Setelah hening beberapa saat, terdengar suara kembali suara Lidya, “Baiklah kalau begitu. Aku tidak peduli pria mana yang kamu nikahi, yang penting kamu sudah menikah.”
Emily menurunkan ponselnya dan menatap layar yang sudah gelap itu. Ada rasa sakit yang merayap di hatinya. Lidya adalah ibu kandungnya, tetapi tidak ada sedikitpun rasa kasih sayang seorang yang ditunjukkan ibu kepada anaknya sebagaimana mestinya. Tapi Emily sudah terbiasa dengan hal itu. Hal seperti ini memang sudah berlaku sejak dia kecil. Emily menyingkirkan segala pikirannya, kemudian dia kembali menyetop taksi dan taksi perlahan-lahan menuju area vila mewah milik keluarga Juwanda. Ada pesta jamuan makan di rumah itu karena hari ini adalah pertunangan Alika dan Kelvin Widjaja. Rumah itu sudah dihiasi dengan sangat indah, dan para pelayan terlihat sibuk. Beberapa pekerja juga dipekerjakan untuk acara tersebut. Emily menuruni taksi dan berjalan perlahan memasuki area vila. Ketika dia berjalan melewati beberapa pekerja dan pelayan, mereka memperhatikannya. Terdengar percakapan dari mereka. "Wah, itu siapa yang datang? Sangat cantik sekali." Satu pelayan kemudian berbisik, "Dia itu anak haram yang tidak diakui oleh Tuan Tomi." "Benarkah?" "Ibunya hanya dinikahi siri. Saat Nyonya Mira hamil besar, ibunya datang dalam keadaan hamil besar juga, lalu menuntut pertanggungjawaban Tuan Tomi. Karena tidak ada pilihan lain, pada akhirnya Tuan Tomi menikahinya secara di bawah tangan. Kemudian di hari yang sama mereka melahirkan secara bersamaan." Satu pekerja menjadi semakin penasaran dengan cerita sang pelayan, kemudian dia mendekat untuk mendengarkannya dengan saksama. "Yang anehnya, Bu Lidya itu tidak tahu malu. Meskipun dia sudah dihina dan diusir oleh Tuan Tomi, tetapi dia selalu membuat berbagai macam alasan agar tetap bisa tinggal di rumah keluarga Juwanda. Bahkan rela menjadi pelayan." "Tapi anaknya, Emily itu tahu diri. Semenjak foto tidak senonohnya tersebar, dia pergi dari rumah dan tidak pernah kembali selama ini. Aku heran, kenapa hari ini dia berani muncul lagi? Apakah rasa malunya yang dulu sudah hilang?" "Hah, foto tidak senonoh seperti apa?" "Foto dirinya tidur dengan beberapa pria tersebar dan sampai ke tangan Tuan Tomi. Pada saat itu dia dipukuli habis-habisan dan diusir dari rumah. Bahkan pacarnya, Tuan Kelvin, memutuskan hubungan dengannya, dan hari ini justru bertunangan dengan Nona Alika." "Ternyata buah tidak jauh jatuh dari pohonnya, ya. Ibunya wanita murahan, anaknya pun menjadi jalang." "Benar, itu benar." Emily mendengar semua percakapan mereka, tapi dia hanya menjaga pandangannya agar tetap rendah, pura-pura tidak mendengar, dan melanjutkan langkahnya masuk ke ruangan tamu. Ibunya sudah menunggu di depan pintu dengan rasa tidak sabar. Begitu melihat Emily, Lidya langsung menariknya ke atas. Saat melalui tangga, Lidya langsung bertanya, “Apa kamu beneran sudah menikah?” Tidak ada emosi dalam suaranya, “Iya benar, aku sudah menikah dengan pria lain.” “Terserah, itu tidak penting bagiku. Kamu harus ingat posisimu sekarang. Kevin Widjaja akan menjadi tunangan adikmu. Dia dari keluarga terhormat dan terpandang di kota ini. Dia sama sekali tidak sebanding denganmu, karena kamu hanya anak haram. Hanya Alika-lah yang layak untuk