Home / Romansa / Diam-diam Menikahi Bos Besar / Bab 3. Pria Yang Dinikahinya Pasti Pria Sampah

Share

Bab 3. Pria Yang Dinikahinya Pasti Pria Sampah

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2025-04-28 23:21:56

Lidya lalu mendesaknya agar segera mencari pria lain untuk dinikahi agar memutus masa lalu mereka dan tidak membuat Alika sakit hati.

Pada saat itu, Emily tidak tahu apa yang harus dilakukan. Foto tidak senonohnya sudah tersebar, bagaimana dia bisa mendapatkan seorang suami dengan mudah?

Dia melakukan kencan buta berkali-kali dan selalu mendapatkan penolakan.

Sejak dulu memang seperti itu. Setiap kali ada kesalahan kecil, Emily akan mendapatkan kemarahan yang meluap-luap dari Lidya. Dan masalah hari itu adalah kesalahan yang sangat fatal baginya.

Dulu, setiap kali ada konflik kecil di antara dia dan Alika, Lidya akan menuntutnya, memarahinya habis-habisan, dan bahkan memukulinya.

Karena dia adalah anak haram, kelahirannya saja sudah menjadi dosa dan sebuah kesalahan.

Tapi semenjak dia pergi dari rumah keluarga Juwanda, Emily tidak lagi terlalu bodoh. Ibu tetaplah ibu, tetapi rasa ketidakadilan dan sakit hati yang diberikan oleh ibunya terlalu dalam, hingga dia merasa percuma mempunyai seorang ibu. Akhirnya dia membuat sebuah keputusan, harus secepatnya lepas dari keluarga ini.

Emily menatap ibunya dengan serius, kemudian dia berkata dengan tegas, “Kita sudah sepakat. Ibu tidak lupa, kan, kalau ini adalah permintaanmu yang terakhir?”

Menurut Emily, ibunyalah yang bersalah . Hidupnya terus menempel pada keluarga Juwanda, rela melakukan apapun, bahkan rela menjadi pelayan hanya untuk bisa bertemu dengan pria itu setiap hari.

Dia juga selalu ingin mendapatkan perhatian dari Alika, mendapatkan hati Alika, dan meredakan semua amarah Alika bahkan dengan cara menindas anaknya sendiri.

Tetapi Emily tidak ingin terus-terusan merusak pikiran dan hidupnya hanya untuk Lidya.

Pernikahan kali ini hanyalah sebagai balasan untuk Lidya yang sudah melahirkannya. Setelah itu, mereka akan segera berakhir.

Tidak ada lagi hutang piutang dan tidak ada lagi hubungan antara ibu dan anak, itu sudah menjadi kesepakatan mereka.

Lidya menjawab dengan kesal, “Kalau aku sudah bilang iya, artinya iya. Tidak perlu diulang-ulang lagi.”

Langkah mereka tiba di kamar Alika.

Gadis cantik itu berbalut gaun yang sangat indah. Dia duduk di sofa sembari sibuk memilih perhiasan.

Emily datang hanya mengenakan pakaian sederhana, tapi dia tetap menjaga posturnya agar tegak, meskipun terlihat sangat berbeda dengan penampilan Alika.

Begitu melihatnya, Alika langsung menyapanya dengan suara yang sedikit tidak suka. “Emily, untuk apa kamu kemari?”

Belum sempat Emily menjawab, Lidya langsung menyela, “Alika sayang, apa kamu tahu kalau hari ini Emily sudah menikah?”

Alika terkejut, “Oh, benarkah? Cepat sekali. Apa orang itu lebih baik dari Kelvin?”

Lidya buru-buru menjawab dengan nada sedikit mengejek, “Tentu saja tidak! Tidak ada satu orang pun di seluruh ibukota ini yang lebih baik daripada Tuan Muda Kelvin. Alika, kamu kira dia bisa menemukan pria yang layak? Dia itu sudah sangat murahan. Pria yang dinikahinya sudah pasti pria sampah. Lihat saja, dia bahkan tidak berani membawanya datang kemari, kan?”

“Dia takut penampilan suami sampahnya itu akan mengganggu pandanganmu.”

