Share

Bab 8 Masuk SD

Tidak terasa putri istimewaku sudah berumur 6,4 tahun. Aku agak pesimis tadinya apakah dia bisa masuk SD Negeri dengan umurnya yang masih kurang saat itu. Yang belum genap berumur 7 tahun. Saat tes masuk SD. Naya sangat santai. Dia meyakinkanku bahwa aku putri bunda akan di terima di SD Negeri. Aku senyum-senyum saja saat itu sambil mengucapkan bismillah ya nak.

Saat nama Naya di panggil untuk tes. Dag dig dug rasanya. Putriku yang mau di tes tapi aku yang resahnya bukan main. Sampai bolak balik ke kamar mandi.

Setelah di tes. Salah satu guru di sekolah tersebut mengumumkan bahwa hasil tes akan diumumkan esok hari. Masya allah makin dag dig duglah hatiku.

🌾🌾🌾

Keesokan harinya.

🌾🌾🌾

Hari ini adalah hari pengumuman Naya masuk SD Negeri. Dan pengumumannya terpampang di sebuah papan mading di sekolah itu. Aku sudah resah melihat kertas pertama tidak ada nama Naya. Tp setelah kertas berikutnya aku lihat.

"Alhamdullilah ya Allah. Alhamdullilah nak kamu di terima."

"Beneran bunda. Alhamdullilah." Katanya kegirangan 

"Mana...mana ..Bunda. Naya mau lihat. Yah, kok nama Naya paling bawah."

"Iya karena Naya umurnya paling kecil." Kataku sambil tersenyum padanya.

"Ga apa - apa bunda. Yang penting aku cabe rawit ha..ha..ha." Katanya sambil tertawa.

"Berarti Naya sudah siap masuk SD."

" Siap Boss." Katanya sambil meniru gerakan hormat.

Hingga saat hari pertama sekolah tiba.

Subuh- subuh sekali Naya sudah bangun. Dia sangat bersemangat sekali untuk bersekolah. Pagi- pagi sekali aku sudah mengantarkan Naya ke sekolah. Agar dapat tempat/bangku paling depan. 

Tapi setelah sampai di sekolah. Naya agak kecewa.

"Yah bunda. Naya ga dapat duduk paling depan." Katanya kecewa.

"Ga apa-apa nak. Belum rezeki Naya berarti untuk duduk paling depan. Sudah ga apa-apa. Duduk di sini saja ya. Kan masih barisan depan papan tulis jadi Naya masih bisa melihat tulisan bu guru nanti di papan tulis."

"Iya bunda." Jawabnya kecewa. Yah walaupun saat itu tidak dapat duduk paling depan paling tidak dia dapat duduk nomor 3 dari depan.

🌾🌾🌾

Hari-hari berlalu. Hingga saat itu tiba.

🌾🌾🌾

Setelah usai jam sekolah. Wali kelas Naya mengadakan les (pendalaman materi). Memang tidak dipaksakan semua murid untuk mengikuti. Karena tentu saja dengan mengikuti les ini ada biaya yang harus di keluarkan.

Saat itu aku mengikuti Naya les. Karena Naya yang mau. Naya memberi alasan karena dia tahu sebelum azan zuhur berkumandang "Orang itu" belum berangkat kerja. Jadi paling tidak setelah dia pulang les "Orang itu sudah berangkat kerja". Paling tidak kami akan sedikit bisa bertatap muka. Yah.. Naya sedapat mungkin apapun anakku lakukan untuk melindungiku.

Kalau pembaca bertanya. Siapakah orang itu? Silahkan tebak sendiri. Karena saya hanya fokus menulis kisah Naya di sini.

Kembali ke Naya.

🌾🌾🌾

Karena aku tahu hari itu Naya mengikuti les. Tentu saja sebelum les di mulai. Aku harus menyuapinya makan siang. Yah Naya agak manja padaku. Dia tidak bisa jauh dariku walau sebentar. Beda dengan Raihan yang lebih cenderung mandiri. Kalau tidak di suapi makanan sedikit apapun tidak akan habis. Beda kalau di suapi makannya akan banyak.

"Iba..ajan. Ahan u ajan." Kata Raihan sambil menarik-narik tanganku yang masih menyuapi Naya.

"Bunda..jajan. Raihan mau jajan."

