"Ya, aku berbicara dalam hati tapi kau meresponnya, jadi kau bisa mendengar kata hati?" Adolf mengulang pertanyaan."Aku tidak tahu. Sebelumnya aku tidak bisa mendengar perkataan seseorang yang diucapkan dalam hati," balas putri Aludra yang juga kebingungan.Miya memperhatikan Adolf dan putri Aludra bergantian sambil berbicara di dalam hati. Apa yang terjadi?"Aku pun tidak tahu apa yang terjadi, Ibu Miya," sahut putri Aludra spontan."Ibuku tidak bicara apapun, kau merespon kata hatinya?" tanya Adolf semakin penasaran.Putri Aludra menatap Miya dengan seksama, seolah meminta jawaban apakah benar tapi ia berbicara di dalam hati atau lisan?Miya mengangguk, pertanda mengiyakan ucapan Adolf.Putri Aludra yang masih bingung, tiba-tiba saja ia memekik sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat kemudian terhuyung karena kehilangan keseimbangan.Adolf segera memburu tubuh putri Aludra dan menangkapnya sebelum tubuh itu jatuh ke tanah."Apa yang terjadi, Aludra?" tanya Adolf dengan amat cem
"Ehem!" Adolf berdehem membuat Putri Aludra seketika mengalihkan pandangannya dari Philip, namun Philip masih mempertahankan posisinya, terus memandang Putri Aludra meski gadis itu telah membuang muka menatap ke arah sungai."Hei, apa kau jatuh cinta padanya?" tanya Adolf menyelidik."Apa?""Ya, semua yang--""Adolf!" Putri Aludra memotong kalimat Adolf. Dengan begitu Adolf sadar bahwa dia seharusnya tidak membeberkan tentang sihir Putri Aludra yang bisa membuat semua orang jatuh cinta."Ada apa? Kau tidak melanjutkan bicaramu?" tanya Philip sambil mengernyitkan dahi."Ah, tidak, itu bukan hal yang harus kau ketahui," balas Adolf.Philip mengedikkan bahu, tak ingin mempermasalahkan."Hari sudah mulai gelap, kalau kau berkenan silakan mampir ke gubuk kamu dan istirahat barang satu malam. Kau lanjutkan perjalanan besok ketika fajar tiba." Adolf menawarkan Philip untuk istirahat."Apakah aku tidak akan mengganggu kalian?" tanya Philip yang masih berpendapat Adolf dan Putri Aludra mungkin
Philip menyantap makanannya dengan sangat lahap, sama sekali tak terganggu dengan aroma tidak sedap yang mengelilinginya, tak bisa dihindarkan.Miya tersanjung karena selain Philip menghabiskan makanannya, pria itu juga memuji masakannya.Adolf merasa berterima kasih karena Philip sangat menghargai Putri Aludra dengan sikapnya yang demikian, sedangkan Putri Aludra sendiri merasa terharu."Bagaimana?" tanya Philip usai mereka menyelamatkan makan malam.Putri Aludra membuang napas panjang. "Terima kasih, aku merasa dihargai.""Sudah seharusnya aku menghormatimu. Tanpa mengurangi rasa hormatku, bolehkah aku tau tentang apa yang terjadi pada dirimu?" tanya Philip sangat sopan."Baiklah, apa yang ingin kau ketahui?""Apa pun, semua yang kau rasakan tentang apa yang menimpamu.""Sebelumnya, apa yang kau ketahui tentang apa yang aku alami?" tanya Putri Aludra."Kau mendapat kutukan dari Ratu Penelope ratu dari bangsa unicorn, lalu saat usiamu tujuh belas tahun Ratu Penelope datang untuk men
Raut wajah Philip terlihat pucat. Pria itu mengusap wajahnya berkali-kali dengan tak tenang.Aludra yang sudah berbalik badan ikut memperhatikan pria pengembara itu, sama seperti yang dilakukan Adolf."Philip, katakan saja apa pun yang kau ketahui, bahkan jika kau bilang aku hampir mati pun aku tetap ingin mendengarnya," pinta Putri Aludra.Philip menarik napas dalam kemudian membuangnya perlahan. "Aku tidak percaya kau ...."Lama Philip tidak meneruskan ucapannya, membuat Putri Aludra dan Adolf semakin penasaran."Ada apa, Philip? Katakan saja," bujuk Putri Aludra lagi."Kau gadis yang kuat, Aludra, kau berbeda. Jika itu bukan kau, mungkin sudah akan mati sejak dulu. Organ dalamnya hampir sepenuhnya hangus terbakar, namun kau tetap hidup sampai saat ini, luar biasa." Philip merasa takjub sekaligus heran.Tiba-tiba Putri Aludra memegangi dadanya. Ada rasa nyaman yang entah sejak kapan ia rasakan. Kemudian Putri Aludra menatap Philip seksama."Siapa kau sebenarnya?" tanya Putri Aludra
