Share

Bab 3 Pulang dari Rumah Sakit

Selama beberapa hari di rumah sakit alhamdullilah bayiku berangsur pulih.

Saat sedang memberikannya susu. 

Ada seorang bapak berkarismatik yang mengunjungi salah satu pasien yang kebetulan satu kamar dengan bayiku. Sesaat dia menoleh dan menghampiriku.

"Eh ade cantik sakit apa nak?" Tanyanya.

 "Kata dokter dehidrasi hebat pak." Jawabku.

"Ya Allah, Syafakillah ya nak."

Lalu entah dengan pandangan yang sukar aku jelaskan. Dia menatap bayiku seperti tatapan yang sangat aneh. Seperti penuh tanda tanya.

Lalu beliau berkata, "Anak kamu ini sangat istimewa jaga dia baik-baik. Suatu hari nanti dia yang menjadi perisai buat kamu dan akan mengangkat derajatmu." Kata orang itu sambil tersenyum. 

"Ya sudah saya permisi dulu." Sambil berpamitan dan mengelus lembut pipi bayiku. 

Sempat agak aneh aku memikirkan kata-katanya tapi ya sudahlah aku anggap biasa saja.

Saat suamiku pulang kerja dan menjenguk kami ke rumah sakit. Aku berkata padanya.

"Yah, kmu cari kontrakan baru ya. Aku ga mau di situ. Kasian bayi kita. Dan aku ga mau menanggung resiko lagi. Kamu tahu tidak separuh nyawaku seperti hilang melihat bayi kita seperti ini. Untung saja Allah masih memberikanku kesempatan lagi untuk menjadi seorang ibu. Dan aku ga mau gegabah lagi." Kataku tegas.

"Iya bun, Sabar yah. Nanti ayah cari kontrakan baru buat kita. Tapi kamu sabar karena ga gampang cari kontrakan itu kan."

"Ya sudah, Tapi ingat yah bila sudah dapat ditanya dulu yah sudah berapa lama itu kontrakannya kosong. Jangan ayah langsung ngontrak aja. Aku ga mau kejadian ini terulang lagi."

"Iya iya bun." Udah kamu sekarang istirahat biar aku gantian menjaga bayi kita ya.  Nanti jam 2/3 malam baru ayah bangunkan bunda kita bergantian jaga."

Mungkin karena aku terlalu lelah karena beberapa hari ini kurang tidur sehingga gampang sekali aku terlelap. Walau sebenarnya aku orang yang susah untuk tidur.

🌾🌾🌾

Sehingga beberapa saat.

🌾🌾🌾

Aku seakan-akan mendengar ada yg memanggil namaku. Sehingga aku mengikuti arah suara itu.

Ternyata ada seorang wanita yang berdiri di depan pintu ruangan bayiku di rawat.

Aku kaget sekali. Dia tersenyum padaku. Pakaiannya putih-putih dan rambutnya panjang.

"Maafkan aku, karena sudah menyusahkanmu dan bayimu. Tapi sungguh tadinya maksudku tidak seperti itu. Aku hanya suka dengan bayimu karena dia sangat mirip dengan bayiku dulu. Jaga dia baik-baik. Dia anak yang sangat istimewa. Aku janji aku ga akan mengganggu kalian lagi." Sambil tersenyum dia pergi dan menghilang begitu saja.

"Hei, tunggu..tunggu..!! 

Kamu siapa kenapa bisa kenal bayiku!" Kataku sambil berteriak.

"Bun, bangun!! Kamu kenapa? Kok teriak-teriak seperti itu." Kata suamiku sambil membangunkanku.

"Astagfirullah. Aku terbangun dan sadar bahwa aku masih berada di ruang rawat bayiku. Ya Allah ternyata aku bermimpi. Tapi seperti nyata. Siapa wanita itu? Semua pertanyaan berkecamuk di benakku.

"Kamu kenapa sayang. Mimpi apa? Sampai berteriak-teriak seperti itu."

"Ga apa- apa yah. Mungkin bunda lupa berdoa tadi sebelum tidur jadi mimpi buruk deh."

"Ya sudah sekarang gantian ayah yang tidur. Kan besok pagi harus kerja lagi."

"Ya sudah ayah tidur dulu ya."

Saat itu pukul sekitar jam 3 pagi. Masih terngiang-ngiang di ingatanku mimpi itu. Rumah sakit jam segitu sangat sunyi, sangat sepi keliatan horor bagiku. Belum lagi lampu di lorong rumah sakit di buat agak redup jadi bikin aroma mistis semakin terasa.

Aku memberanikan diri ke luar ruangan. Rasa penasaranku tentang mimpiku tadi masih jelas dalam ingatanku. Siapa tahu saja perempuan itu masih berdiri di sana.

