Lalu Tomi Juwanda berkata, “Wajar kalau kalian tidak mengenalnya. Aku sendiri belum pernah bertemu dengannya. Tapi dia adalah kakak sepupu dari Kelvin. Dia adalah cucu pertama keluarga Widjaja, dari putra pertama keluarga itu. Dia adalah pemegang kekuatan sebenarnya di keluarga Widjaja.”
Lidya terkejut mendengarnya, dia buru-buru berkata, “Bukankah dia itu bisa menjadi pasangan yang lebih baik untuk Alika daripada Kelvin?” Menurut pemikiran Lidya, yang berkuasa itu jauh lebih baik. Apalagi itu adalah cucu pertama keluarga Widjaja. Bukan hanya mandiri, tetapi jelas dialah orang yang akan memegang penuh kekuatan keluarga Widjaja. Tomi Juwanda langsung memelototinya. “Bicara apa kamu?! Tuan Felix itu sudah punya pasangan. Dia sudah lama bertunangan dan hari ini dia baru saja menikah.” Hari ini baru saja menikah? Emily menyipitkan matanya. Apa mungkin… Tidak, tidak. Emily langsung menepis pikirannya sendiri. Suaminya bernama Felix Lewis, bukan Felix Widjaja. Mungkin hanya kebetulan saja nama depan mereka sama. Lidya terlihat kecewa. “Siapa istrinya? Wanita itu pasti sangat beruntung.. bahkan dibanding Alika.” Emily cepat memandang Tomi dan mendengarnya dengan teliti. “Aku juga tidak tahu. Aku hanya mendengar kalau Tuan Felix sudah lama bertunangan dari perjodohan kakeknya. Dan hari ini, dia menikah secara sederhana hanya demi kakeknya tenang. Orang hebat seperti mereka itu sudah biasa begitu, mereka akan menikah diam-diam dulu, dan resepsi besar-besarannya nanti menyusul belakangan” Lalu Tomi Juwanda tampak mengernyitkan keningnya. “Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba dia bersedia datang ke pesta perjamuan ini. Meskipun ini masih pertunangan adik sepupunya, tetapi hubungannya dengan keluarga Widjaja kurang bagus. Dia juga tidak pernah datang di acara-acara besar kerabatnya yang lain.” Apalagi hanya seukuran keluarga Juwanda yang masih ada di deretan keluarga kelas tengah. Jika bukan karena bertunangan dengan Kelvin Widjaja, sepertinya pesta mereka ini tidak akan dilirik oleh orang-orang penting. Bisa dihadiri oleh seorang Felix Widjaja, itu sudah merupakan suatu keajaiban. “Kenapa dia tiba-tiba datang untuk pesta ini?” Lidya mulai berpikir, kemudian dia menyala penuh semangat, “Itu pasti karena Alika sangat luar biasa sampai dia menarik perhatian Tuan Felix! Alika, kamu benar-benar putri sejati! Kalau begitu, kalung berlian yang kamu pakai itu kurang mewah untuk tamu-tamu penting seperti itu. Ayo kita cari yang lebih mewah lagi!” Lidya segera memasukkan kembali sertifikat pernikahan ke dalam tas Emily tanpa memeriksanya, kemudian dengan cemas membawa Alika pergi untuk kembali memilih perhiasan. Lidya terlihat sangat peduli pada Alika, bahkan melebihi putrinya sendiri. Emily sudah tidak heran lagi dengan pemandangan seperti itu. Ini sudah terjadi sejak dia bayi. Da hanya bisa tersenyum pahit. “Tuan, keluarga Widjaja sudah datang!” Seorang pelayan datang untuk mengingatkan Tomi. Tomi mengangguk, kemudian melangkah. Begitu dia melewati Emily, dia berkata, “Kamu sudah lama tidak pulang ke rumah ini. Nanti tinggallah dulu sebentar untuk merayakan