Share

Putri Istimewaku
Putri Istimewaku
Penulis: Hanafa

Bab 1 Detik-detik Kelahiran

Putri Istimewaku

By. Hanafa

🌾🌾🌾

Kisah ini terinspirasi dari Kisah Nyata Seorang gadis kecil yang memiliki kelebihan melihat makhluk-makhluk tak kasta mata. Nama pelaku dalam cerita ini disamarkan. Beginilah kisahnya.

🌾🌾🌾

Saatku sedang tidur terasa ada yang keluar dari jalan lahirku. Kaget, panik, campur aduk yang aku lihat rembesan air aku pikir apakah ini air ketuban?

Langsung aku membangunkan suamiku dan dia pun panik maklum hari itu sudah tengah malam dan kami tidak punya kendaraan apapun untuk mengantarkanku kebidan atau rumah sakit.

Dengan paniknya suamiku mengedor rumah tetanggaku dengan maksud untuk meminjam motornya. Alhamdullilah tetanggaku itu mau meminjamkan motornya. Langsung kami mengendarai motor itu ke bidan tapi sayang bidan itu tidak mau menanganiku dengan alasan resiko. Dan akhirnya merujukku ke sebuah rumah sakit F*t****. 

Dalam perjalanan, tiba-tiba motor yang kami kendarai berhenti. Ya Tuhan, ternyata bensinnya habis dan sialnya karena panik dan terburu-buru suamiku lupa membawa dompetnya. Akhirnya kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Aku duduk di motor dan suamiku mendorongnya. Dengan perasaan khawatir, campur aduk bagaimana dengan keadaan buah hati pertama kami didalam perutku ini. Ga henti-hentinya aku berdoa dan berzikir tolonglah hambaMu ini ya Allah. 

Tiba-tiba ada motor besar berhenti di samping kami.

 "Pak, kenapa motornya mogok?" Kata orang itu yang perawakannya serba hitam dari pakaian, helm, bahkan motor.

"Iya, pak kehabisan bensin." Kata suamiku.

"Bapak, mau kemana? Loh itu istrinya mau melahirkan kah?" Kata orang itu.

"Iya pak kayaknya daritadi sudah keluar air terus". Kata suamiku.

"Ya sudah biar istri bapak saya yang antar ke rumah sakit bapak beli bensin kira-kira di depan ada yang jual bensin."

"Maaf pak saya lupa bawa uang sangking paniknya tadi." Kata suamiku.

"Ya, sudah bapak pakai uang saya saja dulu." Kata orang itu sambil menyodorkan uangnya kepada suamiku.

Setengah jam perjalanan akhirnya saya sampai di rumah sakit begitupun dengan suami. Dan saya langsung ditangani oleh suster yang bertugas saat itu.

Setelah masuk diruang UGD untuk observasi kata dokternya karena ternyata belum ada pembukaan sama sekali.

Aku langsung teringat dengan orang yang menolong kami tadi.

Langsung aku menanyakan kepada suami.

"Yah, bapak tadi yang membantu kita kemana ya? Apa ayah sudah bilang terima kasih. Tadi aku belum sempat bilang terima kasih wajahnya saja aku tidak lihat. Apa ayah tau namanya?." Tanyaku.

"Y Allah ayah juga belum mengucapkan terima kasih bun. Sangking paniknya tadi ayah langsung ke ruang administrasi cuma ayah sempat aneh ayah tidak bisa melihat wajah orang itu sama sekali. Maksudnya biar kalau kita ketemu lagi ayah bisa mengenalinya. 

Tapi, anehnya bakalan kita sempet berbicara dengannya tapi mengapa wajahnya tidak terlihat bikin merinding saja bun." Jelas suamiku.

"Ah ayah jangan berpikir macam-macam bunda jadi takut." Kataku sedikit ketakutan.

Mendengar perkataan dari suamiku jujur saat itu agak merinding juga apalagi aku agak sensitif dengan hal-hal seperti itu.

Dan ini rumah sakit makhluk tak kasat matanya banyak.

🌾🌾🌾

Di rumah sakit hatiku tidak tenang belum lagi banyak makhluk tak kasat mata yang aku lihat bikin tambah resah. Sedangkan suamiku sering keluar masuk ruangan hanya untuk ijin merokok. Hmm..Namanya laki-laki memang susah untuk berhenti merokok hanya sekedar menungguku lahiran saja tidak bisa, gerutuku.

