Selama beberapa hari di rumah sakit alhamdullilah bayiku berangsur pulih.
Saat sedang memberikannya susu.
Ada seorang bapak berkarismatik yang mengunjungi salah satu pasien yang kebetulan satu kamar dengan bayiku. Sesaat dia menoleh dan menghampiriku."Eh ade cantik sakit apa nak?" Tanyanya.
"Kata dokter dehidrasi hebat pak." Jawabku.
"Ya Allah, Syafakillah ya nak."
Lalu entah dengan pandangan yang sukar aku jelaskan. Dia menatap bayiku seperti tatapan yang sangat aneh. Seperti penuh tanda tanya.
Lalu beliau berkata, "Anak kamu ini sangat istimewa jaga dia baik-baik. Suatu hari nanti dia yang menjadi perisai buat kamu dan akan mengangkat derajatmu." Kata orang itu sambil tersenyum.
"Ya sudah saya permisi dulu." Sambil berpamitan dan mengelus lembut pipi bayiku.
Sempat agak aneh aku memikirkan kata-katanya tapi ya sudahlah aku anggap biasa saja.
Saat suamiku pulang kerja dan menjenguk kami ke rumah sakit. Aku berkata padanya.
"Yah, kmu cari kontrakan baru ya. Aku ga mau di situ. Kasian bayi kita. Dan aku ga mau menanggung resiko lagi. Kamu tahu tidak separuh nyawaku seperti hilang melihat bayi kita seperti ini. Untung saja Allah masih memberikanku kesempatan lagi untuk menjadi seorang ibu. Dan aku ga mau gegabah lagi." Kataku tegas.
"Iya bun, Sabar yah. Nanti ayah cari kontrakan baru buat kita. Tapi kamu sabar karena ga gampang cari kontrakan itu kan."
"Ya sudah, Tapi ingat yah bila sudah dapat ditanya dulu yah sudah berapa lama itu kontrakannya kosong. Jangan ayah langsung ngontrak aja. Aku ga mau kejadian ini terulang lagi."
"Iya iya bun." Udah kamu sekarang istirahat biar aku gantian menjaga bayi kita ya. Nanti jam 2/3 malam baru ayah bangunkan bunda kita bergantian jaga."
Mungkin karena aku terlalu lelah karena beberapa hari ini kurang tidur sehingga gampang sekali aku terlelap. Walau sebenarnya aku orang yang susah untuk tidur.
🌾🌾🌾
Sehingga beberapa saat.
🌾🌾🌾
Aku seakan-akan mendengar ada yg memanggil namaku. Sehingga aku mengikuti arah suara itu.
Ternyata ada seorang wanita yang berdiri di depan pintu ruangan bayiku di rawat.
Aku kaget sekali. Dia tersenyum padaku. Pakaiannya putih-putih dan rambutnya panjang."Maafkan aku, karena sudah menyusahkanmu dan bayimu. Tapi sungguh tadinya maksudku tidak seperti itu. Aku hanya suka dengan bayimu karena dia sangat mirip dengan bayiku dulu. Jaga dia baik-baik. Dia anak yang sangat istimewa. Aku janji aku ga akan mengganggu kalian lagi." Sambil tersenyum dia pergi dan menghilang begitu saja.
"Hei, tunggu..tunggu..!!
Kamu siapa kenapa bisa kenal bayiku!" Kataku sambil berteriak."Bun, bangun!! Kamu kenapa? Kok teriak-teriak seperti itu." Kata suamiku sambil membangunkanku.
"Astagfirullah. Aku terbangun dan sadar bahwa aku masih berada di ruang rawat bayiku. Ya Allah ternyata aku bermimpi. Tapi seperti nyata. Siapa wanita itu? Semua pertanyaan berkecamuk di benakku.
"Kamu kenapa sayang. Mimpi apa? Sampai berteriak-teriak seperti itu."
"Ga apa- apa yah. Mungkin bunda lupa berdoa tadi sebelum tidur jadi mimpi buruk deh."
"Ya sudah sekarang gantian ayah yang tidur. Kan besok pagi harus kerja lagi."
"Ya sudah ayah tidur dulu ya."
Saat itu pukul sekitar jam 3 pagi. Masih terngiang-ngiang di ingatanku mimpi itu. Rumah sakit jam segitu sangat sunyi, sangat sepi keliatan horor bagiku. Belum lagi lampu di lorong rumah sakit di buat agak redup jadi bikin aroma mistis semakin terasa.
