Home / Romansa / Diam-diam Menikahi Bos Besar / Bab 9. Felix Datang Lagi.

Share

Bab 9. Felix Datang Lagi.

Author: Any Anthika
last update Last Updated: 2025-05-02 13:06:23

Menyaksikan penolakannya, Alika mengeluarkan kartu bank dan terdengar cukup tulus, "Apa kamu khawatir untuk hidup di luar negeri? Ada uang dalam kartu ini. Itu untuk biaya hidupmu. Kalau itu belum cukup, aku akan memberimu setengah dari uang sakuku setiap bulannya."

Tiba-tiba Lidya merebut kartu bank dari tangan Alika. “Alika! Tidak perlu memberinya uang! Keluarga Juwanda sudah cukup baik hati untuk membelikan tiket pesawat untuknya.”

Lidya menatap Emily dan memerintahkan, “Kamu segera kemasi barang-barangmu dan pergi ke luar negeri. Aku sudah mengurus penarikanmu dari universitas ini dan pengunduran diri dari Financial Times"

Emily menatapnya. "Siapa yang memberimu hak untuk memutuskan semua itu?"

"Aku ibumu! Lagipula, nilaimu sangat rendah, kamu pastí akan kesulitan untuk lulus! Hanya akan buang-buang waktu saja. Lebih baik bekerja di luar negeri. Bisa dapatkan uang lebih cepat."

Melihat itu, Profesor Kim segera membantah, "Ibu, mungkin ada kesalahan di sini. Emily punya nilai dasar yang bagus di akademik..."

Kata-katanya dipotong oleh Lidya. "Profesor, Anda tidak perlu membelanya. Aku ibunya, jelas aku lebih mengenal dia daripada siapapun. Dia mengejar studi pascasarjana hanya karena Alika. Dia masih saja tidak sadar diri dan melihat siapa dirinya. Berani sekali dia bersaing dengan Alika!"

Profesor Kim kehabisan kata, kemudian dia memalingkan pandangannya pada Alika dengan heran. "Kamu ingin melanjutkan pascasarjana? Aku ingat selama ini kamu tidak memiliki rekomendasi mahasiswa dan tidak ikut dalam ujian pascasarjana."

Alika tersenyum kecil dan berkata dengan rendah hati, "Ya, aku mengambil jalur penerimaan khusus."

Profesor Kim mengerti dan segera bertanya, "Boleh tahu siapa profesor yang merekomendasikanmu?”

Alika bersikap rendah hati. "Dia bukan Professor, tapi Tuan Presdir Lewis sendiri.”

Professor Kim terkejut. Presdir Lewis adalah Presiden Grup Lewis yang terkenal misterius. Dia bukan hanya menjadi pengusaha muda dan pebisnis nomor satu lima tahun terakhir ini, tetapi juga dia adalah pendiri Universitas ini.

Selama masa lima tahun menguasai pasar bisnis, tidak ada yang pernah tahu wajahnya. Dia tidak pernah muncul dimana-mana kecuali Ken, sekretaris nomor satu Grup Lewis yang menjadi kepercayaannya.

Emily sama terkejutnya. “Siapa? Presdir Lewis?”

Lagi-lagi, nama itu terdengar tidak asing di telinganya.

Profesor Kim berseru, "Alika! Kamu mengenal Presdir Felix?"

Alika tersenyum tipis, "Ini sungguh kebetulan. Ibuku pernah membantunya dulu, entah bantuan seperti apa tepatnya aku tidak tahu. Jadi setelah dia berhasil, dia menemukan keluargaku dan mengatakan kalau ibuku adalah penyelamat hidupnya. Dan berjanji akan menjaga putrinya. Selama beberapa tahun terakhir, dia terus memberi dukungan untuk perusahaan kami. Dia juga tidak akan pernah menolak permintaanku."

Emily sedikit mengangkat alisnya.

Saat dia masih kecil dalam keluarga Juwanda, dia selalu bergantung pada perawatan Nyonya Mira. Dia sering bersama Nyonya Mira dibanding dengan ibunya.

Emily sedikit ingat, jika Nyonya Mira sering menelpon seseorang yang bernama Lewis. Selebihnya, dia tidak bisa mengingatnya.

Dia juga mendengar jika beberapa tahun terakhir, orang yang bernama Lewis itu telah membantu perusahaan-perusahaan Nyonya Mira dengan masalah teknis secara gratis.

Tapi, apa Lewis yang itu adalah Presiden Lewis yang mendirikan Universitas ini?

