Home / Fantasi / Pure Blood (DARAH MURNI) / BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 1)

Share

BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 1)

last update Last Updated: 2021-12-07 10:36:09

Tubuh Al kini telah dipenuhi oleh luka-luka berdarah hitam akibat serangan yang terus dilancarkan oleh para vampir ke dirinya maupun Rai. Dia bisa saja menang karena meskipun Albert adalah vampir hibrida, dia tetap memiliki kekuatan yang sangat besar.

Entah mengapa, kekuatan yang dimilikinya hampir setara dengan para pimpinan para klan, dan dia juga memiliki mental dan fisik yang kuat. Inilah yang menyebabkan Al masih bisa bertahan di tengah cacian, hujatan, dan serangan yang dia terima selama ini.

Namun, di perkelahian kali ini dia lebih memilih melindungi Rai. Vampir kecil ini tidak tahu apa-apa. Ia akan merasa sangat bersalah jika sesuatu terjadi padanya. Oleh karena itu, Al melindunginya mati-matian, membuat kekuatannya menurun signifikan.

Sedangkan Rai, dia masih saja diam berdiri di tempatnya, mengamati perkelahian yang terjadi. Sudah berkali-kali dia diminta pergi oleh Al, namun dia mendadak tuli dan tidak menaati perkataannya.

***

"Sial! Kenapa kau belum pergi juga!?” maki Al.

“Baiklah... sepertinya kita akan mati bersama-sama karena aku sudah tidak sanggup lagi melawan mereka dan melindungimu. Selagi ada kesempatan, kaburlah, dan selamatkan hidupmu," ucapnya dengan napas tersengal-sengal.

Vampir-vampir ini kembali menyerang. Target utama mereka sekarang adalah Rai karena tanpa alasan yang mereka ketahui, Albert selalu melindungi vampir ini, dan tentu saja mereka menyadarinya.

Sekarang mereka menjadikan Rai sebagai sasaran utama dengan maksud membuat Albert lengah dan melukainya. Maka serangan demi serangan pun dilakukan, namun Al terus saja memblokade serangan tersebut.

"Kau... kau bilang namamu Rai, bukan? Pulanglah. Pasti ada yang menunggu kepulanganmu. Jangan mati sia-sia di sini. Aku akan menghadang mereka, jadi pergilah," kata Al dengan senyuman yang terukir di wajah yang sudah penuh luka ini.

Rai menatapnya dengan intens. "Cih! Kenapa dia berusaha mati-matian melindungiku? Aku bisa melindungi diriku sendiri! Apa dia benar-benar tidak tahu siapa aku? Apa dia gila? Tubuhnya sudah dipenuhi luka dan dia masih bisa tersenyum dan menyuruhku pergi? HA! Aku jadi ingin tertawa!" pikirnya.

"Dia juga memanggilku Rai dan berani menatapku secara langsung!? Lancang sekali dia! Vampir lain saja tidak berani mengangkat wajah saat berbicara denganku ataupun memanggil namaku! Tapi dia—“ pikirannya harus terhenti karena tiba-tiba saja vampir lain kembali menyerangnya.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Al mencoba menghalau kembali serangan ini tapi gagal. Kini, tubuhnya melayang di udara, lehernya dicekik dengan erat, membuatnya kesulitan bernapas.

"Hehehe... akhirnya hidupmu akan berakhir hari ini, vampir menjijikkan," ujar salah satu vampir yang menyerang.

Al tidak bisa lagi melawan, dia hanya bisa terbatuk-batuk berusaha untuk bernapas. Vampir ini kemudian bersiap untuk menembus dadanya dan menghancurkan jantungnya.

***

"Kau! Vampir menjijikkan!" teriak Rai menghentikan semuanya.

Salah satu vampir berkata, "Wow...! Vampir kecil ini bisa bicara rupanya, aku kira kau bisu karena dari tadi kau hanya diam saja! Atau karena terlalu ketakutan kau jadi tidak bisa bicara? AHAHAHAHA," tawa vampir ini diikuti para vampir lainnya.

"Apa sekarang kau sudah kembali ke alam sadarmu? Ya, dia ini memang menjijikkan, makanya dia akan aku bunuh sekarang," vampir ini kemudian mengeratkan cekikannya.

"Kau yang menjijikkan!" seru Rai.

"Apa...? Maksudmu aku yang menjijikkan?" tanya vampir ini.