Saat aku membuka pintu. Suasana sepi aku celingak celinguk sama sekali tidak ada orang. Sepertinya para perawat pun sedang beristirahat juga di ruangannya. Banyak sekali di situ suara aktivitas ya teriakan minta tolong. Atau makhluk tak kasat mata yang bolak balik di depanku dengan bermacam sosok. Walaupun agak merinding aku tepis. Aku pura- pura tidak melihat mereka. Karena jujur aku sendiri sangat penakut. Walau kadang aku sendiri bisa melihat tapi kadang tidak. Saat itu mungkin karena aku penasaran dengan mimpiku sehingga dengan mudahnya aku bisa melihat mereka. Aku masuk kembali ke ruang bayiku. Tak ku perdulikan suara-suara berisik itu.

Tidak terasa pagi pun tiba.

Dan suamiku berpamitan untuk bekerja.

Tidak berapa lama ada dokter dan perawat yang masuk untuk memeriksa bayiku.

"Wah dede arab keliatannya sudah seger ya. Nyusunya  juga kuat sekali. Tambah gembul jadinya nih badannya. Om dokter jadi gemes."

"Bagaimana keadaan bayiku dok." Tanyaku.

"Kita lihat perkembangan hari ini ya bu. Kalau sudah tidak ada keluhan lagi dede arab besok sudah boleh pulang." Kata dokter itu menjelaskan.

"Alhamdullilah ya Allah. Terima kasih dok."

"Sama- sama. Saya tinggal dulu ya bu mau memeriksa pasien lain. Da..da..dede arab nanti sore om dokter datang lagi ya.  ih gemes pengen cubit pipinya. Mari bu."

"Iya dok silahkan."

Aku senang sekali saat itu ga henti-hentinya ucap syukur. Setelah bayiku tertidur pulas. Aku mencari wartel di dekat rumah sakit untuk menghubungi suamiku.

"Assalamualaikum yah. Ini bunda. Yah kata dokter insya allah besok anak kita sudah diperbolehkan pulang. Oh ya apa ayah sudah menemukan kontrakan yang baru buat kita."

"Walaikumsalam bun. Benarkah? Alhamdullilah. Belum bun ayah belum menemukan kontrakannya. Insya allah kalau bunda tidak keberatan hari ini ayah akan mencarinya tapi mungkin kembali ke rumah sakit ayah agak larut malam. Ga apa-apa bun."

"Iya yah ga apa-apa. Tapi ingat ya yah ditanya sama yang punya kontrakannya. Sudah berapa lama kontrakan itu kosong. Bunda ga mau kejadian ini terulang lagi."

"Iya bun pasti. Ya sudah ayah lanjut kerja lagi. Bunda jaga kesehatan ya jangan lupa makan. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Menjelang tengah malam. Saat aku tertidur ada yang membangunkanku.

"Bun, bun bangun ni ayah."

"Eh ayah. Ya Allah maaf bunda ketiduran."

"Iya ga apa-apa sayang. Maaf kalau aku membangunkanmu. Alhamdullilah bun aku sudah mendapat kontrakan dekat rumah bapak. Besok pagi ayah sudah ijin sehari dari  kantor ayah untuk kita pindahan. Pagi aku akan pindahkan barang-barang kita ke kontrakan yang baru. Setelah beres baru ayah jemput bunda ma dede ya gimana."

"Biar bunda ga repot jadi di kontrakan nanti udah beres dan rapi. Sehingga bunda ma anak kita bisa langsung istrirahat." Kata suamiku.

"Alhamdullilah kalau gitu. Tapi yah itu kontrakannya sudah berapa lama kosongnya. Belum lama kan? Ingat yah kita sudah punya anak masih bayi lagi rawan yah." Tanyaku khawatir.

"Iya ayah sudah bertanya sama yang punya kontrakan kata dia sih belum lama penghuni lamanya pindah sekitar 2 mingguan." Jelas suamiku.

"Oh syukurlah kalau gitu. Ya udah ayah istirahat aja biar besok ga capek."

Keesokan harinya

Suamiku menjemputku dan bayiku keluar dari rumah sakit dan mengantarkan kami kekontrakan yang baru.

Saat itu seingatku sudah jam 7 malam. Sesampainya di sana. Saat suamiku menyuruhku masuk. Ada bapak mertuaku dan abang suamiku yang ikut membantuku pindahan. Bahkan kata suamiku bahwa bapaknyalah yang membantunya mencari kontrakan ini. Saat dipersilahkan masuk oleh bapak mertuaku. Aku merasa ada yang memperhatikanku dari arah dapur.

"Maaf pak. Selain kita apa ada orang lain lagi di dalam. Sepertinya daritadi ada yang memperhatikanku dari arah dapur itu. (Sambil telunjukku menunjuk ke arah dapur).

"Bapak mertuaku langsung menuju ke dapur. Dan bilang sudah tidak ada. Sudah diusir katanya. Aku merasa aneh saat itu. Tadi bilangnya bukan ga ada siapa-siapa. Kok sekarang bilangnya sudah tidak ada. Aneh pikirku. Cuma aku ga mau berpikir macam-macam. Karena sudah lelah juga aku dan bayiku jadi aku anggap saja angin lalu ucapan bapak mertuaku itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status