Jika benar, memang masuk akal. Mungkin saja Presiden Lewis berniat untuk membalas kebaikan Nyonya Mira yang pernah menolongnya.

Professor Kim bertanya pada Alika dengan nada penasaran. “Kamu beneran sudah pernah bertemu dengan Presiden Lewis?”

Alika menggelengkan kepalanya, “Belum. Tapi minggu depan, dia sudah berjanji pada ibuku untuk menghadiri undangan makan malam.”

"Itu hebat!" Profesor Kim sangat gembira dan menatap Emily. "Emily, apa kamu tahu kalau arah risetmu sama dengan Presdir Lewis? Kurasa, orang seperti kamulah yang akan dicarinya. Nanti aku akan mencari cara agar kamu bisa berkenalan dengannya. Jika Presdir Lewis bersedia bicara untukmu, mungkin masih ada harapan untuk rekomendasi pascasarjanamu!"

Alika pura-pura khawatir. "Profesor, apa kamu yakin? Emily punya masalah. Dia juga sudah menyinggung Tuan Felix. Orang yang telah mengalokasikan banyak dana penelitian untuk universitas kita setiap tahun...."

Alika berpura-pura menghela nafas. "Tapi, Presdir Lewis bisa melakukan apapun demi ibuku. Emily, haruskah aku meminta pada Presdir Lewis untukmu?"

Emily menjawab dengan cepat, "Tidak usah repot-repot. Aku tidak perlu bantuanmu.”

Dia merasa Alika seperti badut. Lalu dia tersenyum tipis dan berkata pada Profesor Kim, "Profesor, jangan repot. Aku juga tidak ingin lagi melanjutkan studi pascasarjana.”

Professor Kim terkejut, dia merasa kasihan pada Emily..

Dia adalah orang yang menemukan bakat Emily dalam jurusan tersebut, dan karena itu, dia bersikeras jika Emily akan mendapat rekomendasi pascasarjana. Dia tidak menyangka keadaan akan menjadi seperti ini.

Matanya nampak berkaca-kaca. "Kalau begitu, aku akan menulis referensi kerja untukmu."

Lidya mengejek. "Jangan buang-buang usaha. Dia sudah menyinggung Tuan Felix Widjaja. Sudah cocok dia jadi wartawan sampahan itu saja. Tidak usah bermimpi untuk mencari pekerjaan yang layak!"

Professor Kim merasa tidak puas lalu berkata pada Emily. “Jangan khawatir. Kelak, kalau kamu ingin meninggalkan media Financial Times dan akan mencari pekerjaan yang layak, datanglah padaku dan jadilah asisten pengajarku! Aku bersedia mempekerjakanmu!”

Perasaan hangat menyusup di dada Emily. Dia menjelaskan, "Profesor, sebenarnya aku tidak menyinggung Tuan Felix Widjaja. Kemarin dia hanya menengahi persoalan kecil antara aku dan Alika. Mungkin Alika lah yang masih agak kesal dan berkata sembarangan. Tapi tidak apa-apa. Aku akan keluar dari universitas ini. Aku juga masih ada pekerjaan untuk aku pertahankan.”

Wajah Alika memerah saat mendengar kata-kata Emily.

“Kamu bilang aku berkata sembarangan? Aku kira aku tidak tahu saat kamu menempel pada Tuan Felix saat di balkon? Kamu sedang berusaha merayunya setelah dia menengahi perdebatan kita, kan? Tidak tahu malu! Bahkan dia sampai terlihat kesal dan pergi terburu-buru dari pesta.”

“Aku tidak merayunya kecuali hanya mengucapkan terima kasih. Terserah kalau kamu tidak percaya.” Jawab Emily.

Profesor Kim menghela nafas. "Baiklah, aku percaya padamu. Semoga saja kamu masih bisa menjadi siswaku lagi."

Emily menatap harapan yang bersinar di mata gurunya dan berbicara dengan lembut, "Tentu. Aku pasti akan kembali."

Impiannya adalah, lulus universitas ini.

Namun, Alika menggenggam tinjunya.

Dia tidak mengerti. Dia adalah seorang murid yang luar biasa, tapi mengapa Profesor Kim hanya menghargai Emily, yang hanyalah seorang murid rata-rata?!

Apa orang tua ini juga terpesona oleh wajah cantik Emily?

Alika marah, tapi dia melirik , lalu

dia kembali berkata, "Emily, apa kamu akan mengganggu Tuan Felix lagi? Dia sudah menikah. Tidak pantas bagimu untuk melakukan ini..."