"Kalian semua menjijikkan!" balasnya tanpa takut.

"Tenanglah, vampir kecil. Kau akan mendapat giliranmu setelah ini," timpal vampir lainnya.

"Lepaskan anak itu!" perintahnya.

"Ah... kau sangat menyebalkan. Baiklah, kau mau menjadi yang pertama, akan aku turuti permintaan terakhirmu hahaha," ucap vampir ini sambil melempar tubuh Albert ke sembarang arah, membuat tubuh Al terbentur pohon besar. Al langsung meringis kesakitan.

Vampir ini langsung melesat menuju Rai kecil dengan senyum yang mengerikan dan tangan terjulur siap untuk memisahkan kepala vampir kecil ini dari tubuhnya.

"ARRGGGHHHH!!!" teriak vampir ini setelahnya.

Terlihat cipratan darah hitam memenuhi wajah Rai dan pakaiannya, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah bulatan besar—kepala vampir. Tubuh vampir ini bergetar lalu terjatuh ke tanah, dari lehernya tersembur darah hitam pekat cukup banyak.

Rai telah menghabisi vampir ini dalam hitungan detik saja. Al yang sedang berusaha bernapas menjadi terdiam, dia terkejut atas apa yang dia lihat. Vampir kecil ini berhasil membunuh vampir yang lebih dewasa darinya dan lebih kuat.

"Apa itu? Siapa dia...?" gumam Albert merasakan aura hitam yang sangat kuat. Dia merasa seperti udara di sekitar menekannya, membuatnya sulit bernapas.

"K-kau! Berani kau membunuhnya!!" teriak vampir lain yang langsung menghampiri Rai dan berniat membunuh anak itu saat ini juga.

Tapi kejadian tadi kembali terulang. Dalam hitungan detik, kepala vampir ini telah terlepas dari tubuhnya. Dengan tatapan yang dingin, Rai membuang kepala vampir ini ke sembarang arah.

Rai berjalan mendekati ketiga vampir lainnya. Dengan iris yang sudah berubah menjadi merah darah dan aura membunuh berada di sekelilingnya, ia berjalan tanpa takut ke arah para vampir ini.

"Siapa kau sebenarnya!?" tanya vampir lain dengan wajah yang terkejut melihat perubahannya. Vampir kecil yang mereka kira tidak lebih dari seekor anak kucing sekarang berubah menjadi seekor singa.

"Kau vampir kecil! Apa yang telah kau perbuat!?" seru vampir lain.

"SIAPA KAU!?"

Mereka semua ribut bertanya namun Rai tetap diam. Dia terus berjalan dengan tenang mendekati ketiga vampir tersebut. Irisnya yang berwarna merah darah terlihat menakutkan dan hawa membunuh terus terpancar. Dia terus berjalan hingga sebuah suara menghentikannya.

#bersambung ke BAB 2 – Masa Lalu Albert (Bagian 2)

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Salam Perpisahan

    Halo semuanya! Saya Selist Emerald Valley, penulis dari novel Pure Blood. -Terima kasih untuk kalian para pembaca yang sudah mencintai dan membaca Pure Blood sampai akhir! Ini adalah akhir dari Pure Blood! Saya harap kalian menyukai Pure Blood dan para tokoh di dalamnya! - Tanpa adanya dukungan dari para sahabat dekat saya, tentu saja Pure Blood tidak akan pernah ada! Terima kasih untuk HAKUJI dan Affifah, kalian memang yang terbaik!!! -Senang rasanya mempublikasikan Pure Blood di Goodnovel, selain bisa menjangkau lebih banyak pembaca, Pure Blood juga bisa diakses dengan mudah, baik menggunakan aplikasi maupun website Goodnovel.-Pure Blood merupakan novel pertama saya, sekaligus debut karya pertama saya di dunia penulis dan novelis. Dari dulu hingga sekarang, Pure Blood selalu menjadi bagian utama dan penting dari kehidupan saya dan karir saya sebagai penulis dan juga novelis.-Rencananya, Pure Blood akan menjadi novel s