pertunangan Alika, kemudian kamu boleh pergi lagi.” Emily mengangguk setuju, bukan karena permintaan Tomi Juwanda, melainkan dia sangat penasaran dengan sosok Felix Widjaja itu. Di dalam, Lidya membantu Alika memilih perhiasan dan memakaikannya dengan lembut. Wanita tua itu menatap gadis cantik yang ada di depannya itu. Dia tidak bisa menyembunyikan raut gembira dan kepuasan di wajahnya. Seharusnya, jika bukan karena Nyonya Mira, saat ini dia pasti sudah menjadi nyonya besar di rumah ini! Kemudian terlihat dia tersenyum sinis. ‘Cepat atau lambat, keadaan pasti akan berubah. Suatu saat kamu akan yang akan tersingkir dari keluarga ini, dan aku yang akan menjadi Nyonya besar dirumah ini. Mira, kamu pantas mendapatkannya!’ Di lantai bawah, Emily dengan santai berdiri di ujung tangga, menatap pintu masuk dan menunggu dengan tenang kedatangan keluarga Widjaja. Diujung sana, dia melihat Nyonya Mira perlahan turun dibantu oleh seorang pelayan. Nyonya Mira mengenakan gaun berwarna coklat, tubuhnya terlihat kurus Terdengar pelayan itu berkata dengan lembut, “Nyonya, Anda sedang tidak enak badan. Sebenarnya tidak apa-apa kalau Anda tidak turun. Kesehatan Anda jauh lebih penting.” Nyonya Mira terlihat menggelengkan kepalanya dan berbicara pelan, “Tidak. Aku harus turun. Aku tidak bisa untuk tidak menghadiri hari penting Alika.” Mereka tidak menyadari kehadiran Emily yang menatap mereka dari ujung tangga. Emily menatap Nyonya Mira, hatinya dipenuhi kekaguman. Sejenak, dia menggelengkan kepalanya. Dia merasa semua ini benar-benar sangat lucu sekaligus aneh. Jika dipikir-pikir, Nyonya Mira-lah orang yang seharusnya paling membencinya. Tapi semuanya terbalik. Justru Nyonya Mira-lah orang yang paling baik padanya. Bahkan ibunya saja tidak pernah seperti itu. Dulu saat dia kecil, bahkan ibunya sering lupa memberinya makan. Karena itulah dia tumbuh sangat kurus, dia bahkan sering memakan makanan sisa dari pelayan sampai dia beranjak remaja. Jika bukan karena kebaikan Nyonya Mira, mungkin dia sudah mati kekurangan gizi. Nyonya Mira-lah yang sering memperhatikannya, memberi dia makanan lezat dan buah-buahan, bahkan sering mengusap kepalanya dengan lembut dan penuh kasih sayang, serta mengucapkan beberapa kalimat untuk menghiburnya. Emily hanya menatap Nyonya Mira. Mendengar suara batuknya, dia merasa khawatir dan berniat untuk menghampiri, namun sebelum dia melangkah, terdengar suara keributan di pintu masuk. Ternyata keluarga Widjaja telah tiba. Nyonya Mira buru-buru mengajak pelayan untuk turun. Dia menemani Tomi Juwanda untuk menyambut mereka.. Setelah bertukar sapa, keluarga Widjaja dipersilakan masuk. Emily tidak sabar menunggu seseorang. Dia mencari-cari keberadaan orang itu, namun dia tidak dapat menemukannya. Lalu tiba-tiba, dia mendengar ayahnya menyapa seseorang, “Tuan Felix, mari silakan. Kursi Anda di sana.” Emily langsung mengarahkan pandangannya pada pria yang disapa oleh ayahnya tersebut. Pria itu mengenakan setelan jas hitam, berjalan seperti layaknya seorang bintang. Fitur wajahnya sangat tampan, dengan karisma serta aura kewibawaan yang kuat mengelilingi tubuhnya. Mungkin karena menyadari tatapan dari seseorang, pria itu tiba-tiba menoleh ke arah tempat Emily berdiri. Untuk sesaat, mata mereka bertemu. Tatapan tajam dari pria itu membuat jantung Emily hampir copot. Pria itu sangat mirip dengan pria yang menikahinya tadi….Mendengar suster menyebut nama Felix dengan panggilan Presdir Lewis, para pengunjung yang tengah menunggu di ruang tunggu langsung menoleh penuh terkejut.