Alika bertanya dengan rasa cemburu, “Tidak mungkin seperti itu. Emily itu sangat cantik. Buktinya saja, empat tahun Kelvin bisa tergila-gila padanya.”

“Apa gunanya cantik kalau kelakuannya buruk? Ingatlah, statusnya itu hanya sampah! Siapa yang mau menikahinya? Tuan Muda Kelvin dulu hanya dibuat buta olehnya, hanya menganggapnya sebagai mainan dan hiburan sementara. Kamu, dengan statusmu, kamulah yang cocok untuk Tuan Muda Kelvin. Percayalah, Alika. Kalian akan menjadi pasangan yang paling serasi di ibukota ini.”

Emily mengurutkan kening. Meskipun tampak seperti pria biasa, tetapi Felix sepertinya tidak cocok dengan apa yang dikatakan Lidya tentang pria sampah. Dilihat dari karakternya yang ramah dan lembut, masih jauh lebih baik dibanding dengan Reza pria pilihan ibunya.

Tapi dia tidak ingin repot-repot meladeni komentar mereka. Itu sama sekali tidak penting lagi baginya.

Alika selesai memilih perhiasan, lalu dia ingin memakai sepatu dan memanggil pelayan.

Lidya segera mendorong Emily.

“Anak tidak berguna, selalu saja tidak peduli. Ayo bantu dia memakai sepatunya!”

Emily tidak merespon. Ibunya selalu seperti itu.

Apa Lidya mengira jika dia masih seperti yang dulu? Lugu dan tidak tahu apa-apa, tidak tahu cara melawan bahkan saat diperlakukan semena-mena. Warna matanya sedikit menggelap, kemudian dia berkata dengan dingin, “Ibu kan sudah biasa menjadi pelayannya, kenapa harus aku?”

“Emily! Beraninya kamu bicara seperti itu? Kamu pikir kamu sudah hebat karena sudah menikah? Suamimu mungkin hanya pria pengangguran! Suatu saat nanti kamu tetap membutuhkan keluarga ini juga!”

Lidya kembali berkata, bahkan dengan nada yang lebih tinggi, “Kalau kamu tidak mau berbaik-baik dengan adikmu sekarang, suatu saat kamu akan malu jika kamu dan suamimu datang memohon bantuan padanya! Seharusnya kamu tahu diri, keluarga Juwanda-lah yang sudah membesarkanmu! Sudah seharusnya kita ini melayani keluarga mereka seperti pelayan!”

Saat Emily hendak membantah lagi, sosok Tomi Juwanda muncul di pintu. Pria itu mengerutkan kening. “Kenapa kalian malah masih bertengkar disini? Apa tidak tahu kalau sebentar lagi tamu agung akan datang?”

Alika tetap diam dengan wajah pura-pura polosnya.

Lidya segera menyala, “Ini semua karena gadis murahan ini! Mentang-mentang hari ini dia sudah menikah, dia berani membantah ibunya sendiri!”

Mendengar ucapan Lidya, Tomi langsung menoleh pada Emily. “Kamu sudah menikah? Kenapa kamu tidak memberitahuku? Kalau tahu kamu ingin menikah, aku bisa memilihkan calon suami yang baik untukmu.”

“Itu tidak perlu. Aku bisa memilih sendiri.”

“Baiklah, terserah kamu saja. Tapi mana surat sertifikat pernikahanmu? Biarku lihat, seperti apa pria itu.”

Emily sebenarnya tahu, ayahnya hanya pura-pura peduli. Setelah ragu-ragu sejenak, dia mengeluarkan sertifikat pernikahannya dari dalam tasnya. Begitu melihatnya, Lidya langsung merampasnya dari tangannya.

“Mana pria yang kamu nikahi, hah?! Aku ingin melihat tampangnya seperti apa!”

Belum sempat Lidya membuka surat sertifikat, terdengar suara Alika bertanya pada ayahnya.

“Ayah, memang siapa tamu yang akan datang? Ayah kok terlihat sangat gugup.”

Begitu mendengar pertanyaan Alika, Tomi Juwanda langsung tersadar jika tamu agung itu sebentar lagi akan tiba. Wajahnya langsung cerah dan dia berkata penuh semangat, “Itu, Tuan Felix Widjaja!”