menjadi istrinya.” Mendengar kata-kata itu, rasa sedih muncul di mata Emily. Kevin Widjaja, tuan muda kedua dari cabang pertama keluarga Widjaja yang terkemuka di ibu kota ini, pernah menjadi pacarnya selama bertahun-tahun. Tapi hubungannya harus kandas hanya karena sebuah foto yang bahkan dia sendiri tidak diketahui kebenarannya. Tepat di hari dia mendapatkan masalah itu, Kelvin justru melamar Alika. Lidya lalu mendesaknya agar segera mencari pria lain untuk dinikahi agar memutus masa lalu mereka dan tidak membuat Alika sakit hati. Pada saat itu, Emily tidak tahu apa yang harus dilakukan. Foto tidak senonohnya sudah tersebar, bagaimana dia bisa mendapatkan seorang suami dengan mudah? Hingga akhirnya, Lidya menjodohkannya dengan Reza, pria yang dipilih sembarangan oleh ibunya. Sejak dulu memang seperti itu. Setiap kali ada kesalahan kecil, Emily akan mendapatkan kemarahan yang meluap-luap dari Lidya. Dan masalah hari itu adalah kesalahan yang sangat fatal baginya. Dulu, setiap kali ada konflik kecil di antara dia dan Alika, Lidya akan menuntutnya, memarahinya habis-habisan, dan bahkan memukulinya. Karena dia adalah anak haram, kelahirannya saja sudah menjadi dosa dan sebuah kesalahan. Tapi semenjak dia pergi dari rumah keluarga Juwanda, Emily tidak lagi terlalu bodoh. Ibu tetaplah ibu, tetapi rasa ketidakadilan dan sakit hati yang diberikan oleh ibunya terlalu dalam, hingga dia merasa percuma mempunyai seorang ibu. Akhirnya dia membuat sebuah keputusan, harus secepatnya lepas dari keluarga ini. Emily menatap ibunya dengan serius, kemudian dia berkata dengan tegas, “Kita sudah sepakat. Ibu tidak lupa, kan, kalau ini adalah permintaanmu yang terakhir?” Menurut Emily, ibunyalah yang bersalah . Hidupnya terus menempel pada keluarga Juwanda, rela melakukan apapun, bahkan rela menjadi pelayan hanya untuk bisa bertemu dengan pria itu setiap hari. Dia juga selalu ingin mendapatkan perhatian dari Alika, mendapatkan hati Alika, dan meredakan semua amarah Alika bahkan dengan cara menindas anaknya sendiri. Tetapi Emily tidak ingin terus-terusan merusak pikiran dan hidupnya hanya untuk Lidya. Pernikahan kali ini hanyalah sebagai balasan untuk Lidya yang sudah melahirkannya. Setelah itu, mereka akan segera berakhir. Tidak ada lagi hutang piutang dan tidak ada lagi hubungan antara ibu dan anak, itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Lidya menjawab dengan kesal, “Kalau aku sudah bilang iya, artinya iya. Tidak perlu diulang-ulang lagi.” Langkah mereka tiba di kamar Alika. Gadis cantik itu berbalut gaun yang sangat indah. Dia duduk di sofa sembari sibuk memilih perhiasan. Emily datang hanya mengenakan pakaian sederhana, tapi dia tetap menjaga posturnya agar tegak, meskipun terlihat sangat berbeda dengan penampilan Alika. Begitu melihatnya, Alika langsung menyapanya dengan suara yang sedikit tidak suka. “Emily, untuk apa kamu kemari?” Belum sempat Emily menjawab, Lidya langsung menyela, “Alika sayang, apa kamu tahu kalau hari ini Emily sudah menikah?” Alika terkejut, “Oh, benarkah? Cepat sekali. Apa dia beneran menikah dengan pria yang bernama Reza itu?” Lidya menoleh pada Emily sebentar, wajahnya sedikit kesal, kemudian langsung menoleh pada Alika kembali dengan senyuman yang lembut. “Dia... dia tidak jadi menikah