"Sebentar ade." ( panggilanku buat Raihan)

Sambil menarik-narik tanganku tanda dia tidak sabar.

"Kakak, ade minta jajan. Kakak lanjut makan sendiri ya. Tinggal beberapa sendok lagi kan nak. Yah Naya habiskan. Nanti bunda ke sini lagi."

Sambil mengangguk Naya melanjutkan makannya sendiri.

Beberapa menit kemudian. Naya menghampiriku ke kantin sekolah.

"Bunda, Naya sudah habis makannya. Naya mau main sama teman-teman. Bolehkan bunda?" Pintanya.

"Tapi, Naya ingat jangan lari-larian nanti kaki Naya sakit lagi."

"Iya bunda." Sambil berlalu menghampiri teman-temannya.

Hmm. Namanya anak-anak tetap saja walaupun sudah berjanji tidak berlarian tetap saja berlarian.

Sambil mendampingi Raihan yang sedang makan jajanannya. Pandanganku selalu mengawasi Naya. Dia dan teman-temannya berkejar-kejaran dari depan kelas ke belakang kelas. Hingga aku tersadar saat aku melihat teman-temannya sudah berada di depan kelas. Tetapi Naya tidak kunjung ke depan. 

Sampai akhirnya ada teman sebangkunya yang menghampiriku.

"Bunda Naya. Naya masih di belakang dekat pohon mangga. Naya seperti sedang berbicara dengan seseorang tapi saat Ceri tegur dan menyuruhnya ke depan. Naya sama sekali tidak mendengarkan Ceri. Malah masih asyik mengobrol. Bakalan Ceri tidak melihat siapa-siapa di situ. Lagian kan di situ sepi. Teman-teman yang lain sudah pada ke depan kelas." Adu teman sebangkunya yang bernama Ceri.

"Benarkah nak. Berarti Naya di sana sendirian? Ya sudah Ceri antar bunda Naya ke sana ya. Raihan sayang, Raihan duduk di sini jangan kemana-mana ya."

Benar saja sesampainya di situ. Aku melihat Naya sedang berbicara sendiri. Tapi sebenarnya sih tidak berbicara sendiri. Ada sosok anak perempuan cantik berambut panjang dikuncir tengah dengan pita warna putih. Dan bergaun putih.

Melihat itu aku sangat kaget. Tapi aku mencoba tenang di depan Naya. Dan berpura-pura tidak melihat sosok anak perempuan itu. Aku pikir saat Naya makin besar penglihatan Naya dengan sosok- sosok seperti itu akan hilang tapi rupanya tidak.

Oh ya di SD ini Naya sudah tidak sedih karena perpisahan dengan sahabatnya Cyntia di TK. Karena mereka berbeda sekolah. Di SD ini Naya mendapat teman baru dan sahabat baru. Sahabat barunya bernama Ceri ya teman sebangkunya. Ceri selalu menganggap Naya bukan sebagai teman tapi seperti adik yang harus di lindungi. Naya kemana-mana selalu didampingi Ceri. Tugas menulis di papan tulis kalau Naya belum selesai Ceri selalu menunggunya.

🌾🌾🌾

Kembali ke cerita Naya.

🌾🌾🌾

Melihat Naya seperti itu. Aku memanggilnya.

"Nak, Naya kok masih di sini. Nanti lesnya mulai kakak tidak tahu."

Tapi dia sama sekali tidak menggubris panggilanku.

Sehingga aku menepuk pundaknya. Barulah putriku sadar.

"Eh, bunda. Bunda memang tadi panggil Naya? Maaf Naya tidak mendengar sama sekali. Oh ya ini ke..nal..."

Sebelum Naya melanjutkan bicaranya. Aku secepatnya menarik tangannya ke depan. Dan berpura-pura tidak melihatnya. 

Dan saat di depan kelas. Naya ingin menceritakan padaku soal sosok itu. 

"Bunda,..bunda tahu ga. Sosok anak cantik itu kasihan bunda."

Tapi karena bu gurunya terlanjur datang. Urunglah niatnya.

"Nanti saja ya nak, Ceritanya. Bu guru sudah keburu datang. Nanti selesai les. Baru Naya lanjutkan ceritanya."

"Iya bunda."

🌾🌾🌾

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status