Share

Bab 7 Masuk TK

Tidak terasa waktu cepat sekali berlalu. Naya sekarang sudah berusia 5 tahun. Sejak hampir setahun aku pisah dengan suami. Akhirnya aku memberikan dia kesempatan sekali lagi. Ya kami rujuk dan akhirnya pindah kontrakan di daerah SU*****i. 

Tadinya mau aku masukkan Naya langsung SD karena sudah fasih membaca juga. Tapi ternyata umur Naya belum cukup untuk masuk SD. Ya umurnya baru 5 tahun. Mau tidak mau saya memasukkannya lagi ke sebuah TK. Semenjak masuk TK tidak sekalipun aku meninggalkan Naya pulang. Selalu aku yang mengantarkannya dan menungguinya di sekolah sampai pulang walau repot membawa Raihan. Kenapa Raihan tidak bersekolah? Karena Raihan anak berkebutuhan khusus apalagi belum bisa bicara dan masih menjalankan terapi saat itu. Tadinya mau aku masukkan SLB. Tapi banyak yang melarang. Karena Raihan normal kok. Dia tanggap dan mendengar kalau kita menyuruhnya. Dia  mengerti dan bisa melakukannya. Ditakutkan kalau masuk SLB dia malah makin tidak mau belajar bicara. Alhasil saya memasukkannya ke TK umum jg.

Saat istirahat tiba. Teman-temannya asyik bermain di pekarangan depan dengan berbagai mainan. Kemanakah si Naya? Dengan panik semua temannya aku tanya. 

" Ji, Liat naya?"

"Tadi aku melihat Naya main di belakang sekolah bunda."

"Oh ya makasih ya nak."

Ngapain Naya di belakang sekolah sedangkan teman-temannya asyik bermain di depan.

Dan benar saja aku melihat dia di bawah pohon nangka. Seperti sedang berbicara sendiri. Seperti layaknya berbicara dengan seseorang.

"Naya , kamu ngapain di situ nak? Sendirian lagi. Yuk main di depan saja nanti bel masuk berbunyi. Naya tidak mendengar."

"Bunda. Bunda liat tidak ini temanku. Cantikkan bunda." Sambil menunjuk ke arah pohon itu.

Yah ada sesosok anak perempuan cantik di situ. Tapi saat itu aku berpura-pura tidak melihatnya. Karena aku kurang suka kalau Naya bersikap seperti itu di tempat umum. Aku takut orang-orang bahkan teman-temannya menganggapnya aneh.

"Tidak nak. Bunda tidak melihat siapa-siapa. Malah yang bunda lihat itu Naya sedang berbicara sendiri. Udah yuk kita ke depan aja yuk . Nanti bel berbunyi Naya tidak mendengar." Bujukku.

"Ah masa bunda tidak melihatnya sih. Ini loh bunda di depan aku."

"Udah yuk nak kita ke depan aja. Bunda ga liat." Sambil menarik tangan Naya agar mau bermain di depan.

🌿🌿🌿

Singkat cerita.

🌿🌿🌿

Keesokannya saat aku dan salah satu orang tua murid keluar sebentar. Aku pikir Naya aman karena sudah masuk kelas. Dan saat aku Kembali di waktu istirahat.

Ada salah satu temannya berkata kepadaku.

"Bunda Naya tadi Naya di kelas aneh deh masa ngomong sendiri. Bakalan mah di rak buku tadi ga ada orang tuh.ih Naya aneh bikin kita takut."Ejek salah satu temannya.

Melihat temannya mengadu seperti itu kepadaku. Naya sangat marah.

"Aku tidak ngomong sendiri. Aku berbicara dengan temanku. Anak perempuan cantik aku memanggilnya si cantik. Tadi dia ada di depanku masa kalian tidak melihatnya!" Belanya sudah hampir menangis.

"Engga tuh kita ga liat. ih Naya kamu aneh deh. Naya aneh.. Naya aneh." Ejekan teman-temannya ujungnya membuat putri kecilku tidak bisa membendung rasa tangisnya.

"Aku ga aneh. Kalian yang aneh. Masa tidak melihatnya!  Hu..hu..hu.Bundaa."  Sambil memelukku dia menangis.

"Naya mah aneh banget sih. Mana udah pake sepatu aneh kayak begitu. Eh sekarang suka ngomong sendiri hahaha." Ledek salah satu temannya. 

Melihat anakku menangis. Spontan saja kesabaranku habis.

