Aku sempat bingung, panik campur aduk kenapa setiap magrib bayiku menangis tiada henti dan matanya selalu melotot ke atas. Bahkan sampai aku beri susu pun dia tidak mau. Dan dia akan berhenti menangis setelah suara azan subuh berkumandang. Baru itu bayiku bisa tidur dengan nyenyak dan dapat minum susu dengan kenyang.
Dan itu berlangsung sampai beberapa hari. Akhirnya suamiku berinisiatif untuk menutup kedua mata bayiku dengan kasa yang diplester. Tega tidak tega saat itu tapi dengan begitu barulah bayiku bisa tidur nyenyak dan meminum susunya. Anehnya setiap malam sudah aku usahakan untuk shalat malam dan tadarus tapi tetap tidak ada perubahan. Bila aku dan suamiku lupa menutup mata bayiku menjelang magrib kejadian itu terulang lagi. Dan anehnya aku sama sekali tidak bisa melihat siapa yang mengganggunya.
Akhirnya suamiku mencari-cari info soal orang pintar dan mendatangi orang itu bersama kerabatnya dengan membawa bayiku tanpa sepengetahuanku. Karena hari itu memang aku sedang berobat jadi aku tidak tahu kalau suamiku mendatangi orang itu.
Akhirnya sesampainya aku di rumah suamiku menceritakan semuanya.
"Bun, maaf tadi ayah bersama M*** mendatangi orang pintar yang mengerti soal hal-hal gaib. Maaf kalau ayah tidak memberitahu bunda terlebih dahulu."
"Iyakah, apa kata orang itu mengenai bayi kita." Tanyaku.
"Kata beliau bayi kita di ikuti sama sesosok kuntilanak bun. Sosok itu mengikuti kita semenjak kita pulang dari rumah sakit tempo hari. Dan kenapa bayi kita selalu melihat ke atas saat ditidurkan. Karena bayi kita dia tidurkan di atas badan kunti itu bun, sambil kunti itu peluk." Terang suamiku.
Dalam hatiku aku sangat kaget. Kok bisa?? Bahkan aku sendiri pun kenapa tidak bisa melihat sosok yang mengganggu bayiku.
"Lalu apa kata beliau yah." Tanyaku penasaran.
"Beliau hanya suruh kita memberi minuman air putih ini ke bayi kita bun. Kata beliau bisa dicampurkan di susu." Suamiku sambil memberi minuman botol aqua yang katanya sudah dibacakan doa-doa agar sosok kunti itu pergi.
Selang beberapa hari keadaan sama saja tidak ada perubahan sepertinya sosok itu senang sekali kepada putriku sehingga dia tidak mau pergi.
Sehingga pada suatu hari. 2 jam sejak suamiku pergi bekerja. Aku merasa ada yang aneh pada putriku. Kenapa sudah 2 jam lebih dia tidak merengek atau menangis minta susu. Aku colek-colek pipinya pun tidak bereaksi. Aku tunggu beberapa jam lagi pikirku saat itu. Mungkin dia masih kenyang.
Tapi sampai setelah azan zuhur berkumandang pun bayiku tidak bergeming bergerak pun tidak saat aku sentuh. Panik luar biasa aku saat itu. Sambil berlari aku ke rumah tetanggaku dengan maksud meminjam hpnya untuk menelepon suamiku.
"Ayah ini si dede kenapa dari ayah berangkat kerja tadi dia sama sekali tidak bergerak, tidak minum susu, menangis, merengek pun tidak. Cepat pulang yah bunda khawatir harus bagaimana ini?" Tanyaku panik.
"Masa iya bun bayi kita daritadi tidak minum susu sama sekali. Ya sudah ayah pulang sekarang ayah minta ijin dulu sama bos ayah."
"Iya yah cepetan yah bunda khawatir."
Sekitar jam 5 sore suamiku baru sampai kontrakan.
"Maaf bun ayah lama. Bagaimana bayi kita sudah mau minum susu?"
"Belum sama sekali yah. Bunda takut anak kita dehidrasi."
Entah bagaimana caranya suamiku akhirnya bisa membangunkan bayiku dan akhirnya dia mau minum susu. Aku pikir kekhawatiranku berhenti di situ ternyata tidak. Setelah dia meminum susu itu. Bayiku muntah banyak sekali dan itu keluar melalui hidung dan telinga. Tambah paniklah aku.
"Bagaimana ini yah!" Tanyaku panik.
"Tenang bun, Mungkin si dede hanya gumoh biasa."
Tapi itu terulang lagi. Dan kali ini lebih banyak. Sampai bayiku sulit bernapas.
Tanpa pikir panjang suamiku bergegas meminjam motor tetangga karena saat itu memang kami belum punya apa-apa. Kami memulai semua dari nol saat itu.