Aku memberanikan diri ke luar ruangan. Rasa penasaranku tentang mimpiku tadi masih jelas dalam ingatanku. Siapa tahu saja perempuan itu masih berdiri di sana.
Saat aku membuka pintu. Suasana sepi aku celingak celinguk sama sekali tidak ada orang. Sepertinya para perawat pun sedang beristirahat juga di ruangannya. Banyak sekali di situ suara aktivitas ya teriakan minta tolong. Atau makhluk tak kasat mata yang bolak balik di depanku dengan bermacam sosok. Walaupun agak merinding aku tepis. Aku pura- pura tidak melihat mereka. Karena jujur aku sendiri sangat penakut. Walau kadang aku sendiri bisa melihat tapi kadang tidak. Saat itu mungkin karena aku penasaran dengan mimpiku sehingga dengan mudahnya aku bisa melihat mereka. Aku masuk kembali ke ruang bayiku. Tak ku perdulikan suara-suara berisik itu.
Tidak terasa pagi pun tiba.
Dan suamiku berpamitan untuk bekerja.Tidak berapa lama ada dokter dan perawat yang masuk untuk memeriksa bayiku."Wah dede arab keliatannya sudah seger ya. Nyusunya juga kuat sekali. Tambah gembul jadinya nih badannya. Om dokter jadi gemes."
"Bagaimana keadaan bayiku dok." Tanyaku.
"Kita lihat perkembangan hari ini ya bu. Kalau sudah tidak ada keluhan lagi dede arab besok sudah boleh pulang." Kata dokter itu menjelaskan.
"Alhamdullilah ya Allah. Terima kasih dok."
"Sama- sama. Saya tinggal dulu ya bu mau memeriksa pasien lain. Da..da..dede arab nanti sore om dokter datang lagi ya. ih gemes pengen cubit pipinya. Mari bu."
"Iya dok silahkan."
Aku senang sekali saat itu ga henti-hentinya ucap syukur. Setelah bayiku tertidur pulas. Aku mencari wartel di dekat rumah sakit untuk menghubungi suamiku.
"Assalamualaikum yah. Ini bunda. Yah kata dokter insya allah besok anak kita sudah diperbolehkan pulang. Oh ya apa ayah sudah menemukan kontrakan yang baru buat kita."
"Walaikumsalam bun. Benarkah? Alhamdullilah. Belum bun ayah belum menemukan kontrakannya. Insya allah kalau bunda tidak keberatan hari ini ayah akan mencarinya tapi mungkin kembali ke rumah sakit ayah agak larut malam. Ga apa-apa bun."
"Iya yah ga apa-apa. Tapi ingat ya yah ditanya sama yang punya kontrakannya. Sudah berapa lama kontrakan itu kosong. Bunda ga mau kejadian ini terulang lagi."
"Iya bun pasti. Ya sudah ayah lanjut kerja lagi. Bunda jaga kesehatan ya jangan lupa makan. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Menjelang tengah malam. Saat aku tertidur ada yang membangunkanku.
"Bun, bun bangun ni ayah."
"Eh ayah. Ya Allah maaf bunda ketiduran."
"Iya ga apa-apa sayang. Maaf kalau aku membangunkanmu. Alhamdullilah bun aku sudah mendapat kontrakan dekat rumah bapak. Besok pagi ayah sudah ijin sehari dari kantor ayah untuk kita pindahan. Pagi aku akan pindahkan barang-barang kita ke kontrakan yang baru. Setelah beres baru ayah jemput bunda ma dede ya gimana."
"Biar bunda ga repot jadi di kontrakan nanti udah beres dan rapi. Sehingga bunda ma anak kita bisa langsung istrirahat." Kata suamiku.
"Alhamdullilah kalau gitu. Tapi yah itu kontrakannya sudah berapa lama kosongnya. Belum lama kan? Ingat yah kita sudah punya anak masih bayi lagi rawan yah." Tanyaku khawatir.
"Iya ayah sudah bertanya sama yang punya kontrakan kata dia sih belum lama penghuni lamanya pindah sekitar 2 mingguan." Jelas suamiku.
"Oh syukurlah kalau gitu. Ya udah ayah istirahat aja biar besok ga capek."
