Kilas balik saat Rai dan Al pertama kali bertemu.
"Kau ini sedang menangis atau berteriak? Kenapa kencang sekali?" tanya Rai kecil yang saat itu berusia tiga belas tahun.
Albert terkejut mendapati sosok vampir kecil berada di hadapannya. "K-kau siapa?" tangisannya pun langsung berhenti seketika.
"Beraninya kau tidak menjawab dan malah bertanya padaku! Kau tidak tahu siapa aku?!?" serunya dan Al hanya menggelengkan kepalanya tanpa rasa bersalah.
"Aku Raizel Harrison de Haltz! Aku adalah pemimpin klan vampir bernama Haltz! Kau sudah lancang bertanya tanpa seizinku!!" jelas Rai dengan angkuhnya.
“Maaf—” ucapnya datar, “—aku tidak tahu siapa dan apa Klan Haltz ini karena aku tinggal di dunia manusia. Namaku Albert... Albert Valentino. Aku juga seorang vampir, lebih tepatnya—“
"—vampir hibrida, huh?" potong Rai.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Al bingung.
Rai mengangkat telunjuknya dan mengarahkannya pada Al, "Kulitmu… terlalu merah.”
"Terlalu... merah...?" dan Al langsung melihat warna kulitnya. “Apa dia buta warna? Jelas-jelas kulitku berwarna kuning langsat," pikirnya. Namun, sebuah teriakan langsung menghentikan pikiran Al.
“Oi! Rupanya ini Albert! Albert yang terbuang HAHAHAHAHA!" teriak satu dari lima orang vampir yang tiba-tiba datang. Mereka terlihat lebih tua dibandingkan Albert ataupun Rai.
“Oi, Albert, lama tidak berjumpa," sapa vampir lainnya.
"M-mau apa kalian?" tanya Albert terkejut hingga mengambil satu langkah mundur dan Rai melihatnya.
“Ah... Aku hanya mendengar suara tangisan tadi, aku kira jika mencarinya aku akan mendapatkan mangsa yang lezat. Tapi aku malah mendapatkan seorang vampir yang menjijikkan.”
"Kau adalah aib bagi dunia vampir, status vampir hibrida yang kau miliki sangat menjijikkan!" sambung vampir lain.
Suasana mendadak berubah tegang. Tidak disangka oleh Al jika dia harus bertemu vampir yang tidak menyukai keberadaannya, tepat di hari kematian ibunya. Terlebih dengan Rai yang berada di sekitarnya.
"Bagaimana jika aku akhiri hidupmu di sini? Aku rasa ini akan menyenangkan," jelas vampir yang lainnya.
Al langsung melihat ke arah Rai dengan cemas. "Kau! Pergilah dari sini! Di sini berbahaya!" perintahnya, mengabaikan perkataan para vampir ini.
"Cih! Lihatlah itu! Seorang Albert berani mengabaikan kita!" seru vampir ini ke teman-temannya.
"Berani sekali kau! Tapi, tunggu sebentar—“vampir ini melihat ke arah Rai, "—siapa vampir kecil di sana, huh!? Dia berteman dengan Al? Beraninya dia berteman dengan seorang vampir hibrida! Dia mencoreng dunia vampir dengan berteman dengan makhluk menjijikkan ini! Kita bunuh dia sekalian!"
Keadaan menjadi semakin panas, dan Rai hanya berdiam diri, tidak beranjak satu langkah pun. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan. Ia malah berdiri dengan tenang.
"Cepatlah pergi dari sini jika kau ingin selamat. Aku akan menghadang mereka! Cepat...! Cepat pergi!" usir Al.
"Banyak bicara kau!" kata seorang vampir dan langsung menyerangnya.
Tapi Albert berhasil menghindar. "Cepat! Pergi dari sini! Aku tidak bisa melindungimu!" teriaknya putus asa, meminta Rai segera pergi.
"Hmm... sepertinya kita habisi si vampir kecil ini lebih dahulu. Ini akan jauh lebih menyenangkan! HAHAHAHA," tawa si vampir lain yang langsung melesat menuju Rai untuk menyerangnya.
"HENTIKAN!!!" teriak Albert, "JANGAN SERANG DIA! DIA BUKAN TEMANKU! BIARKAN DIA PERGI!” Al beralih pada Rai, “KAU CEPAT PERGI DARI SINI, VAMPIR KECIL!" tegasnya frustrasi dengan tetap menghalau segala serangan yang ditunjukkan ke Rai.
Rai tetap diam dan menikmati pertunjukan saat Albert berusaha melindunginya mati-matian. Sementara itu Al bergerak tidak menentu. Dia berusaha sekuat tenaga melindungi Rai.