Sampai pagi pun tidak ada tanda-tanda pembukaan sama sekali, yang ada hanya rembesan air seperti aku mengompol. Merembes begitu saja tidak bisa aku tahan. Alhasil aku sering mengganti baju dan pakaian dalam. Saat itu aku baru tau kata orang yang satu ruangan denganku itu bilangnya "Kembar air". Karena katanya aku selama hamil suka main air. Kalau diingat-ingat memang benar aku suka main air apapun aku senang sekali merendam kakiku di air.

Risih juga di rumah sakit ini aku selalu di observasi oleh kebanyakan dokter pria apa tidak adakah dokter wanita satupun pikirku. 

Saat dokter memeriksaku, 

"Aduh, bu kok rembesan air terus ya yg keluar, ini juga belum HPLnya kan?"

"Iya dok memamg belum saya tidak tau kenapa keluarnya air terus".

"Ya sudah kita usg dulu y."

Hasil USG menyatakan ketubanku sudah ada yang keluar dan kata dokter si jabang bayi sudah stres di dalam sana.

Alhasil karena hasil USG itu, Dokter memberiku pilihan apa dioperasi sesar saja atau diinduksi.

Aku pikir karena ini anak pertama bila aku operasi sesar berarti untuk anak selanjutnya bakalan sesar lagi, jadi aku memutuskan diinduksi saat itu.

Masya allah rasanya diinduksi 3 hari 2 malam setiap jam aku selalu diobservasi setiap beberapa jam tidak bertambah bukaannya maka dosis induksinya ditambah.

Selama proses itu rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya sangking sakitnya aku menahan. Alhasil setelah hari ke 3 jam menunjukkan 00.30 saat itu aku tidak kuat menahan dan aku berteriak dan mengejan sekuatnya. 

Bidan dan perawat yang piket malam itu kaget dan berteriak.

"Ibu jangan mengejan dulu belum pembukaan lengkap".

"Saya sudah tidak kuat bu bidan ini rasanya ingin keluar".

Entah kenapa, saat itu mereka langsung menyiapkan peralatan melahirkan.

Karena sudah kehabisan tenaga, Aku sudah tidak kuat mengejan.

Saat itu sempat aku dengar bunyi klek.

Aku pikir saat itu jalan lahirku yang robek karena aku sempat mengangkat badanku yang kata mereka harusnya jangan.

Selang beberapa lama, tepatnya tanggal 26 April 2009 pukul. 01.00 lahirlah putriku.

Tapi anehnya kenapa sama bidan dan perawat langsung dibawa ke ruang bayi tanpa diperlihatkan padaku. Ada apa ini perasaanku campur aduk. Ada apa dengan putri kecilku?

Saat aku bertanya kata mereka tidak apa-apa bu mau dibersihkan dulu. Tapi sampai beberapa jam bayiku tidak diperlihatkan padaku bahkan untuk memberikannya asi sekalipun. Bukankah bayi baru lahir biasanya langsung diberikan asi oleh ibunya tapi kenapa sampai pagi pun bayiku tidak diperlihatkan padaku.

Rasa berkecamuk dalam hati. Ada yang aneh pikirku. Walau masih lemas pasca melahirkan aku memaksa suamiku untuk mengantarkanku ke ruang bayi dan memaksa dokter dan perawat yang jaga saat itu bahwa hari itu aku harus memberikan bayiku asi dan suamiku belum mengazani bayiku. Mereka beralasan karena bayiku lahir prematur makanya mereka tidak memperlihatkannya padaku dan langsung menaruhnya diinkubator.

Saat sedang asik-asiknya memberikan asi. Si cantik arabku asi. Dia mengompol. Aku memanggil perawat minta bantuan, tapi entah kemana mereka, lalu aku meminta suamiku membantuku karena jahitan pasca melahirkanku belum kering jadi aku belum bisa gesit untuk bergerak.

Saat suami membuka bedongan bayiku untuk mengganti popoknya. Aku teriak histeris.

"Astagfirullah ayah, Bayi kita kenapa?"

Saat suamiku membuka bedongan bayiku karena dia mengompol betapa kagetnya aku reflek aku istigfar dan teriak histeris.

Ya, kaki anakku tidak sempurna dia digips karna tulang kakinya pecah. Pantas saja dokter, bidan dan perawat tidak memperlihatkannya padaku mereka langsung membawanya ke ruang bayi.

