Share

Bab 68 Penculik

last update Last Updated: 2025-10-22 20:31:51

Seketika, semua orang membeku.

Pak Danu dan Ridwan berhenti total, wajah mereka pucat pasi. Para pejalan kaki yang tadi berteriak kini hanya bisa menutup mulut dengan ngeri. Dunia di sekitar gerbang CV. Karya Sejati seolah berhenti berputar.

“Kami tidak main-main!” lanjut si penculik berpisau. “Mundur semua! Jangan ada yang coba-coba jadi pahlawan!”

Di bawah ancaman pisau yang nyata itu, tidak ada yang berani bergerak. Mereka hanya bisa menonton dengan ngeri saat kedua penculik lainnya dengan kasar mendorong dan melemparkan si wanita muda ke dalam van. Ia masih mencoba melawan, menendang-nendang, namun tenaganya tak sebanding.

“Jangan ikut campur, atau kalian semua akan menyesal!” teriak penculik terakhir sebelum ia ikut melompat masuk ke dalam van.

Pintu geser itu dibanting hingga tertutup. Dengan suara deru mesin yang meraung, van hitam itu langsung tancap gas, berbelok tajam memotong jalur lalu lintas, dan melesat pergi meninggalkan kekacauan dan ketakutan di belakangnya.

Seluruh k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 70 Joko Monyet Handal

    Andrea mendengarkan semua itu dengan jantung yang berdebar kencang.Kerasukan? Rumah iblis yang dibakar? Tikus? Siapa yang mereka bicarakan? Kepalanya pusing.Tapi satu hal yang pasti, ia kini berada di tengah-tengah sebuah masalah yang jauh lebih besar dan lebih aneh dari sekadar sengketa bisnis biasa. Mereka tidak hanya menjadikannya umpan untuk ayahnya.Mereka juga sedang menunggu kedatangan seseorang, atau sesuatu, yang mereka sebut ‘tikus’. Seseorang yang bahkan ditakuti oleh para penculik berdarah dingin ini.Di tengah keputusasaannya, sebuah ingatan aneh melintas di benaknya. Ingatan tentang cerita ayahnya semalam.Cerita tentang seorang pemuda misterius bernama Joko, yang muncul entah dari mana dan dengan tenang menghadapi Hartono dan para pengawalnya. Ayahnya bilang, ada sesuatu yang berbeda dari anak itu. Ada kekuatan dan keberanian yang tidak wajar.Mungkinkah?Pikiran itu begitu liar, begitu tidak masuk akal. Tapi di dalam kegelapan van yang pengap ini, harapan sekecil apa

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 69 Musuh Hartono

    Wanita muda itu, Andrea Sanusi, mencoba untuk bangkit.“Lepaskan aku!” teriaknya, suaranya serak dan dipenuhi oleh ketidakpercayaan.Sebuah tawa kasar menjawabnya dari kegelapan di sampingnya. “Sudah di dalam sini masih mau teriak, nona manis?”Sebuah tangan yang besar dan kuat mencengkeram lengannya, mendorongnya kembali ke lantai dengan kasar. “Diam saja yang tenang. Kalau kamu baik-baik, kami juga baik-baik. Tapi kalau kamu cari masalah…” pria itu tidak menyelesaikan kalimatnya, namun ancamannya terasa begitu nyata.Andrea tidak menyerah. Ia terus meronta, menggunakan seluruh kekuatannya. Ia adalah putri Sanusi Widjatmoko, ia tidak dibesarkan untuk menjadi korban yang pasrah. “Aku akan berteriak! Aku akan membuat semua orang tahu!”“Silakan saja,” sahut suara lain dari kegelapan, suara yang lebih tenang, lebih dingin, dan entah kenapa, lebih mengerikan. “Di dalam van ini, kau mau berteriak sampai pita suaramu putus juga tidak akan ada yang dengar.”Lampu interior van tiba-tiba meny

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 68 Penculik

    Seketika, semua orang membeku.Pak Danu dan Ridwan berhenti total, wajah mereka pucat pasi. Para pejalan kaki yang tadi berteriak kini hanya bisa menutup mulut dengan ngeri. Dunia di sekitar gerbang CV. Karya Sejati seolah berhenti berputar.“Kami tidak main-main!” lanjut si penculik berpisau. “Mundur semua! Jangan ada yang coba-coba jadi pahlawan!”Di bawah ancaman pisau yang nyata itu, tidak ada yang berani bergerak. Mereka hanya bisa menonton dengan ngeri saat kedua penculik lainnya dengan kasar mendorong dan melemparkan si wanita muda ke dalam van. Ia masih mencoba melawan, menendang-nendang, namun tenaganya tak sebanding.“Jangan ikut campur, atau kalian semua akan menyesal!” teriak penculik terakhir sebelum ia ikut melompat masuk ke dalam van.Pintu geser itu dibanting hingga tertutup. Dengan suara deru mesin yang meraung, van hitam itu langsung tancap gas, berbelok tajam memotong jalur lalu lintas, dan melesat pergi meninggalkan kekacauan dan ketakutan di belakangnya.Seluruh k

