Share

05

Penulis: Yeolsoo612
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-28 22:55:35

Aksa tertawa kecil melihat reaksi Aleena yang panik. Ia kemudian menghampiri gadis itu dan merangkul bahunya dengan senyum yang terkembang jelas.

Sementara Aleena sendiri hanya bisa melotot sambil melihat ke arah Aksa dengan wajah terkejut bukan kepalang. Gadis itu ingin melakukan aksi protes atas apa yang dilakukan Aksa, namun bisikkan lirih dari pria itu membuatnya urung melakukannya.

"Ikuti saja, buat semuanya terlihat natural atau Nenek akan curiga," bisik Aksa dengan suara lirih.

Aleena kemudian mengalihkan fokusnya ke arah ruang tamu, di mana ada sang Ibu dan seorang wanita baya yang diketahui sebagai Nenek, Aksa.

Wanita dengan kebaya merah juga konde khas Jawa itu melihat Aleena tanpa ekspresi. Sudah sejak tadi wanita baya itu memperhatikan Aleena dari atas sampai bawah dan mengulanginya beberapa kali.

"Ibu baru tahu kalo ternyata Nak Aksa ini cucunya, Oma Anya," ucap Ibu Shafira (Ibu Aleena) menginterupsi.

Aksa hanya membalas hal tersebut dengan senyum tipis. Tapi tidak dengan Oma Anya.

Wanita baya itu masih saja memperhatikan Aleena dengan lekat, tatapan mengintimidasi nya seakan menjelaskan jika ia tidak menyukai gadis itu.

"Aksa, apa kamu sudah menyiapkan gedung untuk acara pernikahan nanti?" Oma Anya membuka suara.

Wanita yang nampak begitu anggun dengan pakaian khas jawanya itu tampak begitu berwibawa. Membuat Aleena bahkan merasa segan hanya untuk menatap meski sekilas.

"Sudah, Oma. Sebagian urusan sudah selesai, tadi juga Aksa dan Aleena sudah mengukur pakaian untuk acara ijab qabul dan resepsi," jawab Aksa sopan.

Pria itu terlihat berbeda saat berbicara dengan Oma Anya. Aksa cenderung terlihat lebih sopan dan mengatur tiap kata yang terucap dari bibirnya.

"Oh, iya. Nak Aksa, untuk rencana setelah menikah apa kalian akan tinggal di sini sementara waktu?" Ibu Shafira bertanya.

"Nggak, Bu. Rencananya setelah pernikahan saya mau langsung boyong Aleena ke rumah pribadi yang sudah disiapkan jauh-jauh hari," jawab Aksa tenang.

Berbeda dengan Aksa, lagi-lagi Aleena melotot kaget. Ia hanya bisa mendelikkan matanya ke arah Aksa, meminta penjelasan pria itu tanpa suara.

"Kenapa Aleena, ada yang mau kamu omongin?"

Ucapan Oma Anya membuat Aleena tergagap. Cepat-cepat ia menggeleng dan tersenyum kikuk.

Entah kenapa ia serasa mati kutu saat berhadapan dengan Oma Anya, padahal sebelumnya ia sudah berapi-api untuk membatalkan semuanya.

Tapi jangankan untuk membatalkan, menginterupsi saja ia merasa tidak sanggup.

Aleena justru merasa cukup tertekan untuk saat ini. Dirinya merasa seperti seorang tersangka yang tengah dihadapkan dengan para penyidik.

Sementara Aksa yang melihat hal itu hanya tertawa kecil, ia merasa kasihan sekaligus lucu dengan ekspresi Aleena saat ini.

***

Setelah pertemuan tidak sengaja antara Aleena dan Oma Anya, gadis itu merasa hari-hari nya seolah selalu diawasi.

Saat ia berada di luar rumah ia akan merasa ada seseorang yang membuntuti nya diam-diam. Dan saat ia berada di rumah, dirinya akan merasa ada orang lain yang tengah mengawasinya.

"Lama-lama aku ngerasa kaya lagi syuting film horor," ujar Aleena sambil bergidik.