dengan Reza.” Alika kembali terkejut, “Terus dengan siapa dia menikah? Apa orang itu lebih baik dari Kelvin?” Lidya buru-buru menjawab dengan nada sedikit mengejek, “Tentu saja tidak! Tidak ada satu orang pun di seluruh ibukota ini yang lebih baik daripada Tuan Muda Kelvin. Alika, kamu kira dia bisa menemukan pria yang layak? Dia itu sudah sangat murahan. Bahkan Reza yang hanya pria biasa saja bisa memutuskannya. Sekarang pria yang dinikahinya sudah pasti pria sampah yang jauh lebih rendah dari Reza. Lihat saja, dia bahkan tidak berani membawanya datang kemari, kan?”"Dalam keluargaku, tidak ada larangan tentang sebuah status. Syarat utama adalah, saling mencintai dan menerima satu sama lain. Selain itu tidak akan ada masalah. Jadi, siapapun istri dari cucuku Felix Widjaja, asal dia bahagia, maka aku akan merestuinya. Begitu juga dengan Kelvin Widjaja!"Selesai Tuan Tua berbicara, baru semua kembali tenang.Namun ketika mereka siap menyantap makanan yang sudah dihidangkan, lampu di ruangan itu tiba-tiba padam .Semua orang berteriak panik. "Ada apa ini? Apa ada pemadaman listrik?"Namun tiba-tiba lampu kembali menyala. Sedetik kemudian, sebuah layar televisi lebar yang menempel di dinding belakang mereka duduk juga menyala. Semua orang menoleh ke arah sana.Pemandangan itu membuat semua orang terkejut bukan main.Ketika layar televisi berputar dan menampilkan beberapa foto tidak senonoh seorang wanita dengan tiga pria sekaligus yang sedang berada di sebuah kamar hotel.Semua orang bisa segera mengenali jika wanita yang ada di dalam foto itu adal
Sementara Felix, dia masih memeluk Emily sepanjang perjalanan pulang ke rumah."Lain kali, jangan terlalu berbaik hati kepada orang yang sudah menyakiti kita.""Tapi Alika itu...""Aku tahu. Dia adalah putri Nyonya Mira. Orang yang telah berjasa dalam hidupku dan orang yang telah menyayangimu. Tapi dia tidak ada hubungannya dengan kita. Aku sama sekali tidak menyukainya. Dia sudah menelantarkan ibu kandungnya sendiri, kan?"Emily merasa jika ucapan Felix ini benar. Bahkan sejak kecil, Alika seperti kurang peduli dengan ibunya sendiri. Dia lebih mementingkan dirinya sendiri dan.. lebih peduli pada Lidya yang selalu patuh dan melayaninya bahkan dengan segenap jiwa raganya.Kadang Emily juga merasa agak aneh. Lidya sangat perhatian pada Alika dan Nyonya Mira yang seharusnya adalah orang yang membencinya justru sangat perhatian padanya.Dia langsung mendongak dan menatap Felix. Felix melihat tatapan aneh Emily, “Apa yang sedang kamu pikirkan?”“Felix, aku selalu merasa aneh.”“Hm.. tenta
"Ampuni kami, ampuni kami. Cepat tolong Nyonya. Dia diserang oleh Nona itu. Kami tidak bisa menghentikannya." Kepala Pelayan begitu panik memohon kepada Felix.Mata Felix seketika memerah menatap tajam ke arah Alika yang masih menjambak rambut Emily."Berani sekali kamu! Lepaskan segera tanganmu dari rambut istriku, atau tanganmu akan patah sekarang juga!" Felix sudah melangkah mendekat.Alika seketika memucat dan perlahan melepaskan rambut Emily.Setelah tangan Alika terlepas dari rambutnya, Emily langsung berlari dan memeluk Felix."Felix.." Emily menangis tersedu-sedu di dada Felix."Apa sangat sakit?" Felix membenahi rambut Emily yang acak-acakan dan beberapa kali mencium kepalanya.Emily menggeleng. "Tidak. Aku hanya takut.""Tidak apa-apa. Ada aku. Jangan takut ya?" Felix mengangkat wajah Emily dan mengusap air mata Emily dengan kedua telapak tangannya. Kemudian mencium sebentar bibir Emily.Alika membeku saat menyaksikan adegan yang tepat berada di depannya itu. Nyawanya seper