Emily terkejut mendengarnya.

Siapa?

Felix?

Kenapa namanya hampir mirip dengan nama pria yang baru saja menikah dengannya tadi?

Alika terlihat bingung. “Siapa Tuan Felix Widjaja? Apa dia benar-benar penting? Kenapa nama belakangnya sama dengan nama Kelvin?”

Emily juga penasaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Dasmasela Mey
sya sda nonton iklan utk buka kuncinya kenapa tdk terbuka
goodnovel comment avatar
Sienny Saja
hmm. .ini kelihatannya anaknya ditukar ketika lahirab anak sah jd abak haram, anak haram jadi anak sah..,,,.........
goodnovel comment avatar
anitasaja0086
Seru lho ceritanya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 141. Akhirnya Hamil

    Mendengar suster menyebut nama Felix dengan panggilan Presdir Lewis, para pengunjung yang tengah menunggu di ruang tunggu langsung menoleh penuh terkejut.“Hah?! Dia Presdir Lewis? Pengusaha terkenal itu?”Baru sekarang mereka menyadari bahwa pria yang sejak tadi duduk bersama mereka ternyata adalah tokoh ternama pemilik Lewis Group.“Ya ampun! Berita itu ternyata benar! Presdir Lewis benar-benar mencintai istrinya. Sampai-sampai rela ikut antre demi menemani istrinya ke dokter kandungan!”“Dokter kandungan? Jadi… maksudnya…”“Hah! Apa ini artinya?”“Nyonya Lewis mungkin sedang mengandung!”Ruangan itu pun menjadi ramai oleh bisik-bisik kagum dan kegembiraan yang tak tersembunyikan.Seorang pria yang sempat bercakap dengan Felix tampak ternganga. Ia sama sekali tak menyangka, pria ramah yang diajaknya berbicara tadi adalah Presdir Lewis."Kalau tahu dia Felix Lewis, pasti tadi aku sudah minta selfie. Siapa tahu anak dalam kandungan istriku ikut tertular suksesnya!"Sementara itu, Feli

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 140. Sudah telat datang bulan

    "Tuan Felix Lewis tidak bisa melanjutkan rapat hari ini. Rapat akan ditunda beberapa hari. Istri Tuan sedang sakit dan Tuan Felix harus menemani ke rumah sakit. Kami mohon pengertiannya, silakan keluar sekarang," kata Ken dengan suara tenang.Tamu-tamu tampak kecewa, namun mereka tidak ada yang berani protes. Bagaimanapun juga, ini adalah urusan keluarga Tuan Felix. Selama ini, Felix dikenal sebagai suami yang sangat peduli pada istrinya.Mereka tidak menyalahkan Felix bahkan memuji betapa setianya dia pada Emily. Di tengah rapat penting sekalipun, Felix rela membatalkannya hanya untuk mengantar istrinya yang sakit.Ken yang melihat situasi itu langsung bergerak menuju ruang kerja Tuan Felix. Di sana, dia melihat Felix yang sedang memangku kepala Emily. Wajah Emily tampak pucat, matanya setengah terpejam sambil memijat pelipisnya."Ayo Tuan, kita berangkat sekarang," kata Ken, cepat dan cekatan."Baik." Felix menatap Emily, ingin menggendongnya, tapi Emily menahan."Aku masih bisa ber

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 139. Muntah

    Felix menghela napas panjang."Astaga... Kakek benar-benar serius ingin punya cicit rupanya," batinnya geli namun juga terharu.Ia tahu, semua ini dilakukan karena sang kakek sangat peduli dengan rumah tangganya—dan tentu saja, sangat menyayangi Emily.Felix membawa kotak itu ke dapur dan menemui Bibi Sun."Bibi, ini katanya Kakek. Dia bilang Bibi tahu apa ini dan harus apa."Bibi Sun hanya mengangguk tenang."Tuan Tua sudah mengabari saya tadi pagi. Saya akan siapkan ramuan ini malam ini juga."Felix tak banyak komentar dan segera naik ke kamar.---Saat malam tiba, Felix menuntun Emily ke ruang makan.Ia menarikkan kursi untuknya, kemudian mereka duduk menikmati makan malam bersama seperti biasa.Selesai makan, Bibi Sun datang dan meletakkan dua mangkuk yang masih mengepul hangat.Emily menatap mangkuknya heran. "Felix, ini apa?""Ramuan dari Kakek. Katanya ini bagus untuk kita."Emily mengangkat alis. "Ramuan bergizi?""Iya, dan kamu harus habiskan. Niat baik Kakek tak pantas kita

