Share

Bab 1.2 | Ziarah

Makhluk-makhluk halus pun mulai bermunculan. Energi di tempat itu memang cukup besar untuk mereka gunakan. Akibatnya beberapa makhluk yang ada di atas pohon atau mereka yang berada di balik pepohonan, mengintip Aryanaga yang sedang berjalan dengan santai di kawasan mereka. Aryanaga adalah keturunan makhluk mistis, tentu saja ia bisa melihat makhluk-makhluk astral tersebut, bahkan sering kali sebagian di antara mereka menyukainya. Namun, ia lebih menyukai kesendirian dan menjauhi mereka. Dirinya lebih suka bergaul dengan manusia, tak aneh karena di dalam tubuhnya mengalir darah manusia yang berasal dari sang ibu.

Tubuh Aryanaga merendah saat ia kembali mendengar sesuatu yang tak asing. Dia tahu pasti akan terjadi seperti ini, kembali terlacak meskipun ia sudah bertindak lebih hati-hati. Perasaan was-wasnya mulai muncul. Dia akan kalah kalau terus bertahan. Ia juga bisa saja menyerang, tetapi itu sama saja makin menambah waktu bagi dia untuk sampai ke tempat tujuannya yang tinggal sedikit lagi.

Hembusan angin tiba-tiba menyeruak dari langit. Hembusan angin kencang ini bukanlah angin biasa, karena tiba-tiba saja ada bayangan hitam besar berkelebat di atasnya. Ada perasaan mengerikan di dalam dada Aryanaga. Sisik-sisik yang ada di tubuhnya mengeras, menandakan ada bahaya yang mengancam. Sepasang sayapnya juga bergerak-gerak, seperti merasakan sesuatu.

Merasakan ancaman itu segera saja Aryanaga berlari. Dia sedang berlari menuju tujuan akhir yang sudah bisa dia lihat dari kejauhan. Hawa di sekitarnya berubah menjadi lebih dingin daripada biasanya. Di kegelapan, ia bisa merasakan salju turun, meskipun saat ini ia berada di tanah tropis. Rerumputan membeku, pepohonan kering tertutup tumpukan salju. Tanah pun mulai berganti salju, meninggalkan jejak-jejak kakinya. Suara binatang malam pun berganti menjadi kesunyian akibat keadaan sekitar yang membeku. Aryanga seperti memasuki dunia yang berbeda daripada dunia yang biasanya ia lihat. Sementara itu bayangan di langit makin jelas terlihat. Aryanaga memekik saat bayangan itu makin mendekat dengan kecepatan tinggi.

Pemuda ini terjatuh, bukan karena terantuk batu, melainkan karena hembusan angin yang cukup kuat, sehingga menggoyahkan keseimbangannya. Dia berguling-guling di tanah beberapa kali hingga tubuhnya dicengkeram oleh cakar yang kokoh. Cakar raksasa itu menyeretnya hingga menghantam beberapa pohon-pohon kering yang tertutup salju. Salju-salju pun berhamburan ke sana kemari.

Dada Aryanaga mulai sesak. Paru-parunya menyempit karena tertimpa oleh cakar raksasa. Lebih tepatnya tubuhnya dihimpit oleh kekuatan cakar raksasa itu. Mata Aryanaga menatap nanar sosok berleher panjang, bermoncong dengan sulur-sulur di kepalanya, sementara matanya menyala dengan cahaya berwarna ungu ke merah-merahan. Sosok ini adalah sosok naga dengan sayap lebar, siap untuk menerkam Aryanga dalam sekali terkam.

Kau harusnya tidak ceroboh, Pangeran. Berlari di atas salju itu hal yang ceroboh. Kita tidak berlomba untuk sampai di tempat ini, tetapi bagaimana caranya agar kau bisa sampai di sini tanpa terdeteksi. Kau melupakan dasar sebagai seorang pemburu,” ucap naga tersebut dengan suara beratnya.

Uhuk-uhuk!! Bandi, lepaskan. Aku bisa mati kalau kau cengkeram seperti ini,” pinta Aryanaga.

Naga tersebut melepaskan cengkeramannya. Wujud raksasanya cukup mengerikan dengan kulit sisik dominan berwarna hijau, serta di sekitar lengan dan kakinya sisik berwarna coklat. Kepalanya bertanduk runcing, dengan rambut putih di sekitar kepala hingga lehernya. Siapapun yang baru pertama kali melihatnya pasti ketakutan. Memang Bandi bukan naga biasa. Dia adalah orang kepercayaan Raja Primdigda dan siapapun yang menjadi kepercayaan Primadigda maka sudah pastilah mereka bukanlah orang-orang biasa.

Aryanaga perlahan-lahan berdiri sambil memijat-mijat dadanya yang sakit akibat cengkeraman Bandi. Dia melihat bagaimana Bandi perlahan-lahan menjadi wujud manusia. Tubuhnya menyusut, lehernya, kepalanya pun seperti terhisap ke satu titik hingga menjadi wujud manusia bertanduk, setelah itu perlahan-lahan wujud setengah manusianya lenyap menjadi manusia seutuhnya dengan rambut berwarna keperakan. Wajah Bandi adalah seperti pria paruh baya berjenggot tipis dengan rambut berwarna keperakan, iris matanya berwarna hijau, sebagaimana iris matanya ketika menjadi naga. Aryanaga masih takjub dengan perubahan wujud tersebut. Dia menyesalkan karena sayapnya tak bisa dia gunakan untuk terbang karena terlalu kecil.

Kau masih perlu banyak berlatih,” ucap Bandi dengan suara berat. Meskipun sudah menjadi wujud manusia, suaranya masih berat di dengar.

Ya, ya, ya. Aku tahu. Tapi melawan wujud nagamu itu susah. Kau selalu mengetahui gerak-gerikku. Kau ada di atas sana terbang ke sana kemari sedangkan aku di tanah bersembunyi seperti kelinci dari semak-semak ke semak-semak yang lain,” gerutu Aryanaga sambil mengerucutkan bibirnya.

Bandi mengamati anak didiknya yang perlahan-lahan mulai menyembunyikan tanduk naganya. Tanduk kecil itu masuk lagi ke dalam kepalanya, menyisakan wajah seorang pria tampan umur dua puluhan. Kedua sayap di punggung pemuda itu pun menyusut, bersembunyi di punggungnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aqua Rain
keren ceritanya... semoga TDK membosankan sampai akhir
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status