Alika sempat berpikir jika saja dia yang punya kesempatan untuk menjadi istri Felix Widjaja, mungkin dia akan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini.Ketika memikirkan itu Alika tersenyum pahit. Bisa mendapatkan posisi seperti ini saja dia patut bersyukur. Impian menjadi istri Kelvin saja sudah banyak menyita waktu dan otaknya. Jika bukan karena dia harus berjuang dengan cara licik, mungkin dia tidak akan sampai di titik sekarang ini.Tidak tidak. Felix Widjaja adalah Presiden Lewis. Presiden Lewis adalah orang yang memiliki hutang budi pada ibunya. Jika dia bisa memiliki kesempatan untuk mengungkit hal ini, maka dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan baik dengan Presiden Lewis.Menjadi tunangan Kelvin dan memiliki hubungan baik dengan Presiden Lewis, tentu itu akan membuatnya menjadi wanita terhormat di ibukota ini. Saat dia sedang tersenyum dengan kebanggaannya ini, dia mendengar langkah banyak kaki dari arah tangga.Saat dia menoleh, dia melihat be
Emily menarik lengan Felix dengan gelisah. "Sebaiknya, aku tidak perlu pergi ya?""Emily. Tidak bisa seperti itu. Makan malam ini sengaja kakek buat khusus untuk memperkenalkan cucu menantunya kepada para saudara. Aku juga sudah berencana, setelah kasusmu selesai, aku akan segera memperkenalkan kamu ke seluruh media. Jadi kamu harus datang."Mendengar itu bukannya membuat hati Emily tersanjung karena sebentar lagi dunia akan mengetahui statusnya sebagai Nyonya Lewis, justru dia lihat semakin khawatir.Felix merapatkan duduknya dan menarik tubuh Emily. Dia membawa kepala Emily pada dadanya."Karena ada aku, kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu lagi." Felix berbisik dengan lembut.Emily mendongak, menatap wajah Felix yang sangat tanpa dan sedang tersenyum padanya."Kamu mau berjanji?"Felix mengangguk dan mencium keningnya.Emily merasa senang mendengarnya, tanpa sadar dia memeluk Felix dengan erat.Ada kenyamanan yang dia rasakan.“Aku sudah mengat
"Kalau aku memberitahumu, apa kamu akan percaya?” “Kelvin, kamu terlalu membenciku. Kamu tidak pernah memberiku kesempatan untuk bicara sedikitpun. Lagipula, sekarang aku sudah melupakan soal itu. Jadi sekarang, tidak perlu dibahas lagi."Perasaan Kelvin semakin merasa bersalah, "Emily, aku tahu aku salah, tapi aku sudah menyadarinya sekarang. Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Aku berjanji akan mempercayaimu kali ini."Emily seketika mendongak. "Kamu bicara apa?""Ya. Aku masih begitu mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu. Bisakah kamu kembali bersamaku? Kali ini, Aku akan menjagamu dengan hidupku."Emily kembali tertawa pahit."Apa kamu salah minum obat? Aku sudah menikah, kamu sebentar lagi juga akan menikah. Itu tidak mungkin, Kelvin. Kamu jangan gila, ya!""Kamu bisa bercerai dari Felix. Aku akan membantumu untuk mengurusnya."Entah kenapa, Emily sangat tidak menyukai perkataan Kelvin ini. "Ini bukan hal penting yang perlu kita bahas. Jadi aku permisi." Emily ingin melan