Keesokan harinya
Suamiku menjemputku dan bayiku keluar dari rumah sakit dan mengantarkan kami kekontrakan yang baru.
Saat itu seingatku sudah jam 7 malam. Sesampainya di sana. Saat suamiku menyuruhku masuk. Ada bapak mertuaku dan abang suamiku yang ikut membantuku pindahan. Bahkan kata suamiku bahwa bapaknyalah yang membantunya mencari kontrakan ini. Saat dipersilahkan masuk oleh bapak mertuaku. Aku merasa ada yang memperhatikanku dari arah dapur.
"Maaf pak. Selain kita apa ada orang lain lagi di dalam. Sepertinya daritadi ada yang memperhatikanku dari arah dapur itu. (Sambil telunjukku menunjuk ke arah dapur).
"Bapak mertuaku langsung menuju ke dapur. Dan bilang sudah tidak ada. Sudah diusir katanya. Aku merasa aneh saat itu. Tadi bilangnya bukan ga ada siapa-siapa. Kok sekarang bilangnya sudah tidak ada. Aneh pikirku. Cuma aku ga mau berpikir macam-macam. Karena sudah lelah juga aku dan bayiku jadi aku anggap saja angin lalu ucapan bapak mertuaku itu.
Dan keesokan harinya. Aku janjian dengan temanku itu untuk menemui seorang ustad untuk menanyakan perihal tentang rumah tanggaku yang aku rasa aneh. Setelah ku dengar bel sekolah berbunyi aku berpamitan pada putriku Naya."Nak, nanti kalau Naya pulang sekolah belum ada Bunda. Naya tunggu Bunda di kantin saja ya. Jangan langsung pulang sendirian ya. Tunggu Bunda datang jemput Naya." Terangku."Memang Bunda mau kemana sih? Kok tumben biasanya menunggu Naya sampai pulang sekolah." Tanyanya sambil kening mengkerut."Bunda lagi ada urusan Nak sama Tante Nina." Terangku lagi sambil mengusap rambutnya."Urusan apa sih Bunda. Naya kepo hehe.." Tanyanya sambil cengengesan."Anak kecil mau tau aja urusan orang tua. Sudah sana masuk kelas nanti bu guru keburu masuk kelas.""Ya sudah Naya masuk kelas dulu ya Bun. Tapi Bunda sama Tante Nina jangan lama-lama perginya. Takut Naya keburu pulang sekolah." Katanya sambil berlalu masuk ke kelasnya.
Tapi di saat istirahat sekolah tiba. Aku dipanggil oleh wali kelasnya Naya.Tok..tok..(Suara pintu diketuk)."Assalamualaikum bu guru." Kataku."Walaikumsalam. Eh Bunda Naya ayo silahkan masuk bun." Jawab Bu Guru."Maaf bu guru. Ada apa ya memanggil saya. Apakah ada masalah dengan Naya saat mengikuti pelajaran?" Tanyaku penasaran."Oh engga bun. Ini saya mau menanyakan sesuatu kepada bunda. Tapi, sebelumnya saya minta maaf. Kalau mungkin nanti pertanyaan saya agak sedikit pribadi dan takut menyinggung Bundanya Naya." Kata Bu Guru yang bikin aku tambah penasaran."Sebenarnya pertanyaan tentang apa ya Bu Guru saya jadi agak deg degan ini?" Tanyaku agak khawatir."Hmm..Ini Bunda. Saya ingin menanyakan tentang Naya. Saya lihat ada beberapa lebam di tangan dan wajah Naya bun. Saya melihatnya agak ngilu karena itu pasti sangat sakit sekali. Apalagi untuk anak kecil seumuran Naya. Kalau boleh tahu itu lukanya kenapa bu? Kalau memang Na
Bukkk...bukkk!!Melihat aku dihujami pukulan dan tendangan, Putriku Naya coba melindungiku. Tapi naasnya mengenai tangan mungil Naya."Aduhhhh...sakiitt Bunda!! Ayah jahat!!" Tangisnya sambil menahan sakit akibat kena tendangan ayahnya."Ya Allah Nayaa!!!" Teriakku."Jahat sekali kamu Yah!! Aku boleh kamu sakiti tapi jangan anak kita!! Apa salah kita sama kamu hingga kamu perlakukan seperti ini!" Kataku sambil menangis."Alah cengeng sekali kalian. Kayak gitu saja nangis. Dan kamu anak kecil ga usah sok ikut campur urusan orang tua. Sana kembali tidur!!" Suruhnya sambil melempar badan Naya ke atas tempat tidur."Sudah cukup Yah. Jangan kamu sakiti lagi Naya! Tidak ada sedikit hatikah kamu buat kami!" Isakku sambil menggendong Naya.Mendengar itu dia hanya melotot dan berhambur pergi dengan mengendarai motornya. Entah mengapa melihatnya pergi. Aku merasa sedikit lega. Paling tidak aku merasa dan anak-anak sudah aman sekarang.