"Rasakan ini vampir kecil!" ucap vampir lain yang tiba-tiba menyerang Rai dari sisi kirinya. Serangan yang luput dari pandangan Al.
"SIAL!" kesal Al seraya memegang lengannya yang terluka akibat serangan sebelumnya.
#bersambung ke BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 1)
Tubuh Al kini telah dipenuhi oleh luka-luka berdarah hitam akibat serangan yang terus dilancarkan oleh para vampir ke dirinya maupun Rai. Dia bisa saja menang karena meskipun Albert adalah vampir hibrida, dia tetap memiliki kekuatan yang sangat besar.Entah mengapa, kekuatan yang dimilikinya hampir setara dengan para pimpinan para klan, dan dia juga memiliki mental dan fisik yang kuat. Inilah yang menyebabkan Al masih bisa bertahan di tengah cacian, hujatan, dan serangan yang dia terima selama ini.Namun, di perkelahian kali ini dia lebih memilih melindungi Rai. Vampir kecil ini tidak tahu apa-apa. Ia akan merasa sangat bersalah jika sesuatu terjadi padanya. Oleh karena itu, Al melindunginya mati-matian, membuat kekuatannya menurun signifikan.Sedangkan Rai, dia masih saja diam berdiri di tempatnya, mengamati perkelahian yang terjadi. Sudah berkali-kali dia diminta pergi oleh Al, namun dia mendadak tuli dan tidak menaati perkataannya.&nb
"Yang Mulia Harrison. Apa yang Anda lakukan di sini?" tanya sosok vampir dewasa sambil memberikan hormat yang diikuti oleh sepuluh orang pria di belakangnya. "Bukankah itu kepala keamanan Kastel Haltz, Vero de Haltz!?" ucap para vampir penyerang menyadari siapa yang datang. "Ah... rupanya kau, Vero. Hampir saja aku membunuhmu karena mengganggu waktu bermainku," jawab Rai seraya menoleh, membuatnya Vero yang melihatnya langsung gemetar. Bagaimana tidak? Dia sangat tahu arti dari iris merah darah ini, aura membunuh ini, dan seringai yang menakutkan. Saat ini, Rai sedang benar-benar marah. Senyuman di wajahnya bukan senyuman yang hangat. Itu adalah senyuman kematian. "Maafkan hamba, Yang Mulia," balas Vero membungkuk hormat diikuti oleh para prajuritnya yang juga terlihat gemetar. "Aku jadi kehilangan selera untuk bermain," ujar Rai. "Ck! Kenapa aku harus bertemu dengannya saat seperti ini," batin Vero menyadari
Di dunia ini hanya terdapat tiga klan vampir yaitu, Haltz, Raltz, dan Waltz. Semua berada di wilayah berbeda dengan batasan kekuasaan wilayah masing-masing. Klan yang pertama adalah klan Haltz.Haltz adalah klan yang memiliki lima puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Kekuatan para keturunannya sangat luar biasa, dan merupakan klan yang paling ditakuti.Pemimpin klan ini adalah orang yang sangat berpengaruh, dan Haltz memiliki kekuasaan wilayah di bagian selatan. Walaupun ada penegak hukum atau komite vampir yaitu Harawaltz, yang terdiri dari perwakilan para vampir senior yang diajukan dari setiap klan. Namun tetap saja, pemimpin Klan Haltz memiliki pengaruh tersendiri, karena darah vampir murni yang dimilikinya paling besar.Berikutnya, klan yang kedua adalah Raltz. Klan yang memiliki tiga puluh persen darah vampir murni di keluarga utamanya. Para keturunannya memiliki kekuatan di bawah para keturunan Klan Haltz. Mereka memiliki
Al kemudian pergi menyelusuri Hutan Silver, berharap menemukan mangsa untuk menjadi santapan tuannya. Sebagai tangan kanan, Al memang menjadi orang kepercayaan Rai, hanya dia satu-satunya vampir yang dipercayai untuk mencari makanannya.Rai memang bisa meminum darah siapa pun, entah perempuan atau laki-laki, baik tua ataupun muda. Tapi, ia lebih memilih meminum darah seorang perempuan yang masih perawan. Bukan tanpa alasan, darah perawan memiliki rasa yang sangat manis dan aroma yang juga manis, persis seperti madu.Hal inilah yang membuat Rai menyukai darah mereka. Namun, permasalahannya adalah sulit untuk menemukan wanita yang masih perawan. Ini adalah Hutan Silver. Dengan legenda vampir yang ada, para perawan biasanya enggan untuk datang ke sini.Di satu sisi, Al tidak mungkin menculik seorang perawan dari dunia manusia, sebab jika ia ketahuan maka habislah nasib dunia vampir. Selama ini dia hanya menculik perawan yang tersesat di dalam hutan