Lidya dibakar oleh kemarahan.

Dia menunjuk hidung Emily dan mengutuk, "Kamu anak durhaka! Kamu benar-benar melupakan aturan! Minta maaf pada saudaramu sekarang juga! Berjanjilah kalau kamu tidak akan pernah melihat mendekati keluarga Widjaja lagi!"

Kehangatan di mata Emily perlahan-lahan memudar, hanya menyisakan kedinginan.

“Kenapa memelototi aku seperti itu? Kamu benar-benar sudah punya keberanian untuk melawanku ya?”

Lidya mengangkat tangannya dan sudah siap untuk menampar Emily.

Tapi tiba-tiba saja, “Berhenti!”

Suara berat itu datang dari arah belakang.

Begitu mereka menoleh, mereka terkejut.

Terlebih Alika dan Lidya.

“Tuan Felix. Kenapa anda bisa ada disini?” Lidya reflek bertanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
sarai Yah
seru Ceritanya ini lanjut
goodnovel comment avatar
Lince Lina
lanjut lagi kk
goodnovel comment avatar
Alfian Akas
di tunggu Kelanjutannya Emily punya karakter yg kuat wanita tangguh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 284. Epilog

    Sesampainya di rumah, Rania dibuat terkejut. Meja makan penuh dengan hidangan hangat: sup ayam ginseng, tumis sayuran, ikan bakar, dan bahkan puding mangga kesukaannya.“Ini... kamu yang pesan?” Rania meliriknya curiga.Aaron duduk santai, melepas jasnya, lalu menggulung lengan kemejanya. “Aku yang masak.”Rania menahan tawa. “Jangan bercanda. Mana mungkin CEO yang sibuk bisa masak seperti ini.”“Tanya saja pada koki keluarga. Aku belajar beberapa menu sederhana.” Aaron menatapnya serius. “Aku ingin kamu makan makanan yang benar, bukan hanya instan atau camilan.”Hati Rania seperti tersengat. Dia ingin menyangkal, tapi perhatiannya yang kecil itu begitu nyata. Dengan malas ia duduk, lalu mulai menyendok sup ayam ginseng. Rasanya hangat, lembut, dan entah kenapa ini membuat perasaannya agak aneh.Aaron memperhatikan dengan seksama. “Bagaimana?” tanyanya.Rania berdehem, berusaha menyembunyikan perasaannya. “Lumayan.”Aaron tersenyum puas, lalu menambahkannya dengan lembut, “Kalau kamu

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 283. Karena aku khawatir

    "Suamimu akan membantumu mengambil pakaian." Aaron berkata sambil mengeluarkan sebuah gaun dari lemari, "Pakailah ini."Rania melihatnya, itu adalah gaun kuning angsa yang dia beli bersama Mirna.Gaun itu memang bagus, tapi terlalu panjang dan desain kerahnya juga terlalu tinggi.Bukankah tidak nyaman jika pergi ke kelas mengemudi dengan gaun seperti itu?"Cukup." Hanya kata itu yang diucapkan Aaron, dan Rania langsung menundukkan kepalanya. Dia melemparkan bajunya dengan marah lalu berbalik dan kembali berbaring, "Aku tidak mau ke kelas!""Sangat menjengkelkan!"Aaron mengangkat alisnya, "Benar nih tidak mau pergi?""Iya.""Bagus kalau begitu."Detik selanjutnya... "Ahhhhhhhh aku pergi, bisakah aku pergi?" Rania segera mengambil gaun itu, dan memakainya."Bagus." Aaron terlihat sangat puas. "Setelah mandi, pergilah ke bawah untuk sarapan."Setelah 10 menit, Rania bersiap-siap dan turun ke bawah dengan menggunakan tas kecil. Dari jauh, tercium bau lezat.Rania melihat meja makan yang

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 282. Cinta Lama?

