Belum lagi tentang Kelvin yang meninggalkan Emily dan justru melamar Alika. Sebenarnya Nyonya Mira juga terpaksa menyetujuinya karena Alika terus memohon padanya.Nyonya Mira memaksakan senyuman dan kemudian berkata, “Terima kasih sudah menolongku dan menjaga Emily dengan baik.”“Anda tidak perlu sungkan Nyonya Mira. Untuk Emily, itu memang sudah menjadi kewajibanku, sedangkan untuk Nyonya Mira sendiri, aku memang harus melakukannya karena selama ini akulah yang mempunyai banyak hutang pada anda.”Belum sempat Nyonya Mira bertanya Felix sudah bergerak mengangkat ponselnya yang berdering.Setelah mengangkat panggilan, Felix lalu berkata pada Erina."Emily, aku akan pergi ke kantor. Masih ada pekerjaan yang mengharuskan aku datang."Emily mengangguk. "Iya, pergilah. Tidak apa-apa.""Baiklah. Kalau ada apa-apa, langsung hubungi aku ya?"Emily kembali mengangguk.“Nyonya Mira, aku harus pergi dulu. Semoga cepat sembuh.” Felix berpamitan kepada Nyonya Mira dan dibalas anggukan ringan.Sete
"Lain kali, beritahu aku apapun masalahmu. Walau bagaimanapun juga, ada aku sekarang. Kamu tidak sendirian lagi. Percayalah, seperti apapun kesibukanku, aku akan tetap menomorsatukan istriku."Emily benar-benar terharu mendengarnya. Sekarang dia baru menyadari jika mendapatkan suami yang begitu peduli dengannya. Bahkan Emily melupakan kejadian semalam.Senyuman dan dekapan Felix sangat menenangkan hatinya.Setelah pemindahan. Suster memanggil Emily dan menyampaikan jika pasien telah telah sadar.Emily begitu senang mendengarnya."Ayo masuklah dahulu. Aku akan menghubungi Ken sebentar."Emily mengangguk. "Kamu nanti masuk juga ya?""Tentu." Felix sengaja membiarkan Emily untuk masuk menemui Nyonya Mira terlebih dahulu. Sementara dia menghubungi Ken. Meminta Ken untuk menjemputnya kembali.Emily melangkah masuk."Ibu sudah sadar?"Mendengar suara seseorang, Nyonya Mira menoleh dengan perlahan.Secara perlahan pandangannya menemukan seorang gadis berdiri di depannya. Telah mengetahui jik
Dia hanya memikirkan sesuatu. Ternyata Emily membutuhkan uang untuk itu. Kelvin merasa bersalah saat dia sudah asal menuduh saat Emily kemarin sangat membutuhkan uang."Kenapa dia tidak berterus terang saja padaku?" Kelvin mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Emily. Namun berkali-kali panggilannya tidak diangkat.Kelvin berinisiatif untuk mengirim pesan saja. Siapa tahu saja setelah Emily membuka ponselnya, Emily akan melihat pesan darinya."Emily, Aku sudah berubah pikiran. Aku akan memberimu uang. Kamu tidak perlu memikirkan tentang permintaanku kemarin. Datanglah kemari. Aku sudah menyiapkan uangnya. Maafkan aku, ya. Aku tidak tahu kalau kamu memerlukan uang untuk biaya operasi ibumu."Kelvin menatap pesannya. Sepertinya tidak dibaca karena tidak muncul centang biru di sana.Dia kembali ke ruangan kerja mereka untuk menanyakan alamat rumah sakit tempat Emily berada.Sementara di rumah sakit, Emily tidak berhenti menangis.Sedangkan Felix sedang berbicara kepada Dokter."Laku
Felix mengangkat wajah Emily. Perlahan, dia mengusap air matanya lalu mencari pakaian ganti untuk Emily.Saat ini dia tidak tahu harus mengatakan apa. Jadi dia hanya menaruh pakaian itu di dekat Emily kemudian pergi keluar kamar.Emily berusaha menenangkan dirinya kemudian meraih pakaian itu.Hingga menjelang malam, Felix tidak kembali ke kamar itu. Emily juga tidak keluar dari kamar.Bibi pelayan datang untuk mengantar makanan, tetapi Emily menolak. Akhirnya Bibi pelayan hanya meletakkan makanan diatas meja kemudian keluar."Apa dia mau makan?" Di ruangan tengah Felix bertanya kepada bibi."Nona Emily menolak makan malam. Tapi saya meninggalkan makan malam di atas meja."Felix hanya mendengus kemudian kembali duduk. Dia mengacak rambutnya. Ada penyesalan di dalam hatinya."Kenapa aku tidak bisa sedikit lembut padanya?"Tiba-tiba ponsel Felix berbunyi, setelah memeriksa nama sang pemanggil Felix mengangkat panggilan."Tuan Felix.""Ada apa Ken?""Apa anda sudah mengetahui tentang kond
Felix mengepalkan tangannya dan kembali melangkah tanpa menjawab sepatah katapun.Dia sudah duduk di mobil dan Ken sudah menjalankan mobilnya."Apa kamu tadi melihat Emily?" Tanya Felix pada Ken."Aku melihat Nona Emily. Aku hendak mengantarnya tapi dia menolak dan menumpang taksi." Felix mendengus, "Kita pulang ke rumah." Felix terdiam sepanjang perjalanan.Dia sebenarnya mengerti ucapan dari Kelvin tadi. Kelvin bukan khawatir dengan nama baik keluarga Widjaja, tetapi Felix sudah bisa menebak jika Kelvin masih mengharapkan Emily, karena biar bagaimanapun juga, Emily adalah cinta pertamanya.Kata orang, Dimana-mana, Cinta Pertama itu sangat berkesan.Memikirkan hal itu, mata Felix menyempit.Apalagi ketika memikirkan sikap Emily tadi yang tiba-tiba meninggalkan restoran ketika mengetahui jika Kelvin akan datang."Apa dia juga masih belum bisa melupakan Kelvin?""Jika anda tidak ingin kehilangan Nona, sebaiknya anda memikirkan cara, bagaimana untuk menaklukan hatinya." Ken berkata d
Tuan Tua Widjaja menoleh dengan cepat ke arah Felix.“Kamu…” Dia menunjuk Felix dengan marah.Jantung Emily berdebar. Dia benar-benar merasa khawatir. Dan terdengar Felix berkata pada kakeknya, "Kakek, aku bisa memberimu penjelasan.”Beberapa detik setelah Felix memberi penjelasan, kakeknya terlihat mengangguk mengerti.“Baiklah, kalau begitu ayo duduk." Tuan Tua Widjaja kembali duduk.Felix menarik dua kursi dan menyuruh Emily untuk duduk.Sebelum duduk, Emily menyambut tanganTuan Tua dan menciumnya dengan hormat."Tuan Tua, maafkan atas kejadian itu."Kakek Widjaja terlihat tersenyum. "Tidak perlu merasa bersalah. Felix sudah menjelaskannya. Duduklah.”Emily pun mengangguk dan duduk di sebelah Felix."Cucuku ini. Bisa-bisanya menyembunyikan istrinya. Benar-benar nakal. Tapi neneknya sangat peka dan tidak bisa di bohongi.”Mereka tidak dapat menahan tawa.“Sekarang aku sudah menikah. Jadi Kakek dan nenek tidak perlu khawatir lagi.” Kata Felix."Hem.. Jadi kamu menikah karena tuntut