Seno menelan ludah. Dia sadar, kalau saja tadi dia memegang pedang itu, mungkin saat ini nyawanya sudah melayang. Akhirnya dia menundukkan wajahnya, lalu kedua telapak tangannya menyatu seperti menghaturkan hormat kepada raja atau junjungan.
“Jangan begitu,” pinta Aryanaga. “Saya tidak pantas diperlakukan seperti itu.”
“Setidaknya sekarang aku yakin kalau sinuwun berkata yang sesungguhnya. Beberapa waktu yang lalu, aku bermimpi dengan mimpi yang sama. Bermimpi tentang sebuah pusaka aneh yang belum pernah aku lihat. Dan ternyata, sekarang pusaka ini ada di hadapanku. Di dalam mimpiku, aku bertemu dengan seorang lelaki yang memberitahuku sebuah pusaka terlarang yang tidak sembarangan orang bisa memegangnya. Kini aku tahu pusaka apa itu,” jelas Seno.
Aryanaga paham apa yang dimaksud Seno. Ayah Asri ini seperti memiliki kemampuan bisa menerawang sesuatu di ma
Aryanaga mengundang semua orang untuk makan malam di rumahnya. Termasuk Tyas yang sebenarnya tak ada kaitannya dengan semua hal ini. Jamuan makan malam itu cukup istimewa dengan Bandi yang sudah mempersiapkan masakan terbaik. Mulai dari steak daging yang sangat lezat dengan sausnya yang membuat air liur meleleh, sampai ke kuliner Indonesia semacam kari ayam, rendang, serta urap-urap yang tersaji dengan istimewa seperti restoran-restoran terkenal.“Arya sudah berjanji untuk menjagamu, jadi Romo ama ibu sedikit lebih tenang,” ucap Seno.Asri nyaris tersedak. Ia tentu saja terkejut. Bagaimana Romonya bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti itu? Padahal tadi pagi keduanya masih cekcok satu sama lain. Apa yang dibicarakan antara Romo dengan Aryanaga? Asri sangat penasaran.Aryanaga yang duduk di samping Asri tak bicara sedikit pun. Ia sedikit-sedikit melirik ke arah Asri yang juga
Pintu kamar Asri diketuk. “As, ini Tyas. Kamu nggak apa-apa?” tanya Tyas dari luar kamar kos.Asri tak menjawab. Dia masih berada di kamarnya. Untuk keluar saja ia tak berani. Ia malu setengah mati apalagi setelah diprovokasi oleh Aryanaga seperti itu.“Arya tadi bilang kamu kurang enak badan. Kalian bertengkar?” tanya Tyas lagi. “Anak itu emang sembarangan, ngaku-ngaku pacar kamu? Boleh aku masuk?”“Masuk aja! Nggak dikunci kok,” ujar Asri.Tyas kemudian membuka pintu kamar. Mendapati sahabatnya sedang berbaring di kasur membuatnya makin khawatir. “Kamu nggak apa-apa?”“Hmm,” jawab Asri.“Lagi ngapain? Nggak enak badan beneran?” tanya Tyas.Asri kemudian bangkit. Dia duduk di atas kasur, sementara Tyas duduk di depannya. Tyas
“Apa?” tanya Asri.“Kau jelek kalau bangun tidur,” kata Aryanaga. Entah itu pujian atau hinaan, tapi lebih seperti hinaan.“Emang,” jawab Asri.“Meskipun begitu aku suka,” ucap Aryanaga.Anjir, pagi-pagi udah nge-flirt! Asri langsung kembali ke kamar kosnya. Menyesal ia langsung keluar kamar pagi ini.“Aku tunggu di meja makan, sarapan bareng ama orangtuamu!” ucap Aryanaga.Asri yang sudah masuk ke kamarnya segera membangunkan Tyas. Dia bergegas mandi, setelah itu gantian Tyas yang mandi. Asri segera ganti baju untuk masuk kuliah. Seharian ini jadwalnya penuh, maka dia harus memastikan semuanya baik-baik saja dan tidak kekurangan suatu apapun.Asri mempersiapkan buku-buku yang dia bawa, peralatan make-up, setelah itu dimasukkan semuanya ke d
Seorang laki-laki sedang duduk di sudut alun-alun Kota Batu. Dia adalah Edo Susantyo. Terlihat uap tipis mengepul dari mulutnya. Dia merasa kesal, karena sudah tiga batang rokok dia habiskan hanya untuk menunggu anak buahnya untuk segera menemuinya di tempat yang terlihat banyak para pengunjung di sana. Dari kejauhan ada bianglala besar. Apabila naik ke benda tersebut, maka nyaris seluruh kota Batu bisa terlihat dari atas sana. Beberapa orang laki-laki tak lama kemudian mulai menghampirinya. Kontras sekali penampilan mereka dengan penampilan necis Edo. Ada alasan khusus kenapa lelaki berjambang tipis ini sampai harus berada di Kota Batu, yang notabenenya masih brada di dalam wilayah Malang Raya. Apalagi kalau bukan mengejar mantan kekasihnya, Asri.“Bagaimana?” tanya Edo. Dia matikan lalu menginjak putung rokoknya.“Ketemu bos. Fix ini dia,” jawab salah satu di antara orang-orang tadi.
