekolah ini. SMA Arcturus adalah sekolah terpandang. Seluruh murid-muridnya bisa masuk ke dalam perguruan tinggi dengan mudah dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang cukup besar jika memang mereka ingin bekerja setelah lulus. Dan aku mengincar kedua itu," jawab Kenma panjang lebar.

Yoshino dan Cleo terdiam sebentar. Mereka memang menginginkan jawaban. Namun mereka tidak menyangka bahwa jawabannya yang sebenarnya ternyata lebih menyedihkan dari apa yang mereka pikirkan.

"Aku telah memeriksa berkas kamu. Tempat asalmu berasal dari daerah pinggiran. Jadi kamu sekarang tinggal di mana?" tanya Yoshino sambil menatap sebuah kertas yang merupakan berkas pendaftaran Kenma.

"Ada sebuah apartemen kecil di dekat stasiun. Aku menyewa apartemen itu dengan uang pekerjaan paruh waktu yang aku dapatkan saat aku masih berada di tempat asalku," jawab Kenma.

"Ini hanya kesimpulan semata, apakah kamu berniat untuk bersekolah sambil bekerja paruh waktu juga setelah ini?" tanya Cleo.

"Aku sudah menanyakan perihal itu pada kepala sekolah. Dan aku mendapatkan izin untuk melakukan itu selama nilaiku tidak menurun," jawab Kenma.

"Sekali lagi akan aku tekankan. Sekolah ini adalah sekolah para bangsawan. Apakah kamu tau apa tanggapan media saat mengetahui bahwa salah satu murid dari sekolah ini mengambil pekerjaan paruh waktu?" tanya Cleo.

"Aku rasa itu tidak akan berlaku untuk saya. Karena saya adalah orang biasa," jawab Kenma.

"Berbeda dengan kalian yang ada di sini. Aku akan mati kelaparan jika aku tidak bekerja. Kalau pun memang diberi pilihan aku juga sebenarnya tidak ingin melakukan ini. Namun kembali lagi, aku adalah orang biasa. Jadi aku harus melakukannya," lanjut Kenma sambil tersenyum lebar.

Yoshino tersentuh saat melihat senyuman Kenma. Yoshino tau bahwa senyuman itu bukanlah sebuah senyuman kebahagiaan. Melainkan sebuah senyuman kepalsuan. Senyuman itu muncul untuk menutupi rasa luka yang dirasakan oleh sang pemilik senyum.

"Kamu bisa pergi. Dan perihal pekerjaan paruh waktumu, jika memang aku memiliki waktu aku akan menanyakan beberapa kenalanku tentang lowongan kosong di toko atau usaha mereka. Aku rasa kamu bisa mendapatkan uang yang lebih banyak di sana," ujar Yoshino sambil menggenggam erat bagian roknya.

"Terima kasih. Namun aku rasa itu tidak perlu. Aku sudah mendapatkan kerja paruh waktu dengan hasil yang cukup untuk bertahan selama aku di sini," balas Kenma sambil berdiri.

"Mampirlah ke kantin. Aku akan menghubungi mereka untuk menyiapkan beberapa makanan yang bisa kamu bawa pulang," ujar Cleo.

"Terima kasih. Kalau begitu aku undur diri," balas Kenma sambil membungkukkan badannya lalu melenggang pergi.

Cleo masih menatap kepergian Kenma. Ia ingin menyangkal setiap kata Kenma. Karena menurutnya tidak masuk akal jika memang Kenma bisa membagi waktu antara belajar dan kerja paruh waktunya sehingga ia bisa mendapatkan nilai sempurna di segala mata pelajaran.

Namun senyuman Kenma saat tau bahwa Cleo menyuruh orang kantin untuk menyiapkan beberapa makanan membuat Cleo sadar bahwa cerita perihal keadaan ekonomi Kenma adalah kenyataan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status