Adolf memperlambat pacuan kudanya ketika dirasa sudah cukup aman, kemudian berhenti diikuti oleh Philip yang juga berhenti."Kalian bisa mendengar suara ombak itu tapi aku tidak mendengar karena tempat itu tertutup ilusi. Namun saat tidak ada lagi kabut ilusi di sana, aku langsung merasakan ombak itu akan segera menghantam kita, itulah mengapa aku menghimbau untuk segera pergi dari sana." Tanpa diminta Adolf sudah langsung menjelaskan, dan ya, dari kejauhan mereka dapat melihat bagaimana air itu melahap daratan."Kita masih belum aman, sebaiknya kita segera pergi dari sini." Philip menginterupsi."Kami belum tahu akan pergi dan tinggal di mana setelah ini. Kami hanya ingin keberadaan kami tidak mengganggu makhluk lain, terutama keberadaanku dengan bau yang menyengat ini," sahut Putri Aludra."Tidak perlu dipikirkan, kalian ikut saja denganku. Guruku pasti akan menerima kedatangan kalian," kata Philip memberi solusi."Kau benar-benar tidak akan melanjutkan perjalanan tugasmu? Kau bisa
"Bukan Guru yang melakukannya tapi--"Ucapan Philip terhenti ketika satu tangan Guru Arkatama terangkat ke udara. Philip paham bahwa gurunya melarang ia melanjutkan kalimatnya.Bukan hanya Philip saja yang paham isyarat itu, semua orang di sana juga paham, jadi Putri Aludra menunggu saja apakah guru Arkatama akan menjelaskan sesuatu atau tidak."Sebelumnya aku ingin menceritakan sedikit tentang kisahku dengan saudaraku, kakak kandungku." Suara Guru Arkatama terdengar setelah hening beberapa saat."Aku Arkatama, dan kakakku Aristama, kami dididik oleh satu guru yang sama, yaitu ayah kami sendiri. Banyak kemampuan dan ilmu yang diturunkan oleh ayah kami kepada kami. Namun setelah ayah kami wafat, kakakku memilih jalan yang berbeda, dia menempuh aliran hitam. Aku sudah berusaha menyadarkannya untuk kembali jalan yang benar, namun dia sudah terlalu jauh melangkah hingga aku tidak bisa mengejarnya, dia pergi jauh," tutur Guru Arkatama mulai menjelaskan."Kemudian suatu hari dia menantang d
"Itu merupakan salah satu ibadah di agama kami. Namanya shalat istikharah, di mana kita meminta petunjuk dari Tuhan, agar kita bisa yakin ketika kita dihadapkan pada dua pilihan sulit, maka Tuhan akan memberikan jawaban yang terbaik untuk kaumnya." Guru Arkatama menjelaskan tentang pertanyaan Putri Aludra yang tampak tidak mengerti."Apakah Tuhan akan langsung memberikan jawaban saat kita meminta petunjuk?" tanya Putri Aludra lagi."Tidak secara langsung, namun Tuhan memberikan isyarat. Kami menyebut Tuhan kami dengan Allah.""Apakah aku juga bisa meminta petunjuk pada Tuhan kalian?""Pada dasarnya Tuhan hanya ada satu, namun keyakinan orang berbeda. Dan kuncinya adalah yakin. Jika kau yakin Dewa yang kau sebut Tuhan bisa membantumu, maka mintalah pertolongan Dewa," tutur Guru Arkatama."Maaf, tadi aku mendengar kau menyebut agama, apa itu?" Adolf ikut mengajukan pertanyaan."Agama adalah kepercayaan, kepercayaan kepada Tuhan, seperti yang aku jelaskan tadi. Dan kami memeluk agama Isl
Philip memikirkan baik-baik kemungkinan keberhasilan usaha yang bisa dia lakukan, memperhitungkan segalanya. Mulai dari jarak pendopo dengan laut Perak yang tidak bisa dikatakan dekat, kemudian kedalam laut yang mencapai lebih dari 15.000 meter serta rintangan yang harus dihadapi. Semua itu diperhitungkan oleh Philip hingga terdengar suara sang guru yang menegurnya."Semakin kau banyak berpikir maka waktumu semakin habis. Putuskan, Philip!" seru sang guru."Aku tetap akan maju, Guru!" jawab Philip cepat dan tegas.Guru Arkatama mengulas senyum tipis. "Baik. Gunakan kendi ini sebagai wadah obat yang aku jelaskan tadi. Kau sudah cukup mampu untuk membelah diri, Philip, tapi kau hanya memiliki kesempatan satu kali, jadi pergunakan kesempatan itu sebaik mungkin. Jangan lupa selalu niatkan semua atas nama Allah. Pergilah, waktu terus berjalan, jangan membuang waktu!"Philip menerima kendi kecil itu, menyimpannya dan tanpa banyak kata ia segera bersiap untuk pergi karena waktu semakin berjal