“Hah?! Dia Presdir Lewis? Pengusaha terkenal itu?”Baru sekarang mereka menyadari bahwa pria yang sejak tadi duduk bersama mereka ternyata adalah tokoh ternama pemilik Lewis Group.“Ya ampun! Berita itu ternyata benar! Presdir Lewis benar-benar mencintai istrinya. Sampai-sampai rela ikut antre demi menemani istrinya ke dokter kandungan!”“Dokter kandungan? Jadi… maksudnya…”“Hah! Apa ini artinya?”“Nyonya Lewis mungkin sedang mengandung!”Ruangan itu pun menjadi ramai oleh bisik-bisik kagum dan kegembiraan yang tak tersembunyikan.Seorang pria yang sempat bercakap dengan Felix tampak ternganga. Ia sama sekali tak menyangka, pria ramah yang diajaknya berbicara tadi adalah Presdir Lewis."Kalau tahu dia Felix Lewis, pasti tadi aku sudah minta selfie. Siapa tahu anak dalam kandungan istriku ikut tertular suksesnya!"Sementara itu, Feli
"Tuan Felix Lewis tidak bisa melanjutkan rapat hari ini. Rapat akan ditunda beberapa hari. Istri Tuan sedang sakit dan Tuan Felix harus menemani ke rumah sakit. Kami mohon pengertiannya, silakan keluar sekarang," kata Ken dengan suara tenang.Tamu-tamu tampak kecewa, namun mereka tidak ada yang berani protes. Bagaimanapun juga, ini adalah urusan keluarga Tuan Felix. Selama ini, Felix dikenal sebagai suami yang sangat peduli pada istrinya.Mereka tidak menyalahkan Felix bahkan memuji betapa setianya dia pada Emily. Di tengah rapat penting sekalipun, Felix rela membatalkannya hanya untuk mengantar istrinya yang sakit.Ken yang melihat situasi itu langsung bergerak menuju ruang kerja Tuan Felix. Di sana, dia melihat Felix yang sedang memangku kepala Emily. Wajah Emily tampak pucat, matanya setengah terpejam sambil memijat pelipisnya."Ayo Tuan, kita berangkat sekarang," kata Ken, cepat dan cekatan."Baik." Felix menatap Emily, ingin menggendongnya, tapi Emily menahan."Aku masih bisa ber
Felix menghela napas panjang."Astaga... Kakek benar-benar serius ingin punya cicit rupanya," batinnya geli namun juga terharu.Ia tahu, semua ini dilakukan karena sang kakek sangat peduli dengan rumah tangganya—dan tentu saja, sangat menyayangi Emily.Felix membawa kotak itu ke dapur dan menemui Bibi Sun."Bibi, ini katanya Kakek. Dia bilang Bibi tahu apa ini dan harus apa."Bibi Sun hanya mengangguk tenang."Tuan Tua sudah mengabari saya tadi pagi. Saya akan siapkan ramuan ini malam ini juga."Felix tak banyak komentar dan segera naik ke kamar.---Saat malam tiba, Felix menuntun Emily ke ruang makan.Ia menarikkan kursi untuknya, kemudian mereka duduk menikmati makan malam bersama seperti biasa.Selesai makan, Bibi Sun datang dan meletakkan dua mangkuk yang masih mengepul hangat.Emily menatap mangkuknya heran. "Felix, ini apa?""Ramuan dari Kakek. Katanya ini bagus untuk kita."Emily mengangkat alis. "Ramuan bergizi?""Iya, dan kamu harus habiskan. Niat baik Kakek tak pantas kita
