Kalingga berkata demikian sambil menyerahkan sebuah kotak lipstik.Hanya sekilas, Andini langsung mengenalinya. Kotak lipstik itu persis sama dengan yang sebelumnya pernah diserahkan Permaisuri kepadanya untuk diperiksa. Benda itu bukan sesuatu yang bisa dibeli sembarangan di luar istana.Saat itu, Andini sempat mengira lipstik tersebut adalah persembahan khusus dari Keluarga Wiryono kepada Permaisuri, sehingga dibuat dengan bahan yang begitu mewah dan langka. Namun siapa sangka, kini benda serupa itu justru ditemukan di kediaman Selir Agung Haira.Begitu melihatnya, mata Selir Agung terbelalak. "Kaisar, ini bukan lipstik milik hamba!"Tentu saja, dia sangat mengenal barang yang dia gunakan sehari-hari. Namun kali ini, Kaisar tidak langsung memberi komentar. Dia hanya memberi isyarat agar Kasim Harko menyerahkan kotak lipstik itu kepada Andini.Andini membuka kotak itu dan mencium isinya dengan saksama, lalu menyerahkannya kepada Harafah.Harafah mendekatkannya ke hidung dan seketika b
Haira segera meraih pakaian kecil itu dan menatapnya berkali-kali, tetapi tidak menemukan kejanggalan sedikit pun. Lagi pula, memang dia sendiri yang menyiapkan semua ini. Mana mungkin ada celah?Namun tepat saat itu, suara lantang Permaisuri menggema. "Kaisar, mohon periksa dengan cermat! Pakaian Putri Kecil ini dijahit dengan tangan hamba sendiri, setiap jarum dan benang adalah hasil kerja hamba.""Semua orang di istana hamba bisa menjadi saksi! Kaisar telah hidup bersama hamba puluhan tahun, pasti mengenali jahitan tangan hamba. Coba perhatikan, apakah jahitan di kerah pakaian ini sama dengan bagian lainnya? Apakah ini benar-benar berasal dari tangan hamba?!"Ucapan itu membuat jantung Selir Agung Haira mencelos.Kaisar pun merebut pakaian itu dengan tergesa-gesa, lalu memeriksanya dengan teliti. Benar saja, jahitan di kerah pakaian jelas berbeda dari jahitan di bagian lain.Sesungguhnya, Kaisar tidak benar-benar paham bagaimana membedakan hasil jahitan Permaisuri. Namun di hadapan
Kaisar seolah baru tersadar. Dia menoleh cepat ke arah Haira. "Benar juga. Haira, coba kamu ingat kembali, apakah ada kejadian aneh sebelum Andina terkena racun?"Haira mengusap air mata dan wajahnya menunjukkan raut penuh pertimbangan. Namun setelah berpura-pura berpikir cukup lama, dia tetap menggeleng."Hamba benar-benar tidak kepikiran. Hanya saja, semalam anginnya terlalu kencang. Hamba khawatir tubuh Andina yang belum sepenuhnya pulih akan kembali masuk angin, jadi hamba menyuruh pelayan senior menambahkan sehelai pakaian untuknya .... Pakaian itu adalah hadiah dari Permaisuri, kainnya juga dari sutra terbaik .... Huhu ....""Permaisuri?" Seketika, suasana di ruangan itu berubah. Nama itu begitu berat hingga membuat semua orang menahan napas.Kaisar mengernyit dalam-dalam, lalu memberi perintah pada Kasim Harko, "Pergi ke kediaman Selir Agung, ambil pakaian yang diberikan Permaisuri itu!""Baik!" Kasim Harko menjawab tegas. Tak lama kemudian, dia kembali sambil membawa sehelai ba
Saat itu Kaisar sedang berada dalam puncak amarah. Namun, melihat wajah Haira yang begitu menyedihkan, hatinya pun merasa tidak tega. Dia segera membungkuk untuk membantu Haira berdiri, lalu merangkulnya ke dalam pelukan sambil berbisik menenangkan."Andina adalah satu-satunya harapanmu. Mana mungkin aku nggak tahu seberapa besarnya perhatianmu padanya? Kalau Andina celaka, kamu pasti lebih sakit hati daripada aku. Mana mungkin aku bisa menghukummu? Tenanglah, aku pasti akan memberimu dan Andina sebuah keadilan.""Huhuhu ... Kaisar ...." Haira bersandar dalam pelukan Kaisar sambil menangis tersedu-sedu.Namun Andini tahu, di balik tangisannya, sudut bibir Haira pasti sedang terangkat. Karena Haira benar-benar telah menebak dengan tepat.Semua reaksi Kaisar hari ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa Kaisar justru semakin penuh belas kasih terhadap Haira karena masalah Putri Kecil ini. Seandainya Putri Kecil benar-benar tidak mampu bertahan, rasa bersalah dan belas kasih dalam hati Kai
Nadi Putri Kecil bahkan menunjukkan pola yang belum pernah Andini pelajari dari gurunya! Jika dia tidak bisa menawarkan racun dalam tubuh Putri Kecil, Kaisar pasti akan mencari penawarnya. Lalu, jika penawar itu ditemukan di kediaman Permaisuri ....Hati Andini diliputi hawa dingin. Jelas-jelas dia sudah menolak Selir Agung Haira, tapi siapa sangka sekarang semua tetap berjalan sesuai dengan skenario yang disusun Haira. Andini menolak menjadi kaki tangan, tapi akhirnya tetap saja menjadi bidak catur.Kaisar tidak menyadari sorot mata Andini. Hanya mendengar ucapannya saja, Kaisar sudah panik. "Apa maksudmu? Apa maksudmu nggak bisa mengobati racunnya?"Barulah Andini menarik kembali pandangannya, lalu menjelaskan dengan sabar. "Racun yang masuk ke tubuh Putri Kecil tiga hari lalu bernama 'Laba-Laba Ganas', berasal dari Lembah Raja Obat.""Dalam kitab yang diberikan oleh tabib sakti ada catatan mengenai racun ini, jadi hamba bisa menawarkannya. Tapi, racun yang ada dalam tubuh Putri Keci
Di dalam hati, Andini masih berharap Haira bisa memiliki sedikit hati nurani. Setidaknya, melihat Putri Kecil yang masih begitu muda, semoga Haira masih mau berbelaskasihan padanya.Namun siapa sangka, tiga hari kemudian, dia tetap menerima kabar bahwa Putri Kecil tiba-tiba jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri.Kali ini, yang datang ke Kediaman Pangeran Surya untuk menyampaikan pesan adalah Kasim Harko, orang kepercayaan Kaisar. Wajahnya penuh kegelisahan saat berkata, "Nona Andini, cepat ikut hamba masuk istana! Putri Kecil sudah sekarat!"Tentu saja Andini segera mengikuti Kasim Harko masuk ke istana.Putri Kecil telah dibawa masuk ke kamar tidur Kaisar dan terbaring di ranjang naga milik Kaisar. Di bawah ranjang naga itu, sudah ada barisan orang yang berlutut memenuhi ruangan. Para tabib dari balai kesehatan, para pelayan senior yang biasa merawat Putri Kecil, serta para dayang dan kasim yang bisa berhubungan dengannya sehari-hari, semuanya berlutut di sana.Melihat pemandangan itu