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 138. Titik Lemah

    "Itu semua karena keinginan Felix sendiri yang ingin membalas budi padaku. Tapi kenyataannya? Dia justru mengirim Ibuku ke luar negeri—ke tempat yang sangat menyedihkan dan mustahil untuk kembali! Aku sangat membencinya, dan istrinya pun tak kalah kubenci. Aku ingin membuat hidup mereka berakhir tragis. Aku ingin mereka menyesal telah bermain-main denganku."Adreno tertawa pelan, nada sinis menyertai senyumannya. "Sekarang aku mengerti. Kamu membenci Emily karena Kelvin mencintainya, bukan?"Alika mengangguk tanpa ragu. "Ya, Paman benar. Aku sangat sakit hati karena hal itu.""Jadi, apa pun caranya, aku ingin Emily jatuh. Kehancurannya adalah kepuasanku."Awalnya Adreno mengira akan sulit melawan Felix, apalagi setelah Emily menolak tawaran kerja samanya. Ia tidak menyangka akan muncul Alika—gadis yang tiba-tiba menawarkan diri menjadi sekutu.Adreno menatap Alika lebih dalam. "Lalu, apa rencanamu? Jangan anggap remeh, Felix bukan lawan yang mudah ditaklukkan."Senyuman sinis tersungg

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 137. Bekerjasama

    "Felix tidak pernah benar-benar mencintaimu! Kalau nanti kamu disingkirkan, jangan pernah berharap aku akan membantumu. Sekali kamu menolak tawaranku, kamu tidak akan mendapatkannya untuk kedua kalinya."Emily tersenyum kecil."Tak apa, Paman. Sekalipun hidupku menjadi sulit, aku tidak akan pernah menyusahkan orang seperti Anda."Adreno mencibir, “Kamu benar-benar keras kepala.”Emily berdiri tanpa ekspresi. “Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan—menjaga rumah tanggaku. Aku permisi, Paman.”Tanpa memberi waktu lebih, Emily melangkah keluar dari ruangan, membiarkan Adreno menatap punggungnya yang menjauh.Sambil menyesap sisa wine-nya, Adreno bergumam pelan, "Wanita itu terlalu sulit untuk dipengaruhi. Pendiriannya kuat. Dia berbeda… jauh berbeda dengan Alika."Andreno menghela napas berat. Ia telah lama menyimpan dendam pada Felix. Dulu ia merasa ayah Felix adalah penghalang utama baginya untuk menguasai seluruh kekayaan keluarga Widjaja. Kini, bangkitnya Felix justru menjadi

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 136. Tawaran kerja sama

    Perlahan ia kembali duduk.Melihat Emily mengambil tempat duduknya lagi, Adreno segera bicara lebih dalam.“Saat kalian menikah, aku tahu itu bukan kebetulan. Maaf kalau aku terdengar lancang, tapi aku tahu pernikahan kalian dibangun atas dasar kesepakatan. Felix saat itu hanya ingin membuat ayahku tenang. Kakekmu sangat khawatir karena trauma masa lalu Felix, dan tekanan itu membuatnya buru-buru menikah. Dan kamu... kamu saat itu hanya karena desakan ibumu.”Emily menahan napas. Kalimat itu seperti serangan yang dilapisi kehalusan. Ia tahu memang begitulah awal mereka bertemu. Tapi hubungan mereka sudah jauh melampaui awal yang rumit itu.Adreno melanjutkan, “Tapi kamu cukup cerdas, Emily. Dari semua pilihan, kamu menjadi yang paling bertahan di sisi Felix. Aku salut. Tapi percayalah, tidak semua orang di keluarga ini menyukai perubahan besar yang terjadi sejak kamu hadir…”Deg! Jantung Emily berdetak keras mendengar perkataan Adreno barusan. Bagaimana bisa pria itu tahu semua detail

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status