Gadis itu kemudian segera beranjak dari teras belakang rumahnya dan masuk ke dalam rumah. Niat awalnya yang ingin menikmati angin sepoi-sepoi sambil mencari inspirasi untuk bahan novelnya menjadi berantakan.

Langkah Aleena pelan menuju ruang tengah, laptop di tangannya ia jinjing sambil mulutnya yang terus mengunyah permen karet.

Tatapan gadis itu seketika mendelik saat ia mendapati Aksa yang tengah duduk nyaman di ruang tengah sambil menikmati satu bungkus keripik jagung.

Laki-laki itu menoleh ke arah Aleena dan tersenyum tipis.

"Ibu kamu pergi ke rumah saudara selama beberapa hari, dan beliau meminta saya buat jagain kamu sementara waktu," jelas Aksa tanpa diminta.

Aleena menghela napas kasar. Apalagi ini?

Ibunya menitipkan dirinya pada Aksa? Yang benar saja!!

"Jangan bicara omong kosong! Ibuku tidak akan menitipkan ku pada orang asing kaya kamu. Lagian kan aku udah dewasa dan bisa jaga diri aku sendiri!" sembur Aleena.

Aksa lagi-lagi hanya menanggapi perkataan Aleena dengan wajah datar. Pria itu menaruh bungkus keripik di meja sebelum memutar badannya ke arah Aleena.

"Bukan orang asing, tapi saya calon suami kamu."

"Terserah! Aku nggak peduli. Yang jelas kamu jangan ganggu aku!!"

Setelah mengatakan hal itu Aleena beranjak ke kamarnya. Moodnya hari ini sudah hancur gara-gara Aksa.

Waktu berlalu. Hari telah beranjak pegang saat Aleena terbangun dari tidurnya. Ia menggeliat, sesekali menguap sampai ia tersadar akan bunyi perutnya sendiri.

Gadis itu baru ingat jika ia belum menyantap nasi sedari pagi. Satu-satunya makanan yang masuk ke mulutnya hanyalah permen karet yang ia kunyah pagi tadi.

Ia turun perlahan ke lantai satu, sesekali mengintip sambil memastikan jika Aksa memang telah pergi dari rumahnya.

Tepat di tiga tangga terakhir Aleena melihat bayangan melintas dari arah dapur, disusul kemudian bau harum khas mie instan yang menusuk hidung.

Dan benar saja, setelah itu perut Aleena kembali berbunyi. Menandakan perlu diisi dengan segera.

Perlahan tapi pasti, Aleena mulai melangkah ke arah dapur. Matanya berbinar saat ia menemukan satu mangkok mie instan yang masih mengepul kan asap panas. Seperti baru saja selesai dibuat.

Tanpa menunggu apapun lagi ia segera duduk di meja makan dan mulai menyantap mie tersebut.

"Kamu udah bangun?"

Aleena terlonjak, tersedak saat mie instan yang tengah ia santap serasa langsung masuk ke kerongkongan tanpa sempat ia kunyah.

Aksa yang berdiri di belakang si gadis dengan tanggap memberikan satu gelas air, yang langsung diminum hingga hampir tandas.

"Kau mau membunuh ku, ya!" sentak Aleena sewot.

Aksa berdecak, ia menyilangkan dia tangannya di depan dada sambil menatap Aleena heran.

"Saya sudah menyelamatkan kamu, harusnya kamu berterima kasih bukannya malah marah-marah," sahutnya.

Aleena diam, gadis itu mencebik dan memilih untuk beranjak dari sana. Namun sebelum Aleena berhasil melewati Aksa, pria itu lebih dulu menahan lengan si gadis dan mendudukan nya kembali di kursi meja makan.

"Duduk dan makan. Saya tahu kamu belum makan dari pagi. Maaf saya nggak bisa masak, jadi cuma saya buatkan mie instant saja," ucap Aksa.

Pria itu kemudian berbalik, pergi dari area dapur tanpa mengatakan apapun.

Hal itu membuat Aleena terdiam. Ia bertanya apakah yang dilakukannya sudah keterlaluan? Seharusnya ia berterima kasih pada Aksa, bukannya malah membentak dan memarahi pria itu.

