Home / Fantasi / Pure Blood (DARAH MURNI) / BAB 1 - Raizel Harrison de Haltz (Bagian 3)

Share

BAB 1 - Raizel Harrison de Haltz (Bagian 3)

last update Last Updated: 2021-12-06 15:41:33

Kilas balik saat Rai dan Al pertama kali bertemu.

"Kau ini sedang menangis atau berteriak? Kenapa kencang sekali?" tanya Rai kecil yang saat itu berusia tiga belas tahun.

Albert terkejut mendapati sosok vampir kecil berada di hadapannya. "K-kau siapa?" tangisannya pun langsung berhenti seketika.

"Beraninya kau tidak menjawab dan malah bertanya padaku! Kau tidak tahu siapa aku?!?" serunya dan Al hanya menggelengkan kepalanya tanpa rasa bersalah.

"Aku Raizel Harrison de Haltz! Aku adalah pemimpin klan vampir bernama Haltz! Kau sudah lancang bertanya tanpa seizinku!!" jelas Rai dengan angkuhnya.

“Maaf—” ucapnya datar, “—aku tidak tahu siapa dan apa Klan Haltz ini karena aku tinggal di dunia manusia. Namaku Albert... Albert Valentino. Aku juga seorang vampir, lebih tepatnya—“

"—vampir hibrida, huh?" potong Rai.

"Bagaimana kau tahu?" tanya Al bingung.

Rai mengangkat telunjuknya dan mengarahkannya pada Al, "Kulitmu… terlalu merah.”

"Terlalu... merah...?" dan Al langsung melihat warna kulitnya. “Apa dia buta warna? Jelas-jelas kulitku berwarna kuning langsat," pikirnya. Namun, sebuah teriakan langsung menghentikan pikiran Al.

“Oi! Rupanya ini Albert! Albert yang terbuang HAHAHAHAHA!" teriak satu dari lima orang vampir yang tiba-tiba datang. Mereka terlihat lebih tua dibandingkan Albert ataupun Rai.

“Oi, Albert, lama tidak berjumpa," sapa vampir lainnya.

"M-mau apa kalian?" tanya Albert terkejut hingga mengambil satu langkah mundur dan Rai melihatnya.

“Ah... Aku hanya mendengar suara tangisan tadi, aku kira jika mencarinya aku akan mendapatkan mangsa yang lezat. Tapi aku malah mendapatkan seorang vampir yang menjijikkan.”

"Kau adalah aib bagi dunia vampir, status vampir hibrida yang kau miliki sangat menjijikkan!" sambung vampir lain.

Suasana mendadak berubah tegang. Tidak disangka oleh Al jika dia harus bertemu vampir yang tidak menyukai keberadaannya, tepat di hari kematian ibunya. Terlebih dengan Rai yang berada di sekitarnya.

"Bagaimana jika aku akhiri hidupmu di sini? Aku rasa ini akan menyenangkan," jelas vampir yang lainnya.

Al langsung melihat ke arah Rai dengan cemas. "Kau! Pergilah dari sini! Di sini berbahaya!" perintahnya, mengabaikan perkataan para vampir ini.

"Cih! Lihatlah itu! Seorang Albert berani mengabaikan kita!" seru vampir ini ke teman-temannya.

"Berani sekali kau! Tapi, tunggu sebentar—“vampir ini melihat ke arah Rai, "—siapa vampir kecil di sana, huh!? Dia berteman dengan Al? Beraninya dia berteman dengan seorang vampir hibrida! Dia mencoreng dunia vampir dengan berteman dengan makhluk menjijikkan ini! Kita bunuh dia sekalian!"

Keadaan menjadi semakin panas, dan Rai hanya berdiam diri, tidak beranjak satu langkah pun. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan. Ia malah berdiri dengan tenang.

"Cepatlah pergi dari sini jika kau ingin selamat. Aku akan menghadang mereka! Cepat...! Cepat pergi!" usir Al.

"Banyak bicara kau!" kata seorang vampir dan langsung menyerangnya.

Tapi Albert berhasil menghindar. "Cepat! Pergi dari sini! Aku tidak bisa melindungimu!" teriaknya putus asa, meminta Rai segera pergi.

"Hmm... sepertinya kita habisi si vampir kecil ini lebih dahulu. Ini akan jauh lebih menyenangkan! HAHAHAHA," tawa si vampir lain yang langsung melesat menuju Rai untuk menyerangnya.

"HENTIKAN!!!" teriak Albert, "JANGAN SERANG DIA! DIA BUKAN TEMANKU! BIARKAN DIA PERGI!” Al beralih pada Rai, “KAU CEPAT PERGI DARI SINI, VAMPIR KECIL!" tegasnya frustrasi dengan tetap menghalau segala serangan yang ditunjukkan ke Rai.

Rai tetap diam dan menikmati pertunjukan saat Albert berusaha melindunginya mati-matian. Sementara itu Al bergerak tidak menentu. Dia berusaha sekuat tenaga melindungi Rai.

"Rasakan ini vampir kecil!" ucap vampir lain yang tiba-tiba menyerang Rai dari sisi kirinya. Serangan yang luput dari pandangan Al.

"SIAL!" kesal Al seraya memegang lengannya yang terluka akibat serangan sebelumnya.

#bersambung ke BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 1)

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Rai udh songong dari kecil ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Salam Perpisahan

    Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 3

    Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 2

    Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 2)

    Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 1)

    Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   [ T A M A T ] | BAB 62 - Aku Mencintaimu

    Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 61 - Tidak Ada Kehidupan

    Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 4)

    Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 3)

    Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status