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 3

    Lub. Dub. Lub. Dub. Lub. Dub.Suara detak jantung terdengar saling berirama. “Apa kamu mendengarnya?” dan sosok yang sedang ditanya ini menganggukkan kepalanya.Terlihat Diana yang masih berada di tempat tidur. Ia tidak bergerak dan juga tidak bernapas. Tubuhnya sedingin es, dan wajahnya sepucat salju.Ika menatap Iki, “Jadi, apa seorang vampir yang merupakan anggota keluarga utama dapat mendengarkan bunyi detak jantung seorang vampir?”“Aku rasa begitu, Ika,” jawab Iki menjawab pertanyaan kembarannya.“Apa sejak pertama, Kak Diana juga dapat mendengarnya?”“Shhh... Ika!” seru Iki.“Ada apa?” tanya Ika tidak mengerti.“Kita tidak bisa memanggilnya dengan Kak Diana. Itu sangat tidak sopan, Ika.”“Ah... ya... Aku lupa, maaf.”Ika lalu duduk di atas tempat tidur dan menyentuh tangan Diana, “

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 2

    Kevin mencari keberadaan Pine dan menemukannya. “Pine, apa yang kamu lakukan di sana?” tanya Kevin.Pine berbalik dan tersenyum, “Hanya berpikir.”Kevin menghela napasnya, “Jangan terus menyalahkan dirimu, ini bukan salahmu,” dan Pine hanya menganggukkan kepalanya.Hap!Dua tangan kecil memeluk erat kaki Kevin dari belakang, “Ayah!”Kevin langsung menggendong anak ini, “Ada apa pangeran? Bukankah pangeran seharusnya bersama Julio?”Dan yang disebut namanya datang dengan tergesa-gesa, “Maafkan saya Yang Mulia, tapi pangeran berlari terlalu cepat!” ujar Julio.Pine mendekat dan menjentikkan jarinya pelan ke kening anak ini, “Regis...”Regis pun mengerutkan bibirnya, “Aku hanya bermain, Ibu. Tapi Julio sudah terlalu tua untuk mengejarku.”Julio memandang Regis dengan wajah tidak percaya, “Apa..

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 2)

    Dalam tidurnya, tangan dan kaki pria ini dirantai ke tempat tidur. Ia bagaikan seorang tawanan. Wajahnya terlihat pucat dan ia memiliki luka yang berada di sekujur tubuhnya.Walaupun begitu, sang kupu-kupu tetap mendekatinya, karena ia dapat mencium harum bunga Lily dari tubuhnya. Bau ini sangat kuat, membuat kupu-kupu mengira bahwa ia baru saja mendarat ke atas bunga.---“Kita harus menghentikan perjanjian ini, Christ. Kembalikan pria itu, aku tidak mau berhubungan dengan Harawaltz, apalagi dengan si pemimpin gila,” jelas Bianca.“Kau takut dengannya?”“Dengan Rai?”Christ menggeleng, “Dengan pria itu?”“Tidak.”“Lalu?”“Aku hanya tidak suka melihat pria itu ada di paviliun, apalagi Ben dan Dominic memperlakukannya bagaikan seorang tawanan.”Christ tersenyum, “Kau terlalu bermurah hati, Bianca. Mereka bisa saja men

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   Epilog 1 (Bagian 1)

    Sebuah kastel megah yang berdiri di wilayah timur. Kastel yang terlihat sangat sepi dan hanya ada dijaga oleh beberapa vampir ini merupakan tempat tinggal bagi keluarga utama Klan Waltz serta para pengikutnya.Pada bagian belakang kastel terdapat sebuah paviliun sederhana, namun sangat tertutup. Bangunannya tampak masih kokoh, namun terlihat tidak terawat dengan tumbuhan yang menjalar di tembok, dedaunan di sekeliling bangunannya, dan tidak adanya penghuni kastel yang berkeliaran di sana.Klan Waltz sendiri terkenal sebagai klan yang kejam, memiliki persentase darah murni sebanyak sepuluh persen, dan juga mereka jarang berkomunikasi dengan vampir lainnya tanpa jalur formal dan tanpa adanya kepentingan.Christ Wilson de Waltz adalah nama vampir yang memimpin Klan Waltz. Tidak ada banyak informasi mengenai dirinya, ataupun bagaimana rupanya. Sama seperti klannya, Christ adalah vampir yang tertutup.Sama seperti pemimpinnya, mereka—par

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   [ T A M A T ] | BAB 62 - Aku Mencintaimu