Ia menunduk, bahkan mie instant yang ada di depannya kini sudah tidak lagi menarik perhatiannya.

"Bodo, ah! Sekarang makan aja dulu, abis ini baru pikirin cara minta maaf," gumam Aleena.

Sekian detik kemudian gadis itu sudah kembali larut dengan makanan di hadapannya. Yang tidak Aleena tahu Aksa masih berada di sekitar sana.

Pria itu tidak benar-benar menjauh dari area dapur, ia hanya diam berdiri di belakang dinding gabungan antara dapur dan ruang santai.

Aksa juga mendengar apa gumaman Aleena beberapa saat lalu, karena gadis itu bergumam dengan suara yang cukup keras.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pura-pura Menikah   26

    Aksa membanting laporan yang ada di tangannya. Seorang karyawan laki-laki yang berdiri di hadapannya hanya bisa menunduk takut.Sudah dua minggu lamanya mencari, namun keberadaan juga bukti soal siapa yang menyebarkan rumor skandal Aksa belum juga ditemukan.Akun yang menjadi sumber utama tersebarnya berita hanyalah akun palsu yang digunakan oleh seseorang. Aksa mendesah frustasi, ia menatap galak ke arah karyawan tersebut dan berkata.“Laporan begini saja kau tidak becus mengurusnya?! Apa saja yang kamu pelajari selama ini?!” Dilemparnya laporan tersebut ke arah seorang karyawan yang hanya bisa meminta maaf. “Ada apa ini?” Arya masuk ke dalam ruangan.Melihat beberapa kertas berserakan, sepertinya Arya paham. Ia kemudian meminta sang karyawan untuk kembali ke ruangannya sementara ia akan berbicara dengan Aksa.Sepeninggalannya sang karyawan, Arya memilih mengambil tempat duduk di depa Aksa. Melihat dengan seksama bagaimana kacaunya pria itu sekarang.Penampilannya berantakan denga

  • Pura-pura Menikah   25

    Pagi datang menjelang. Aksa membuka mata dengan perlahan, menyipitkan matanya saat cahaya menyilaukan berlomba masuk melalui celah gorden. Dihembuskannya napas dengan pelan. Ia mengerjap beberapa kali, berusaha untuk mengumpulkan nyawanya sendiri. Pria itu kemudian terduduk dengan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Coba menggeliat, namun kemudian sadar akan sesuatu. Tubuh bagian atasnya polos. Ia tidak memakai baju. Iya, Aksa memang memiliki kebiasaan untuk melepas pakaian atasnya saat tidur. Hanya saja dirinya tidak pernah melepas seluruh pakaiannya saat tertidur. Dan hal itulah yang saat ini terjadi. Lebih buruk dari itu, ia baru saja menyadari dimana dirinya terbangun dari tidur. Ruangan itu adalah kamarnya, bukan kamar tamu. Yang mana kamar pribadinya saat ini tengah menjadi kamar tidur yang ditempati Aleena. Omong-omong soal gadis itu. Di mana dia sekarang?? “Aishhh, sial! Apa yang sudah ku lakukan?” gerutu Aksa sembari mengacak rambutnya sendiri. Ia ha

  • Pura-pura Menikah   24

    Ponsel milik Aleena sudah berdering sejak tadi. Gadis yang sejak tadi sibuk dengan laptop di hadapannya mendesah kesal. Ia bukannya tidak mendengar ponsel miliknya terus saja berbunyi sejak tadi. Hanya saja pop up pesan yang muncul sebelum panggilan membuatnya merasa ragu untuk mengangkat telepon tersebut.Panggilan tersebut berasal dari sang Ibu. Sudah jelas alasan wanita baya itu meneleponnya karena berita yang baru saja tersebar.Sang Ibu pasti ingin mengkonfirmasi soal kebenaran rumor tersebut. Dan Aleena terlalu malas untuk mengatakannya.Lagipun, ia merasa heran. Darimana dan siapa yang sudah menyebarkan rumor tersebut. Seingatnya ia tidak pernah mengatakan soal kecurigaannya terhadap Aksa pada siapapun.Dan lagi, jika dilihat dari gelagat orang-orang terdekat Aksa sepertinya tidak ada yang menyadari soal kelainan pria itu. Jadi siapa yang tahu dan menyebarkan semuanya?Setelah panggilan ke lima berakhir, sebuah notifikasi pop up pesan kembali muncul.-Sore ini datanglah ke rum

