Share

Bab 6

Setelah beberapa hari di bidan. Aku sudah diperbolehkan pulang. Hari-hari kulalui bersama putra putriku jujur sangat merepotkan tapi juga mengasyikkan.

Naya sangat pencemburu, tapi dia juga sangat sayang adiknya.

"Iba tu imut aku."

"Bunda, itu selimut aku." Saat dia melihat selimut bayinya dipakai oleh adiknya.

"Adik pinjam ya kak. Bolehkan? Kakak Naya kan sudah besar sudah tidak muat jadi boleh buat adik. Kasian adiknya kedinginan nak. Ga ada selimut." Kataku membujuknya.

"Ya oleh." 

" Ya boleh."

Begitu juga saat baju bayi Naya, bantal dan gulingnya dipakai adiknya. Semua pertanyaan yang sama. Ujungnya aku harus membujuknya. Memang bukan salahnya masih kecil sekali sudah punya adik. Jadi dia belum mengerti.

Walau begitu Naya sangat menyayangi adiknya. Saat itu bayiku sedang tidur. Putri sulungku sedang asyik menonton kartun di TV sambil memakan cemilan yang dia suka.

"Kakak sayang bunda mau mandi dulu. Ade kan sedang tidur, kakak jangan berisik. Oh ya sama bunda minta tolong kalau adik menangis minumkan ade susu ini ya." Sambil aku menaruh sebotol susu di dekat bayiku.

"Iya iba." Jawabnya menoleh kearahku dan sambil memakan cemilannya.

Saat ku sedang mandi. Aku mendengar Raihan menangis (nama bayiku di sini pakai nama samaran ya).

"Ya Allah baru juga sabunan nikmatnya jadi seorang ibu ya Allah. Mau mandi, buang air saja susah."

Dengan bergegas aku memakai handuk berlari ke ruang Tv. Terkejutnya aku melihat Naya memberikannya adiknya susu.

"Cup..cupp..angan angis. Ade ni kaka eli cucu inum ya angan angis agi. Cup..cup.." katanya sambil mengusap rambut adiknya.

"Cup..cup..Jangan nangis. Ade nih kakak beri susu minum ya. Jangan nangis lagi. Cup..cup.."

Melihat kejadian itu aku senyum-senyum sendiri. Pintarnya kamu kak sayangi adik ya nak.

Begitulah hari-hariku  kemana-mana selalu bertiga. Saat Raihan agak besar mereka sudah seperti anak kembar. Cuma sayangnya kakak selalu dianggap anak laki-laki karena dia agak tomboi tidak suka pakai baju yang feminim dan Raihan anak perempuan karena kulit putihnya yang masya allah.

Di sini pun Naya masih terapi dengan diantar utinya setiap pagi. Saat kami tinggal di sini Naya di  terapi di daerah Leuwinanggung. Di terapi patah tulang Pak Udin. Sebelum berangkat kerja mamaku selalu menjemput cucunya untuk terapi. Sedangkan aku menjaga Raihan di rumah. Kalau para pembaca bertanya kenapa aku tidak ikut saat Naya terapi dengan utinya? Karena aku pernah pingsan, tidak kuat mendengar jeritan sakitnya anakku saat di terapi. Dan selama di terapi dari biaya terapi dan sepatu khususnya semuanya di biayai oleh ibuku. Saat itu ibuku ingin membuktikan bahwa sumpah serapah yang orang itu lontarkan untuk Naya tidak terjadi. Ya ada yang menyumpahi Naya tidak  akan pernah bisa jalan.

Makanya Naya tahu orang yangberjasa pada hidupnya selama ini? Siapa lagi kalau bukan utinya.

Tadinya Naya walaupun sudah bisa berjalan dia tidak mau menginjak ubin apalagi di saat sepatunya/gipsnya di lepas. Dia hanya mau menginjak kasur/karpet. Setiap dia menginjak ubin pasti menangis karena sakit. Dan tidak jarang pula kakinya biru-biru, memar-memar bahkan sampai luka saat memakai gips dan sepatu khususnya karena dia anaknya sangat aktif tidak bisa diam. Apalagi kalau sudah dengar musik. Inginnya langsung joget.

🌿🌿🌿

Tidak terasa anakku Naya sudah berumur 3.5 thn dan Raihan 2.5 tahun. Aku pikir aku sudah bisa tenang dengan melihat Naya sudah bisa berjalan. Tapi ternyata tidak. Allah menguji kesabaranku lagi lewat Raihan. Ya dia tidak bisa bicara bila menginginkan sesuatu hanya bisa berteriak. Tetapi disini saya fokus cerita tentang Naya saja ya.

Tidak terasa Naya sudah berumur 3.5 tahun saat itu. Dia sudah teriak-teriak ingin bersekolah. Akhirnya utinya membiayainya masuk BIMBA. Kenapa ke BIMBA? Karena Naya sendiri yang memintanya saat itu. Dan amazing baru 2 minggu masuk Bimba Naya sudah cepat mengenal huruf dan lancar membaca. Makin disayanglah dia dengan utinya. Walau disini kadang dia suka bicara sendiri.