Akhirnya kami bersiap ke rumah sakit. Rumah sakit yang pertama aku tuju adalah RS. P****. Sepanjang perjalanan bayiku pucat, badannya dingin sekali saat aku menyentuhnya. Padahal saat itu aku memakaikan dia baju hangat, jaket, ditambah kaos kaki. Aku sudah pasrah saat itu bila Engkau ingin mengambilnya kembali ya Allah.Sesampainya di rumah sakit itu bayiku langsung ditangani seorang dokter. Tapi dokter bilang saat itu ruangan khusus bayi di rumah sakit itu penuh. Dan lagi- lagi aku di rujuk ke RS. F*******.
Sesampainya di RS.F******. Kami di omelin dokter yang menangani bayiku.
"Kenapa sudah keadaan seperti ini bayinya baru di bawa kesini pak, bu!"
Dokter itu langsung memeriksa bayiku. Hancur hatiku saat itu melihat tangan mungil bayiku harus di suntik sana sini. Di ambil darahnya beberapa kali. Dan juga di beri infusan.
Keesokannya bayiku terbangun dan menangis kencang. Saat aku ingin memberikannya susu, ada perawat melarangku.
"Jangan bu, Jangan diberikan susu."
"Tapi bayiku menangis suster, Lihat dia menangis. Mungkin dia haus karena dari kemaren bayiku belum minum susu."
"Iya bu tapi kata dokter jangan di beri susu dulu kan sudah melalui infus."
Hati ibu mana yang tidak hancur. Melihat bayinya yang menangis menyayat hati. Sampai-sampai dia menendang-nendang pinggiran inkubatornya. Seperti ingin bilang kepadaku bunda aku haus. Aku ingin minum.
"Sabar ya cantik. Anak bunda kuat. Cepat sembuh sayang. Sebentar lagi ayah pulang kerja nanti dede digendong ayah ya. Jangan tendang-tendang ya nak nanti kaki ade sakit."
Ga terasa sepertinya separuh nyawaku hilang saat itu. Aku lemas bersandar di tembok. Tidak tahu harus bagaimana. Melihat bayiku dengan keadaan yang seperti itu."Bunda ke musholla dulu ya sayang. Dede jangan nangis nanti infusannya lepas lagi. Dede tidur ya besok pasti dede udah sembuh, Kita bisa pulang."
Di sajadahku aku menangis sejadi-jadinya pada Robbku.
"Ya Allah, Tolong jangan siksa bayi kecilku seperti itu. Bila Engkau ingin mengambilnya kembali aku ikhlas tapi jangan biarkan dia merasakan sakit seperti itu, Aku tidak kuat melihatnya ya Allah. Tapi bila masih mungkin Aku memohon padaMu sembuhkanlah bayi kecilku, Angkat penyakitnya agar kami bisa berkumpul lagi. Aamiin." Doaku.
Dan keesokan harinya. Aku janjian dengan temanku itu untuk menemui seorang ustad untuk menanyakan perihal tentang rumah tanggaku yang aku rasa aneh. Setelah ku dengar bel sekolah berbunyi aku berpamitan pada putriku Naya."Nak, nanti kalau Naya pulang sekolah belum ada Bunda. Naya tunggu Bunda di kantin saja ya. Jangan langsung pulang sendirian ya. Tunggu Bunda datang jemput Naya." Terangku."Memang Bunda mau kemana sih? Kok tumben biasanya menunggu Naya sampai pulang sekolah." Tanyanya sambil kening mengkerut."Bunda lagi ada urusan Nak sama Tante Nina." Terangku lagi sambil mengusap rambutnya."Urusan apa sih Bunda. Naya kepo hehe.." Tanyanya sambil cengengesan."Anak kecil mau tau aja urusan orang tua. Sudah sana masuk kelas nanti bu guru keburu masuk kelas.""Ya sudah Naya masuk kelas dulu ya Bun. Tapi Bunda sama Tante Nina jangan lama-lama perginya. Takut Naya keburu pulang sekolah." Katanya sambil berlalu masuk ke kelasnya.