  • Pura-pura Menikah   23

    Sebuah kamar dengan campuran warna emas dan merah itu tampak mewah. Ranjang berukuran king dengan sprei berwarna merah itu tampak memiliki sebuah gundukan di tengah.Selimut tebal menggulung tubuh mungil seorang wanita dengan gaun tidur berwarna hitam. Rambutnya yang hitam legam dengan sedikit bergelombang tampak cocok berpadu dengan kulitnya yang seputih susu.Dirinya menggeliat, membuka mata perlahan dan tersenyum cerah. Didudukannya diri dengan bersandar pada kepala ranjang, diambilnya sebuah ponsel pintar yang ada di nakas dan jari-jari lentiknya mulai beraksi, berselancar di atas layar benda pipih tersebut.Sudut bibirnya terangkat, merasa puas dengan apa yang baru saja dirinya lihat.Sebuah headline yang terpampang jelas sebagai berita utama pada protal berita terkini. Topic paling hot yang dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam menjadi trending nomor satu dalam mesin pencarian online.Skandal yang menjerat cucu salah satu pengusaha ternama sekaligus pewaris tunggal sebuah

  • Pura-pura Menikah   22

    Saat itu pukul sebelas. Aleena menggeliat, mengerjap pelan sebelum bangkit dari tidurnya.Setelah insiden yang terjadi antara dirinya dan Aksa, pria itu pergi begitu saja setelah berkata maaf. Pun Aleena, ia masih saja menggulung diri dalam selimut sampai kemudian tertidur tanpa sadar.Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri. Hujan masih belum juga berhenti, meski intensitasnya sudah tidak sederas sebelumnya.Hawa dingin menyeruak, membuat bulu kuduk si gadis seketika meremang. Tiba-tiba saja terdengar suara perut miliknya sendiri. Ia baru ingat jika dirinya belum makan apapun semenjak siang hari, terakhir ia hanya makan siang bersama Oma Anya dan sang Ibu mertua.Dengan langkah pelan Aleena turun dari ranjang. Membuka pintu kamar dan melonggokan kepala, menoleh ke kanan dan kiri, memastikan keadaan aman di luar.Ia masih belum mau bertemu dengan Aksa. Sikap pria itu yang mendadak berubah drastis dan kejadian sebelumnya, Aleena hanya khawatir akan terjadi hal yang sama.Sepi, tidak ada s

  • Pura-pura Menikah   21

    Aksa dengan segera menyodorkan segelas air pada Aleena yang kemudian ia minum hingga setengah. Wanita itu sempat melirik ke arah Aksa dengan ekspresi aneh, seperti memintanya untuk mengambil alih suasana.“Kami belum kepikiran sampai ke sana, Oma. Lagipula urusan anak kami pasrahkan saja pada Tuhan. Biar berjalan sesuai apa adanya,” jawab Aksa sekenanya.“Tapi jika dilihat dari reaksi Aleena tadi, sepertinya dia nggak mau buru-buru punya anak, ya?”Aleena menghela napas lirih. Ia mengunyah makanan di mulutnya dengan amat sangat lambat, cukup merasa kesal juga dengan perkataan yang baru saja terlontar dari mulut Oma Anya.Setelah menelan makanan dengan setengah tertahan, Aleena menghembuskan napas. Coba memberanikan diri untuk menatap wanita baya yang duduk tepat di hadapannya itu.“Maaf jika aku lancang, Oma. Tapi seperti apa yang sudah dikatakan Aksa tadi. Untuk urusan momongan kita tidak mau terlalu memaksa, kami hanya akan mengikuti kehendak Tuhan saja,” jawabnya berusaha terdenga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status