    "Kak Aaron." Suara wanita dari seberang telepon memanggil dengan lembut, "Besok, aku akan berada di pesawat yang sama dengan Ziyang, akan ku kirimkan nomor penerbangan saat aku sudah mendaftar."Rania bertanya, "Siapa kamu?"Wanita di seberang telepon itu terdiam."Halo? Kenapa diam?"Masih belum ada jawaban dari wanita itu, tiba-tiba telepon langsung ditutup.Rania meletakkan handphone itu lalu menatap Aaron yang sedang mabuk, dia terus bertanya-tanya.Wanita tadi memanggilnya Kak Aaron, "Intim sekali, dia bukan cinta lama suamiku kan?""Ck, apa cinta lamanya akan datang menemuinya?"Seperti menyadari sesuatu, Aaron mulai bertingkah angkuh, "Sayang, bantu aku mandi.""Mandi? Mau mandi kan?" Rania tersenyum jahat.Dia berjalan ke kamar mandi dan menyalakan air. Setelah beberapa saat, dia keluar dengan baskom berisi air dingin dan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menyiramkan air itu ke Aaron.Aaron yang masih terkapar di kasur langsung bangun dan membuka mata. Rania sangat senan

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 281. Panggilan dari seorang Wanita

    Jangankan Ken, sebagai perempuan dia juga berpikir kalau kata "sayang" sangatlah menjijikan.Rania berbicara dengan nada yang kasar dan terlihat kesal, "Menyusahkan, Besok aku harus bangun pagi-pagi, dan sekarang sudah lebih dari jam sebelas. Cepat bangun, ayo pulang denganku!"Aaron sangat jarang kehilangan kesabarannya, ia meraih tangan Rania dan berdiri di atas sofa. Dengan seketika dia memeluk gadis kecil itu dengan beban yang lebih dari 50 kilogram, "sayang, kenapa kamu terlambat datang?"Rania merasa semakin kesal, dia mengerutkan kening dan mencoba membantunya keluar, tapi yang terjadi malah..."Aku bertanya, tapi kamu tidak menjawab, suamimu ini akan menghukummu."Tiga orang lain yang ada di ruangan itu tertawa dan membuat Rania semakin merasa malu serta marah, "Kamu sengaja kan pura-pura mabuk?""Sayang kamu tidak sopan. Jangan keluarkan kata-kata kotor lagi."Wajah Rania kembali memerah, dia hanya bisa membisikkan peringatan kepadanya, "Kalau begitu kamu tidak boleh berbicar

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 280. Aaron Mabuk

    Rnia turun setelah bus sampai di pusat kota, lalu dia harus naik bus umum. Karena terlambat, Aaron mengirim pesan teks, [Sayang, kamu sudah pulang?] Rania membalas, [Masih lima halte lagi.] [Kenapa kamu tidak naik taksi?] [Tidak ada uang.] Kemudian tidak ada balasan dari Aaron. Tapi beberapa detik kemudian dia mendapat notifikasi dari bank. Rania terlihat senang, dan segera memeriksa. "Sialan!" "100 ribu?" "hhmm, bos perusahaan Widjaja hanya mengirim uang segitu kepada istrinya?" "Dasar pelit!" Jelas terlihat, Rania sangat kesal sampai berteriak, "Kurang ajar". Dia pun mengirim pesan, [Aku ingin memukulmu sampai mati] Karena masih belum merasa lega. Baru saja dia ingin mengirim lagi [Aku akan membunuhmu suami sialan] Aaron membalas dengan stiker "senyum" Melihat stiker itu, Rania seperti melihat pria itu menatapnya dengan tajam dan dalam... Dia pun takut, dan langsung buru-buru menghapus stiker terakhir itu dan menggantinya dengan "Berlutut dan berterima k

  • Diam-diam Menikahi Bos Besar   Bab 279. Bertemu Kakak lama

    Setelah kelas mengemudi itu selesai dan Rania sudah pergi, staf itu segera pergi ke samping untuk mengambil ponselnya dan menekan nomor, "Halo, asisten Li.” “...” "Ya, Rido sudah dipindahkan. Saya menjadi satu-satunya pelatih wanita di sekolah mengemudi ini untuk melatih Nona Rania. Sekarang Nona Rania sudah di kelas." "Pasti, pasti, sama-sama.” Karena ingin segera mendapatkan SIM-nya, Rania mendaftar banyak kelas selama beberapa hari terakhir ini. Dia mengikuti kelas dari pukul 10:00 hingga 11:30 pagi, lalu istirahat dan makan, kemudian pukul 1:00 siang sudah harus masuk kelas lagi.Cuaca di akhir Agustus sangatlah panas.Terutama pada pukul dua atau tiga sore, matahari bersinar sangat terik. Bahkan di dalam mobil ber-AC pun, Rania tetap saja tidak tahan.Akhirnya waktu istirahat tiba. Rania pun pergi ke kafe dan memesan segelas besar es teh susu. Baru saja dia duduk dan minum seteguk, terdengar dua gadis di meja sebelah yang sedang bergosip, "Wow, lihat pria tampan itu?""Apa d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status