Tapi di saat istirahat sekolah tiba. Aku dipanggil oleh wali kelasnya Naya.Tok..tok..(Suara pintu diketuk)."Assalamualaikum bu guru." Kataku."Walaikumsalam. Eh Bunda Naya ayo silahkan masuk bun." Jawab Bu Guru."Maaf bu guru. Ada apa ya memanggil saya. Apakah ada masalah dengan Naya saat mengikuti pelajaran?" Tanyaku penasaran."Oh engga bun. Ini saya mau menanyakan sesuatu kepada bunda. Tapi, sebelumnya saya minta maaf. Kalau mungkin nanti pertanyaan saya agak sedikit pribadi dan takut menyinggung Bundanya Naya." Kata Bu Guru yang bikin aku tambah penasaran."Sebenarnya pertanyaan tentang apa ya Bu Guru saya jadi agak deg degan ini?" Tanyaku agak khawatir."Hmm..Ini Bunda. Saya ingin menanyakan tentang Naya. Saya lihat ada beberapa lebam di tangan dan wajah Naya bun. Saya melihatnya agak ngilu karena itu pasti sangat sakit sekali. Apalagi untuk anak kecil seumuran Naya. Kalau boleh tahu itu lukanya kenapa bu? Kalau memang Na
Bukkk...bukkk!!Melihat aku dihujami pukulan dan tendangan, Putriku Naya coba melindungiku. Tapi naasnya mengenai tangan mungil Naya."Aduhhhh...sakiitt Bunda!! Ayah jahat!!" Tangisnya sambil menahan sakit akibat kena tendangan ayahnya."Ya Allah Nayaa!!!" Teriakku."Jahat sekali kamu Yah!! Aku boleh kamu sakiti tapi jangan anak kita!! Apa salah kita sama kamu hingga kamu perlakukan seperti ini!" Kataku sambil menangis."Alah cengeng sekali kalian. Kayak gitu saja nangis. Dan kamu anak kecil ga usah sok ikut campur urusan orang tua. Sana kembali tidur!!" Suruhnya sambil melempar badan Naya ke atas tempat tidur."Sudah cukup Yah. Jangan kamu sakiti lagi Naya! Tidak ada sedikit hatikah kamu buat kami!" Isakku sambil menggendong Naya.Mendengar itu dia hanya melotot dan berhambur pergi dengan mengendarai motornya. Entah mengapa melihatnya pergi. Aku merasa sedikit lega. Paling tidak aku merasa dan anak-anak sudah aman sekarang.
Mendengar suara keras itu. Aku langsung berlari ke Teras. "Ya Allah, Naya! Kamu kenapa nak? Kok bisa jatuh." Tanyaku kaget. Sambil mencoba membangunkannya. Aku melihat Naya merintih dan menahan tangisnya. "Kamu kenapa nak?" Tanyaku heran sambil melirik kearah suamiku. "Alah anakmu cengeng. Lihat tuh perbuatan anak yang selalu kau manja. Sampai menumpahkan kopiku!" Kata Suamiku marah. "Ya Allah yah cuma karena menumpahkan kopi. Ayah sampai mendorong Naya seperti ini Yah? Kasihan Naya yah." "Apa kamu bilang hanya menumpahkan kopi?! Ga lihat kamu itu mengenai celanaku!" Bentaknya. "Cuma karena itu kamu berlaku kasar pada anak kita yah. Kamu tahu kan Naya kakinya ga sempurna! Kakinya sakit yah. Tapi malah kamu mendorongnya. Tidak bisakah kamu bicara baik-baik dengan anakmu yah. Celana kena kopi kan bisa diganti nanti tapi hati anakmu yang sudah kau lukai, bisakah kau menggantinya?" Kataku hampir menangis. "Alah manjak
Saat sedang naik ojek menuju ke pasar. Dan sesampainya di sana. Aku dikagetkan karena melihat sesuatu. Yah, dikagetkan oleh suamiku yang saat itu sedang asyik makan bersama teman-temannya di sebuah warung makan. Melihat itu aku hanya membatin dan mengucapkan istigfar."Bisa-bisanya dia di sini makan-makan. Sedangkan anak-anakku kelaparan. Hmm..ga boleh suuzon Cha, mungkin saja dia sedang ditraktir temannya." Batinku.Tapi saat mendengar mendengar celotehan teman-temannya."Ri, kamu ga apa-apa ni traktir kita makan kayak gini. Itu anak istrimu bagaimana?" Tanya salah satu temannya."Alah ga usah bahas mereka. Bodo amat aku di sini mau senang-senang. Jadi please ga usah bicarain anak istri aku. Biarin aja mereka cari makan sendiri. Biar tahu rasa cari duit tuh susah. Jadi ga kerjanya ma aku tuh minta..minta dan minta." Jawab suamiku.Mendengar kata-katanya sakit sekali hatiku. Tak terasa butiran airmata jatuh di pipiku. Inikah suamiku yang sedang ber
Saat sedang asyik berbicara dengan Naya. Aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka kasar. "Brakkk..!" Ya Allah ternyata suamiku yang membuka pintu itu dengan kasarnya. Tanpa mengucapkan salam pula. "Ya Allah ayah. Kok buka pintu seperti itu aku dan Naya sampai kaget tadi." Tanyaku berusaha selembut mungkin. "Makanya kalau suami pulang kuping dibuka lebar-lebar jadi dengar kalau aku masuk rumah." Jawabnya ketus. "Astagfirullah yah. Tadi benar bunda tidak mendengar salam ayah sama sekali. Makanya bunda tidak tahu kalau ayah pulang. Bunda minta maaf." Kataku lembut sambil menunduk. "Ya sudah besok-besok tidak bunda ulangi lagi." "Ya sudah. Ga usah banyak bacot. Aku lapar siapin makanan sana!" Bentaknya. "Iya sebentar ya. Ayah tidak mandi atau ganti baju dulu. Nanti bunda siapkan?" "Sudah ga usah bawel aku mau makan dulu ga usah ngatur-ngatur. Buruan!! Kamu dengar ga!!" Bentaknya. Melihat suamiku y