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 67 Demit Hitam Akhrinya Muncul

    “Pagi, Mang,” sapa Joko ramah.“Eh, pagi, Mas. Mau sarapan di sini atau dibungkus?” jawab Mang Udin sambil tersenyum.“Bungkus satu, Mang. Yang spesial, pakai sate usus dua tusuk. Sambalnya dipisah, ya.”“Siap!”Joko memperhatikan dengan saksama saat Mang Udin menyiapkan pesanannya. Ia melihat bagaimana setiap komponen ditata dengan rapi di dalam kotak styrofoam, bagaimana kuah kaldu kuning yang panas dituangkan terakhir kali, dan bagaimana sambal serta kecap dibungkus terpisah dalam plastik-plastik kecil. Semuanya dilakukan dengan kebersihan dan ketelitian yang membuat Joko merasa kagum.Setelah membayar dan menerima pesanannya, Joko mengucapkan terima kasih dan bergegas kembali menyeberangi jalan. Ia membawa bungkusan bubur ayam yang masih hangat itu dengan sangat hati-hati, memastikan tidak ada kuah yang tumpah. Baginya, ini bukan sekadar sebungkus bubur. Ini adalah sebuah kepercayaan, sebuah tugas pertama dari rekan kerjanya. Dan ia tidak mau gagal.“Ini, Mas, buburnya,” suara Man

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 66 Rani Semakin Nempel

    “Gosip?” tanya Joko, sedikit was-was.“Iya!” Rani tertawa. “Semua orang penasaran. Siapa OB baru yang hari pertama kerja sudah dapat panggilan khusus dari bos besar. Terus setelah tahu itu gara-gara kopi, mereka jadi makin penasaran sama kopimu. Tadi pagi, Mas Adam sampai kewalahan meladeni pesanan kopi ‘resep Mas Joko’.”Mendengar itu, Joko hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dunia perkantoran ternyata memiliki dinamikanya sendiri yang aneh dan lucu.Setelah beberapa saat, mereka akhirnya tiba di pelataran parkir CV. Karya Sejati. Gedung itu kini tidak lagi terasa mengintimidasi bagi Joko. Sebaliknya, ia terasa seperti sebuah rumah kedua, sebuah tempat di mana ia memiliki peran dan dihargai.Saat mereka berjalan berdampingan menuju lobi, Rani melirik ke arah Joko. “Bagaimana perasaanmu di hari kedua?”“Lebih baik,” jawab Joko jujur. “Tidak segugup kemarin.”“Bagus,” kata Rani sambil tersenyum. “Itu artinya kamu sudah mulai terbiasa. Semangat untuk hari kedua!”“Iya. Ter

  • Pusaka Wasiat: Lahirnya Penguasa Baru!   Bab 65 Gosip Panas

    Makhluk itu menjerit frustrasi, suaranya begitu melengkinghingga membuat Bima dan Guntur refleks menutup telinga.“Temukan dia sekarang juga!!!” raungnya untuk terakhir kali.“Aku akan merobek jiwanya dari tubuhnya… Aku akan menjadikan tulang-tulangnyasebagai hiasan rumah baruku…!!!”Setelah melontarkan ancaman terakhir yang mengerikan itu,kekuatan yang merasuki Raden seolah habis. Tubuhnya yang menempel dilangit-langit tiba-tiba menjadi lemas. Cengkeramannya hilang.Dengan suara gedebuk yang keras, tubuh Raden jatuh darilangit-langit, menghantam meja kopi marmer di bawahnya hingga hancurberkeping-keping, sebelum akhirnya tergeletak tak sadarkan diri di antarapecahan kaca dan kayu.Bima dan Guntur, setelah beberapa detik terdiam karena syok,akhirnya tersadar. Mereka bergegas menghampiri bos mereka yang kini kembalimenjadi manusia biasa, terbaring pingsan dengan luka-luka gores di sekujurtubuhnya.Mereka saling berpandangan dengan wajah pucat dan napas yangmemburu. Kekacauan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status