"Itu semua karena keinginan Felix sendiri yang ingin membalas budi padaku. Tapi kenyataannya? Dia justru mengirim Ibuku ke luar negeri—ke tempat yang sangat menyedihkan dan mustahil untuk kembali! Aku sangat membencinya, dan istrinya pun tak kalah kubenci. Aku ingin membuat hidup mereka berakhir tragis. Aku ingin mereka menyesal telah bermain-main denganku."Adreno tertawa pelan, nada sinis menyertai senyumannya. "Sekarang aku mengerti. Kamu membenci Emily karena Kelvin mencintainya, bukan?"Alika mengangguk tanpa ragu. "Ya, Paman benar. Aku sangat sakit hati karena hal itu.""Jadi, apa pun caranya, aku ingin Emily jatuh. Kehancurannya adalah kepuasanku."Awalnya Adreno mengira akan sulit melawan Felix, apalagi setelah Emily menolak tawaran kerja samanya. Ia tidak menyangka akan muncul Alika—gadis yang tiba-tiba menawarkan diri menjadi sekutu.Adreno menatap Alika lebih dalam. "Lalu, apa rencanamu? Jangan anggap remeh, Felix bukan lawan yang mudah ditaklukkan."Senyuman sinis tersungg
"Felix tidak pernah benar-benar mencintaimu! Kalau nanti kamu disingkirkan, jangan pernah berharap aku akan membantumu. Sekali kamu menolak tawaranku, kamu tidak akan mendapatkannya untuk kedua kalinya."Emily tersenyum kecil."Tak apa, Paman. Sekalipun hidupku menjadi sulit, aku tidak akan pernah menyusahkan orang seperti Anda."Adreno mencibir, “Kamu benar-benar keras kepala.”Emily berdiri tanpa ekspresi. “Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan—menjaga rumah tanggaku. Aku permisi, Paman.”Tanpa memberi waktu lebih, Emily melangkah keluar dari ruangan, membiarkan Adreno menatap punggungnya yang menjauh.Sambil menyesap sisa wine-nya, Adreno bergumam pelan, "Wanita itu terlalu sulit untuk dipengaruhi. Pendiriannya kuat. Dia berbeda… jauh berbeda dengan Alika."Andreno menghela napas berat. Ia telah lama menyimpan dendam pada Felix. Dulu ia merasa ayah Felix adalah penghalang utama baginya untuk menguasai seluruh kekayaan keluarga Widjaja. Kini, bangkitnya Felix justru menjadi
Perlahan ia kembali duduk.Melihat Emily mengambil tempat duduknya lagi, Adreno segera bicara lebih dalam.“Saat kalian menikah, aku tahu itu bukan kebetulan. Maaf kalau aku terdengar lancang, tapi aku tahu pernikahan kalian dibangun atas dasar kesepakatan. Felix saat itu hanya ingin membuat ayahku tenang. Kakekmu sangat khawatir karena trauma masa lalu Felix, dan tekanan itu membuatnya buru-buru menikah. Dan kamu... kamu saat itu hanya karena desakan ibumu.”Emily menahan napas. Kalimat itu seperti serangan yang dilapisi kehalusan. Ia tahu memang begitulah awal mereka bertemu. Tapi hubungan mereka sudah jauh melampaui awal yang rumit itu.Adreno melanjutkan, “Tapi kamu cukup cerdas, Emily. Dari semua pilihan, kamu menjadi yang paling bertahan di sisi Felix. Aku salut. Tapi percayalah, tidak semua orang di keluarga ini menyukai perubahan besar yang terjadi sejak kamu hadir…”Deg! Jantung Emily berdetak keras mendengar perkataan Adreno barusan. Bagaimana bisa pria itu tahu semua detail