"Tunggulah di sini," ucap Al.Kini, wanita ini sudah berada di kamar khusus tempat Rai biasa menyantap makanannya. Dia berjalan menuju jendela, membukanya, dan terdiam di sana. Dia hanya mengamati langit gelap berawan ini tanpa ada suara sedikit pun yang keluar dari mulutnya."Jangan harap kau bisa kabur, di bawah sana banyak prajurit yang berjaga, dan tentunya jika kau memilih untuk meloncat, kau akan mati dengan mengenaskan. Tersangkut di pohon-pohon, dan mungkin tubuhmu akan tertembus dahan runcing yang dimiliki pohon tersebut," ucap Al memperingati.Hening. Wanita ini hanya diam tidak membalas. Ini sangat aneh namun Al tidak mau lagi memikirkannya, ia pun segera pergi dari sana dan menemui Rai di singgasananya."Rai, saya sudah kembali," ucap Al sesampainya di ruangan singgasana seraya membungkuk hormat."Mana makananku?""Seperti biasa, di dalam kamar."Tanpa membalas ucapannya, Rai langsung pergi ke kamar. Dibuk
Rai yang baru saja memasuki kamar benar-benar terkejut melihat apa yang ada di depannya. Al memang tidak bercanda. Wanita ini benar-benar masih hidup. Dia dapat dengan jelas mendengar detak jantung manusia!Wanita itu terduduk diam di atas tempat tidur. Tatapan matanya kosong, entah apa yang dia pikirkan. Kakinya menekuk dan dipeluk erat oleh kedua tangannya. Rambut berwarna merahnya terurai, menyembunyikan sebagian wajahnya."Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa!? Taringku mengandung racun, biarpun aku tidak menghisap darahnya sampai habis, dia akan tetap mati! Dia akan mati karena racunku! Tapi apa ini!? Kenapa dia masih hidup!? Bahkan dia dalam posisi seperti itu!? Mustahil!!!" batin Rai terus berbicara."Rai..." panggil Al karena Rai hanya terdiam menatap wanita aneh itu dari tadi.Rai pun tersadar. "Kau! Kenapa kau masih hidup!? Aku sangat yakin telah menghisap habis darahmu semalam! Seharusnya kau sudah mati! Jik
Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian yang menghebohkan itu dan seperti katanya, Rai sama sekali tidak peduli dengan wanita itu. Tapi kabar mulai menyebar di kastelnya, para pelayan dan juga prajurit mulai membicarakan keberadaan wanita itu.Tentu saja hal ini membuat Rai gerah, mau tidak mau dia harus memikirkan cara untuk menghentikan omong kosong ini sebelum menyebar lebih luas, atau parahnya menyebar ke Klan Raltz dan Waltz."Albert!" seru Rai."Ya, Rai," balasnya."Bagaimana dengan wanita itu? Dia belum mati juga?" dan Al pun menggelengkan kepalanya."Sial! Bagaimana bisa dia tetap hidup! Sekuat apapun tubuhnya, dia tidak akan bisa menghadapi racun dari taringku, dia akan tetap mati dalam waktu tiga hari! Tapi ini sudah lebih dari tiga hari dan dia masih hidup!?""Bahkan sistem tubuhnya kembali normal, benar-benar tidak bisa dipercaya," ucap Al menambahi kenyataan bahwa wanita itu memang aneh."Cepat bawa dia ke
PRANG!Sebuah suara mengejutkan mereka. Karena terus saja saling dorong-dorongan, akhirnya tidak sengaja Ika menyenggol sebuah vas yang ada di meja. Namun, bukan itu saja yang mengejutkan.Ada hal yang lebih mengejutkan, dan itu adalah karena wanita yang tadi berdiri di sebelah Al sudah berpindah ke tempat Rika dan Riki berada untuk melindungi mereka dari vas yang terjatuh."Apa yang terjadi!?" ucap Rai menghampiri mereka dengan wajah menampilkan ekspresi marah.Ika tidak menjawab, dia hanya menangis di pelukan wanita aneh ini, sepertinya Ika benar-benar terkejut. Iki pun hanya diam tidak jauh dari tempat Ika menangis. Dia sama sekali tidak bergerak."Iki! Ada apa ini!? Jelaskan padaku!" bentak Rai.Bentakan tersebut membuat Iki langsung menangis. Anak ini juga dalam posisi terkejut, namun Rai malah membentaknya. Suasana akhirnya menjadi kacau dengan suara tangisan yang terdengar saling menyahut.Takut dengan