Seperti saat itu. Saat sedang menunggu waktunya kelas anakku. Sambil menunggu biasanya Naya suka mengemil sesuatu dan suka sekali duduk di tangga. Saat aku sedang mengobrol dengan ibu-ibu di situ yang juga sedang mengantar dan menunggu anaknya. Tiba-tiba ada ibu-ibu yang celetuk.

"Bunda Naya. Naya kenapa sih suka ngomong sendiri? Pernah loh sering saya liat dia ngomong sendiri. Seperti menawarkan makanan/mainan ke seseorang. Tapi anehnya saya lihat tidak ada  orang di dekat Naya bu."

 

Dengan kaget aku menjawab.

"Masa sih bu. Paling hanya sedang main biasa. Biasakan anak kecil kayak gitu." Jawabku menyembunyikan rasa khawatirku.

"Ah masa sih anakku ga kayak gitu bu."

Karena takut membahas Naya lebih jauh. Aku bilang sudah waktunya Naya masuk kelas. Yang saat itu kelas Naya ada di lantai 2.

Setelah selesai les sesampainya di rumah. Aku tidak pernah memperbolehkan anak-anakku keluar main di siang hari. Walau banyak anak seusianya yang main di siang itu. Aku selalu mengajarkan Naya pulang sekolah untuk istirahat dulu makan siang, bobo siang dan mengerjakan PR kalau ada.

Saat itu Naya tidak ingin tidur siang. Dia hanya meminta pintu rumah di buka lebar. Dan pagar aku gembok takutnya Naya keluar tanpa sepengetahuanku maka pagar aku gembok. Di depan kontrakanku itu adalah rumah bu Rt. Aku lupa kalau jam-jam segitu biasanya ada latihan rebana ibu-ibu pengajian biasanya Naya akan di depan rumah menonton ibu-ibu itu latihan bahkan tanpa sadar dia berjoget sendiri jadi hiburan ibu-ibu di situ. 

 

Dan benar saja saat musik rebana di tabuh Naya sudah bersiap dengan gerakannya walau saat itu dia masih pakai sepatu khusus. Tapi tidak mengurungkan semangatnya untuk menari. Melihat Naya, ibu-ibu makin semangat menabuh rebananya dan nyanyian sholawatan kepada Rasullulah semakin menggema. Dan anehnya Raihan mendengar kebisingan itu tetap saja tertidur nyenyak.

Karena melihat Naya menggemaskan ada ibu-ibu menghampirinya. Entahlah mungkin karena kasihan melihat kaki anakku dia tiba-tiba menangis.

"Loh Naya kok tidak bobo siang. Dede Raihan sama bunda mana. Kok Naya di depan rumah sendirian?" Katanya kepada Naya di depan pagar rumahku.

"Aku mau melihat Bude Rt latihan rebana. Indah bunyinya bu. Iba (bunda) lagi menidurkan dede Raihan tante. Ayo tante mainin rebananya lagi aku mau nari lagi nih."

"Emang Naya ga capek. Kaki Naya ga sakit."

Entah kenapa putri kecilku ini setiap ada orang yang bertanya tentang kakinya dia langsung bersedih. Untungnya ibu itu langsung tanggap melihat ekspresi naya.

"Ya sudah Naya mau nari lagi. Tante-tante di sini latihan rebana lagi tapi Naya yang menari ya. Apa Naya mau tuh bergabung dengan tante-tante di sana."

"Mau...mau. Naya mau tante. Tapi ini pagarnya di gembok. Naya ijin iba dulu ya."

Lalu Naya minta ijin padaku dan aku mengijinkannya. Saat aku melihatnya dari depan pagar. Senang sekali dia. Ibu-ibu pun makin semangat latihannya. 

🌿🌿🌿

Ga terasa saat itu sudah jam 7 malam. Naya kadang-kadang suka menunggu ayahnya pulang kerja di depan pintu rumah. Walaupun dia sedang asyik nonton kartun kalau dengar suara motor yang mirip suara motor ayahnya pasti dia langsung mengintip keluar jendela berharap ayahnya yang pulang.

Hingga suatu saat. Naya menyuruhku membuka pintu saja dengan alasan biar bisa melihat ayahnya pulang. Malam itu sehabis Isya. Dia berdiri di teras depan rumah. Gerak geriknya sangat meresahkanku. Kadang dia senyum sendiri, kadang menggeleng, kadang tersenyum malu, kadang kesal. Sedang bicara dengan siapakah dia?

Di depan rumah kami memang ada pohon bunga entah bunga apa namanya pohonnya agak tinggi. Dan saat itu Naya sedang memandang pohon itu dengan gerak-gerik yang aku sebutkan tadi. Dan anehnya tidak ada angin atau apapun tangkai pohon itu yang paling rendah bergoyang sendiri. Saat ku tanya kata Naya ada sosok tante cantik disana mungkin saat itu dengan umur segitu dia tidak tahu namanya. Sedang berbicara padanya kenapa malam-malam anak kecil ada diluar. Aku tidak heran sehingga spontan aku berkata tidak apa-apa berbicara dengan anakku tapi tolong jangan dijahati.

Saat Naya pertama masuk TK dan SD. Wow di sini banyak sekali sosok yang ingin mengajak main. Dan berkenalan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status