“Bajingan!” umpat Asri. Demi apapun yang ada di dunia ini, saat ini Asri benar-benar emosi berat. Dia sudah bertengkar dengan orang tuanya. Ia sudah kehilangan ponsel, perutnya lapar dan satu-satunya harapan dia malah sekarang merangkul perempuan lain.“Brengsek!”Gadis berkacamata ini terus mengikuti Edo sambil menjaga jarak. Ia tak mau Edo mengetahui kalau sedang diikuti. Setelah Edo ke meja resepsionis, Asri terus memperhatikan dari jauh sambil menjaga agar tidak ketahuan. Sorot matanya menatap tajam nomor kunci yang sedang diserahkan oleh resepsionis kepada Edo. Kamar nomor 302.Segala hal negatif langsung menyerang kepala Asri. Gadis ini mulai berpikir keras, kenapa Edo tak bisa dihubungi? Apakah mungkin gara-gara bersama perempuan ini? Siapa perempuan ini? Keluarganya? Tidak mungkin. Kenapa juga mereka berciuman, sambil masuk ke dalam hotel? Sinting. Asri masih belum ya
Malang, sekarangSore harinya Asri sudah selesai kuliah. Ia hendak langsung pergi ke kantor.“Pergi kerja?” tanya Tyas.“Iya dong,” jawab Asri.“Aku anter?” tawar Tyas.“Nggak ngerepotin?”“Nggak kok, santai aja. Lagian aku juga mau nonton film sekalian,” jawab Tyas sambil nyengir.“Ih, nonton film sendirian,” ledek Asri. “Segera saja sana cari pasangan!”“Yee, koe sendiri juga nggak punya pasangan. Eh, sudah punya ya. Si Arya,” kekeh Tyas.Asri mencubit pipi Tyas. “Nggak, belum resmi.”“Kapan diresmikan?” terdengar suara yang mengejutkan keduanya. Tampak Aryanaga ada di d
Aryanaga sampai di kantor Asri. Ternyata di tempat itu sekarang sedang ramai, teman-teman kerja Asri yang mendengar keributan keluar semua. Mereka juga sedang merawat Tyas yang tampaknya syok. Tyas melihat Aryanaga yang berada di luar pagar, segera memanggilnya.“Arya!” panggil Tyas.Aryanaga masuk ke halaman kantor. Tampak wajah Tyas yang berantakan, dia benar-benar terlihat syok.“Kau tak apa-apa?” tanya Aryanaga.Tyas mengangguk.Dwi dan Wulan yang ada di tempat kejadian bertanya-tanya dengan orang yang baru saja masuk ke halaman rumah. Aryanaga memakai kemeja batik dengan celana khaki. Yang membuat Tyas masih takjub adalah hanya lima menit setelah tadi dia menelpon, cowok itu tiba-tiba saja sudah ada di tempat ini.“Masnya siapa?” tanya Dwi.“Dia pacarnya Asri,&rd
Orang-orang melongok melihat ke depan. Dari kejauhan terlihat seseorang berdiri di tengah jalan. Siapa orang yang berani masuk ke jalan tol dan berdiri di tengah jalan? Ada dua kemungkinan, pertama, orang yang memang ingin cari mati. Kedua, bukan orang.“Tabrak aja. Nggak usah pedulikan!” perintah Edo.Sang sopir pun menginjak pedal gas dalam-dalam. Mobil pun melaju dengan kencang untuk menabrak siapapun yang ada di tengah jalan itu.Orang yang berada di tengah jalan tol itu adalah Aryanaga. Cowok itu sudah berdiri di sana. Hanya saja ada yang berbeda dari Aryanaga. Dia sudah menjelma menjadi wujud hybrid—setengah naga setengah manusia. Kulitnya bersisik dengan warna biru kemerahan, kepalanya muncul sepasang tanduk. Di punggungnya ada sepasang sayap kecil. Asri samar-samar melihat siapa yang ada di tengah jalan. Lampu di jalan tol tak begitu teran