Tapi mengapa mereka tidak memberitahuku malah menyembunyikannya dari kami. Ada apa ini sebenarnya? Bukankah saat USG mereka bilang bayiku normal-normal saja. Apakah bunyi klek itu bukan suara dari jalan lahirku yang sobek tapi sebenarnya adalah..? Ya Allah..

Tanpa pikir panjang dengan rasa hati yang berkecamuk langsung aku tanyakan kepada bidan dan perawat yang ada di ruang itu.

"Bu, maaf ini bayiku kenapa? Kenapa kakinya seperti ini?" Tanyaku kepada salah satu perawat di situ.

Bukannya menjelaskan mereka malah saling salah menyalahkan sedangkan aku tahu merekalah orang yang membantuku  persalinan saat itu.

"Maaf bu kami juga tidak tahu tunggu nanti tanyakan saja ke dokternya saat dia datang nanti." Jawab perawat itu.

"Jam berapa dokternya datang? Tanyaku.

"Sebentar lagi bu."

"Baik saya tunggu."

Sambil menunggu dokter itu datang suamiku menenangkanku. Karena saat itu aku hanya bisa menangis meratapi nasib putri kecilku. Kakinya ya Allah. Bayi mungilku harus digips yang gipsnya saja lebih besar daripada badan putri kecilku.

Ya putriku lahir saat itu hanya memiliki berat 1,7 kilo dan panjang 42 cm. Aku hanya bisa merutuki diriku sendiri mengapa tidak becus jadi seorang ibu.

🌾🌾🌾

1 jam kemudian 

🌾🌾🌾

Dokter yang menangani persalinanku itu datang. Tanpa basa basi, Aku langsung memberondongnya dengan banyak pertanyaan saat berbicara pun aku sambil menangis sangking untuk menahan emosiku.

Tapi apa jawaban dokter itu. Dia bilang tidak tahu menahu dan masih tetap saling menyalahkan antara bidan dan perawat yang menanganiku saat itu."

"Bagaimana bisa dokter bilang tidak tahu apa-apa! Kalian tidak tahu apa-apa! Ijin siapa sampai bayiku harus digips sedangkan aku dan suamiku tidak menandatangani apapun! Kalau ini memang kesalahan kalian semua. Kalian akan saya tuntut beserta rumah sakit ini!" Teriakku sambil menangis.

Suamiku mencoba menenangkanku.

"Bun, sabar istigfar ini mungkin cobaan anak kita kamu habis melahirkan jangan seperti ini nanti kamu sakit." Kata suamiku mencoba menenangkanku.

"Kenapa ayah diam saja! Ayah tidak berani walaupun kita orang kecil aku ga terima anakku jadi seperti ini. Aku ga terima!" (Kataku sambil menangis dipelukan suamiku).

"Kalaupun kita harus menuntut kita pasti kalah bun, Lebih baik uangnya buat terapi dan berobat anak kita, kita harus sabar."

🌾🌾🌾

Setelah 2 bulan

🌾🌾🌾

Bayiku sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Yang seharusnya saat itu pulang pagi aku ngotot kalau harus sore itu juga pulang. Alhasil magrib pun kami masih di jalan.

Sesampainya di kontrakan kami. Aku meletakkan si arabku (sebutan sayangku pada bayiku) di tempat tidurnya. Tapi anehnya, bayiku langsung terbangun dan menangis, Saat itu aku pikir dia ingin menyusu karena terlalu lama di rumah sakit dia tidak mau meminum asiku mau tidak mau aku membuatnya susu formula. Tapi saat aku ingin meminuminya dia tidak mau meminumnya, matanya selalu melihat ke atas.

Aku pikir mungkin dia mau dengan ayahnya, tapi tidak dia tetap menangis makin kencang.

Sampai tetangga sebelah kami datang.

"Ya, Allah kak kapan datang. Kenapa itu kok si dede nangis. Mau nyusu kali?" Tanyanya.

"Tidak teh, Aku sudah membuatkan susu tapi malah menangis terus, Aku sudah mengecek kasurnya aku pikir ada semut yang menggigitnya tapi tidak ada, di badannya pun tidak ada, Aku bingung kenapa nangis terus." Kataku panik.

"Coba sini bawa ke kontrakanku saja mungkin dia panas." Ajaknya.

Anehnya, Disaat bayiku dibawa ke kontrakan tetanggaku dia langsung diam, Ku berikan susu dia langsung tertidur. Tapi di saat aku membawa dia kembali ke kontrakanku dia menangis histeris lagi.

Kenapa dengan putri kecilku Y Allah?.

🌾🌾🌾

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status