    Tiga bulan sudah berlalu. Saat ini, hujan turun dengan lebatnya. Petir menyambar hebat dan menghanguskan pohon mangga kesukaan Diana. Namun, di tengah derasnya hujan, semua orang masih berkumpul di ruang singgasana. Mereka berada di sana karena merasakan sesuatu akan terjadi, termasuk Allan dan Gail.“Kau ada di sini juga?” tanya Gail.“Kastel mendadak kosong, dan aku liat semuanya berkumpul di sini, jadi aku datang. Bagaimana denganmu?” jawab Allan.“Sama sepertimu.”Perlahan, dua vampir yang menempati tempat tidur yang ada di sana membuka matanya. Dengan manik mata yang berwarna merah darah, mereka melihat ke arah langit-langit, mencoba mengumpulkan kesadaran mereka."Pine!!!" seru Kevin langsung memeluk tubuhnya.Pine hanya terdiam, ia lalu terduduk, begitu pun dengan Rai. Mereka masih berusaha beradaptasi dengan hal yang terjadi. Sementara itu, Al berdiri di sebelah Rai dan melihatnya

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 61 - Tidak Ada Kehidupan

    Sebulan sudah berlalu sejak kejadian yang mengguncang Kastel Haltz terjadi. Rai dan Pine masih berada di tempat tidur yang ada di tengah-tengah ruang singgasana. Semua vampir baik Haltz dan Raltz berkumpul tanpa tahu harus melakukan apa.Walaupun Diana telah memberikan seluruh darahnya untuk mereka, mereka tidak langsung pulih. Butuh waktu untuk mengadaptasi semuanya, terlebih darah yang mereka terima adalah darah vampir yang memiliki kemurnian seratus persen.Tidak ada satu pun vampir yang pernah mengalami kejadian ini. Mereke menunggu tanpa batas waktu dan hanya bisa berharap keadaan bisa lebih baik.Sementara itu, Kevin dan Al setia berada di samping orang yang paling berharga untuk mereka. Kevin berdiri di sebelah tempat tidur Pine, dan Al berdiri di sebelah tempat tidur Rai.Sedangkan Julio berada tidak jauh di sana untuk melindungi tuannya. Allan dan Gail pun masih ada di kastel, meski mereka manusia, tidak ada satu pun vampir

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 4)

    Kevin dan Al langsung terdorong mundur karena atmosfer kuat tiba-tiba menerjang mereka. Sementara itu, para vampir di sana tidak dapat berbuat apapun. Mereka tertahan dan hanya bisa terdiam merunduk.Bersama dengan air mata yang terus mengalir, Diana melukai kedua telapak tangannya secara bergantian. Kemudian ia mengarahkan tetesan darah dari tangannya ke luka di dada Pine dan Rai yang baru saja ia buat.Diana terus saja mengepalkan tangannya dengan sangat erat. Membuat darah miliknya dengan deras keluar dan jatuh ke luka tersebut. "Jika harus ada yang mati. Maka itu adalah aku," batin Diana berbicara.Vero melihatnya dengan cemas, "Dia akan mati! Yang Mulia akan mati jika terus mengeluarkan darahnya!!!" paniknya.Vero mencoba menghentikannya. Namun sia-sia karena kekuatan Diana tidak membiarkan siapa pun untuk mengganggunya. Diana terus mengepalkan tangannya, membuat setiap darah dalam tubuhnya keluar."Kau melakukann

  • Pure Blood (DARAH MURNI)   BAB 60 - Kematian (Bagian 3)

    Dengan rambut yang berantakan, wajah kusam, dan tanpa alas kaki. Diana berjalan mendekati Pine dan Rai berada. Ekspresinya terlihat kosong. Pikirannya terus memutar kejadian-kejadian yang ia lewati bersama mereka. Perlahan air mata membasahi pipinya. Semakin lama semakin deras."Namaku Diana Charlotte, sekarang namamu adalah Dion Charlotte."Kenangan ketika Pine memberikannya nama untuk pertama kali kembali terputar di pikiran Diana, membuatnya langsung jatuh ke lantai. Kenangan ketika Rai mengajaknya untuk menjadi bagian dari hidupnya juga terputar."Hiduplah sekarang dalam duniaku. Jadikan hidupmu menjadi bagian dari hidupku.”Diana sama sekali tidak bisa membendung tangisannya. Ia tertunduk dan menangis dalam diam. Kesedihannya sangat terasa, membuat semua orang yang ada di sana ikut merasakannya.Diana memegangi dadanya. Rasa sesak langsung menyerangnya. "Kenapa ini selalu terjadi? Ini seharusnya tidak terjadi!" serunya d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status