Sinta juga merasa terkejut mendengar itu.Dia tahu bahwa Kakek Sanjaya sangat menyayangi dan memanjakan Rania, tapi dia sama sekali tidak menyangka Kakek Sanjaya akan melakukan ini.Sinta berpikir, 'Apa orang yang selalu melakukan hal dengan tenang seperti dirinya benar-benar mencari keluarga Chu hanya untuk memasukkan Rania dari jalan belakang?"Makan malam itu berakhir dengan suasana tidak menyenangkan.Amelia masih sama sekali tidak bisa menerima hal itu dan dia hanya mengatakan dirinya tidak selera makan kemudian pergi menangis sambil berlari menaiki tangga.Sinta ingin menyuruh Rangga pergi menghibur Amelia, tapi Rangga tiba-tiba bangkit berdiri."Rania, ikut aku pergi ke balkon, ada yang ingin aku bicarakan padamu."Saat mendengar itu, raut wajah Sinta sedikit berubah.Rania malah mengangkat alisnya dan berkata, "Adik ipar, memangnya ada hal apa hingga kamu tidak bisa bicara di sini?""Rangga." Harun Sanjaya memanggil Rangga dengan suara peringatan.Rangga menekan perasaan tidak
Jam 7 malam, vila keluarga Sanjaya.Di ruang makan lantai satu, meja makan ditutup dengan kain putih dan di atasnya dipenuhi oleh makan-makanan yang enak dan sebuah keluarga sedang makan malam bersama.Saat mereka semua melihat Rania berjalan masuk, seketika suara tawa dan obrolan mereka terhenti. Semua orang di meja makan seketika tertegun, ada yang terlihat terkejut, ada yang terlihat marah, sedangkan Rangga langsung mengerutkan alisnya.Kemarin malam Rania tiba-tiba muncul di rumah keluarga Sanjaya, kemudian dia membuat keributan setelah itu menghilang sepanjang malam dan Rangga tidak bisa menghubunginya.Walaupun wajah Rangga terlihat tenang, tapi sebenarnya hatinya merasa gelisah dan tidak tenang karena merasa bersalah.Tapi dia sama sekali tidak mengira bahwa saat bertemu lagi dengan Rania, Rania sama sekali tidak terlihat marah seperti kemarin malam. Raut wajahnya saat ini benar-benar terlihat datar dan tidak terlihat perasaan apapun.Dia merasa perempuan yang baru saja merasa
Kamar rawat inap rumah sakit."Tuan besar, lihatlah siapa yang datang."Orang tua yang sedang duduk di atas ranjang dan membaca koran itu mengangkat kepalanya lalu dia memegang kacamatanya untuk melihat dengan jelas siapa yang datang.Rania dengan suara yang menahan tangisan berkata, "Kakek, ini aku."Setelah dua tahun tidak bertemu, Rega Sanjaya malah terlihat seperti sudah menua sepuluh tahun lebih. Kedua sisi rambutnya sudah menjadi putih, wajahnya terlihat keriput dan lesu, dan pakaian rumah sakit membuatnya terlihat semakin rapuh."... Rania?" Rega Sanjaya terlihat sangat terkejut, "Kamu adalah Rania?"Dua tahun yang lalu Rania masih berumur 18 tahun, saat itu adalah masa-masa muda dan memberontak bagi seorang remaja.Saat itu Rania berambut pendek, mewarnai rambutnya menjadi abu-abu, setiap hari dia menggunakan riasan yang tebal, dan pakaian cosplay yang tidak bisa dipahami oleh Kakek Sanjaya, tapi Rania tidak membuat tato ataupun menindik tubuhnya.Tapi hari ini, untuk tidak me
"Rania, setelah selesai menjenguk kakekmu, kamu pulang ke rumah ya, tidak baik jika kamu terus tinggal di rumah Nona Mirna. Aku sudah meminta Bibi untuk menyiapkan makan siang, semuanya adalah makanan kesukaanmu." Sinta bicara dengan suara yang keibuan."Tidak perlu." Rania bersikap dingin. "Berikan saja semua makan itu kepada menantumu yang tinggal di rumah itu."Saat Amelia mendengar itu, dia langsung merasa marah, "Rania, jaga bicaramu, sejak kapan Kak Rangga tinggal di rumah sebelum kami menikah?""Memangnya itu tidak akan terjadi?" Wajah Rania sama sekali tidak terlihat berbahaya, "Sekarang kalian belum menikah? Tapi dia setiap hari datang ke rumah bahkan tidur di atas ranjang kamar tidurmu, jadi aku berpikir kalau kemarin aku pulang ke rumah yang salah, bukan rumah keluarga Sanjaya melainkan rumah keluarga Mahendra.""Rania, kamu...""Amelia." Sinta menahan tangan anaknya itu.Hal itu karena pintu kamar rawat inap terbuka dan ada yang berjalan keluar dari dalam.Rania tidak memp
Pintu ruangan dengan cepat terbuka, Mirna kemudian berlari masuk, "Kenapa? Kenapa?"Rania menutup mulutnya dan melihat celemek berwarna merah muda yang Mirna gunakan di pinggangnya serta spatula yang ada di tangannya..."Kenapa aku bisa ada di rumahmu?"Rania berusaha mengingat-ingat, Aku ingat kemarin malam setelah dari rumah keluarga Sanjaya, aku pergi ke bar untuk minum. Akhirnya aku bertemu dengan manusia menyebalkan dan aku memukulnya, aku juga menghancurkan banyak barang kemudian…Rania mengusap pelipisnya, kepalanya terasa sangat sakit tapi dia masih tidak bisa mengingat apapun."Aku sudah bilang padamu jangan minum bir. Sekarang tahu kan tidak enaknya setelah mabuk? Kamu tunggu sebentar, aku akan membawa teh untukmu." Setelah Mirna mengatakan itu dengan kesal, dia dengan cepat membawakan secangkir teh untuk Rania.Rania melihat ke arah Mirna yang terlihat keibuan itu, tiba-tiba dia merasa ada yang janggal, "Mirna… sejak kapan kamu merubah kepribadianmu?"Mirna adalah satu-satu
Aaron yang melihat Rania tidak mau melepaskan dirinya terlihat mulai merasa kesal, 'Apa dia mau mengulangi trik yang sama seperti saat di bandara?'Bola matanya yang berwarna hitam itu menjadi muram. Dia mengulurkan tangannya dan memegang lengan Rania lalu dengan tenaga yang lebih besar dan tanpa berperasaan, dia melepaskan Rania dari tubuhnya.Rania terjatuh di atas lantai, lantai yang dingin itu membuatnya merasa lebih segar tapi satu detik kemudian...Dia berlutut di atas lantai kemudian dia memeluk 'selimut' yang ada di depan matanya itu dengan kedua tangannya, dia langsung menyandarkan wajahnya di atas 'bantal' lalu dia memejamkan matanya dan menghela nafas dengan nyaman.Aaron berdiri di tempat dan melihat kepala kecil Rania...Raut wajahnya yang sebelumnya terlihat dingin perlahan berubah menjadi rumit, 'Perempuan ini...!’Dia mengangkat tangannya lagi, awalnya dia mau langsung mendorong Rania tapi tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya..."Tuan muda Aaron!"Aaron terdiam,