"Ngomong tolong di jaga kamu ya nak. Kaki Naya sedang sakit makanya dia pakai sepatu seperti ini! Kalian masih bersyukur punya kaki sehat jadi tidak merasakan sakit seperti Naya. Dengan memakai sepatu berat seperti ini apa kalian kuat ! Apa kalian bisa tahan kakinya di tarik-tarik dan kalian bisa tahan kesakitan saat terapi. Dan itu yang dirasakan Naya. Jangan mencela kekurangan fisik orang lain. Harusnya saat kalian melihat orang ada kekurangan fisik. Kalian bantu, kalian rangkul. Bukan diejek kayak gini! Jangan bikin mental orang down. Mengerti kalian! Harusnya kalian bersyukur punya kaki normal bisa berjalan normal tidak seperti Naya yang kakinya sakit !" Tak terasa airmataku sudah menetes.

Saat aku berbicara seperti itu teman-temannya hanya menunduk. Dan ibu- ibu mereka menghampiri kami. Dan alhamdullilah mereka mengerti dan menyuruh anak-anak mereka minta maaf kepada Naya.

Setelah kejadian itu Naya berubah drastis yang tadinya dia anak yang ceria, periang, banyak bicara, murah senyum sekarang menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Dia jarang lagi bermain bersama dengan teman-temannya di sekolah. Saat istirahat dia lebih suka bermain hanya berdua dengan Raihan adiknya daripada berbaur dengan teman-temannya.

Bahkan sepatu khususnya sudah tidak mau dia pakai lagi. Katanya saat itu dia malu takut diejek teman-temannya lagi nanti bila masih memakai sepatu itu.

Hari-hari berlalu Naya masih menjadi sosok yang pendiam. Walau awalnya sangat ramah, pandai bergaul, periang. Yah sejak kejadian itu percaya dirinya jadi hilang. Cuma saja dia bukan sosok anak yang pendendam. Bila ada teman yang tidak membawa alat tulis, bahkan pensil warna. Naya dengan senang hati meminjamkannya. Begitu juga dengan makanan dia senang berbagi kalau melihat temannya lupa membawa bekal. Dan akhirnya temannya pun kembali bersikap baik kepadanya.

Walau begitu. Itu semua tidak dapat mengembalikan keceriaanya seperti dulu. Iya, Naya menjadi anak yang pendiam. Berbicara pun dia sangat irit, seperlunya saja.

Hingga saatnya ada seorang temannya yang saat itu akhirnya menjadi sahabatnya selama sekolah di TK itu.

"Naya aku punya roti 2 kamu mau ga?" Kata anak itu menghampiri putriku yang sedang main ayunan sendirian."

Sedang aku memperhatikannya dari jauh. Sambil sesekali menjaga Raihan. Aku mengajarkan Naya agar dia bisa menghadapi masalahnya sendiri.

"Ini ambil aku satu kamu satu." Sambil memberikan roti kepada Naya.

Dan anakku menerimanya.

"Ayo dibuka rotinya. Kita makan bareng. Cyntia suka roti strawbery. Kalau Naya suka roti apa?"

Anak itu membuka pembicaraan karena Naya hanya kebanyakan diam.

"Aku juga suka strawbery tapi aku lebih suka roti srikaya dan coklat."

"Nah gitu dong. Akhirnya kamu ada suaranya. Aku kan mau dengar suaramu Naya. Jangan diam saja. Yuk kita main. Habis makan roti kita bermain bersama ya."

"Iya".

Di sela-sela saat mereka bermain. Putriku bertanya kepada temannya.

"Cyn, mang kamu ga kenapa-kenapa berteman dengan aku yang kata teman-teman yang lain. Aku anak yang aneh. Mang boleh sama mamamu, kamu bermain denganku." Katanya sambil menunduk.

"Boleh. Kamu kan anak baik Naya. Kenapa aku tidak boleh bermain denganmu. Malah saat aku ijin kepada mamaku. Mamaku tersenyum senang berarti kan boleh."

"Beneran cyntia."

"Iya bener."

"Kamu ga bohong kan?"  Tanya anakku sumringah.

"Engga, aku ga bohong."

"Berarti kita sekarang beneran berteman kan."

"Engga ah." Ledeknya

"Loh katanya tadi kita berteman." Kata putriku sambil menunduk.

"Iya kita bukan hanya berteman tapi juga bersahabat." Sambil berpelukan lompat-lompatan mereka kegirangan.

Begitulah hari-hari Naya di sekolah selalu bersama-sama dengan cyntia. Kemanapun mereka pergi selalu bersama-sama. Duduk bareng, bermain bareng, bahkan saat istirahat pun selalu bersama. Cuma saat perpisahan TK Naya tidak bisa ikut karena sakit.

Dan saat masuk SD. Naya harus berpisah dari Cyntia karena mereka masuk SD yang berbeda.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status