Mendengar suara keras itu. Aku langsung berlari ke Teras. "Ya Allah, Naya! Kamu kenapa nak? Kok bisa jatuh." Tanyaku kaget. Sambil mencoba membangunkannya. Aku melihat Naya merintih dan menahan tangisnya. "Kamu kenapa nak?" Tanyaku heran sambil melirik kearah suamiku. "Alah anakmu cengeng. Lihat tuh perbuatan anak yang selalu kau manja. Sampai menumpahkan kopiku!" Kata Suamiku marah. "Ya Allah yah cuma karena menumpahkan kopi. Ayah sampai mendorong Naya seperti ini Yah? Kasihan Naya yah." "Apa kamu bilang hanya menumpahkan kopi?! Ga lihat kamu itu mengenai celanaku!" Bentaknya. "Cuma karena itu kamu berlaku kasar pada anak kita yah. Kamu tahu kan Naya kakinya ga sempurna! Kakinya sakit yah. Tapi malah kamu mendorongnya. Tidak bisakah kamu bicara baik-baik dengan anakmu yah. Celana kena kopi kan bisa diganti nanti tapi hati anakmu yang sudah kau lukai, bisakah kau menggantinya?" Kataku hampir menangis. "Alah manjak
Saat sedang naik ojek menuju ke pasar. Dan sesampainya di sana. Aku dikagetkan karena melihat sesuatu. Yah, dikagetkan oleh suamiku yang saat itu sedang asyik makan bersama teman-temannya di sebuah warung makan. Melihat itu aku hanya membatin dan mengucapkan istigfar."Bisa-bisanya dia di sini makan-makan. Sedangkan anak-anakku kelaparan. Hmm..ga boleh suuzon Cha, mungkin saja dia sedang ditraktir temannya." Batinku.Tapi saat mendengar mendengar celotehan teman-temannya."Ri, kamu ga apa-apa ni traktir kita makan kayak gini. Itu anak istrimu bagaimana?" Tanya salah satu temannya."Alah ga usah bahas mereka. Bodo amat aku di sini mau senang-senang. Jadi please ga usah bicarain anak istri aku. Biarin aja mereka cari makan sendiri. Biar tahu rasa cari duit tuh susah. Jadi ga kerjanya ma aku tuh minta..minta dan minta." Jawab suamiku.Mendengar kata-katanya sakit sekali hatiku. Tak terasa butiran airmata jatuh di pipiku. Inikah suamiku yang sedang ber
Saat sedang asyik berbicara dengan Naya. Aku dikagetkan dengan suara pintu yang dibuka kasar. "Brakkk..!" Ya Allah ternyata suamiku yang membuka pintu itu dengan kasarnya. Tanpa mengucapkan salam pula. "Ya Allah ayah. Kok buka pintu seperti itu aku dan Naya sampai kaget tadi." Tanyaku berusaha selembut mungkin. "Makanya kalau suami pulang kuping dibuka lebar-lebar jadi dengar kalau aku masuk rumah." Jawabnya ketus. "Astagfirullah yah. Tadi benar bunda tidak mendengar salam ayah sama sekali. Makanya bunda tidak tahu kalau ayah pulang. Bunda minta maaf." Kataku lembut sambil menunduk. "Ya sudah besok-besok tidak bunda ulangi lagi." "Ya sudah. Ga usah banyak bacot. Aku lapar siapin makanan sana!" Bentaknya. "Iya sebentar ya. Ayah tidak mandi atau ganti baju dulu. Nanti bunda siapkan?" "Sudah ga usah bawel aku mau makan dulu ga usah ngatur-ngatur. Buruan!! Kamu dengar ga!!" Bentaknya. Melihat suamiku y